Menyangka diri lebih, dan merendahkan orang lain, terkadang terjadi dengan reflek tidak disengaja. Perbuatan kurang terpuji itu, seringkali membuat orang tersinggung dan terhina, sehingga marah. Bahkan banyak yang berujung pada permusuhan.
Di dalam
Hadits Bukhari yang agung; dijelaskan bahwa Umar pernah mengaku lebih unggul, dan merendahkan
suatu kaum, hingga terjadi keributan serius. Ini merupakan bukti bahwa
sehebat apapun manusia, terkadang memiliki kelemahan yang harus disempurnakan oleh orang lain: صحيح البخاري -
(ج 13 / ص 127)
3905
- حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا أَبُو
أُسَامَةَ حَدَّثَنَا بُرَيْدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ
عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ بَلَغَنَا مَخْرَجُ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ بِالْيَمَنِ فَخَرَجْنَا مُهَاجِرِينَ إِلَيْهِ
أَنَا وَأَخَوَانِ لِي أَنَا أَصْغَرُهُمْ أَحَدُهُمَا أَبُو بُرْدَةَ وَالْآخَرُ أَبُو
رُهْمٍ إِمَّا قَالَ بِضْعٌ وَإِمَّا قَالَ فِي ثَلَاثَةٍ وَخَمْسِينَ أَوْ اثْنَيْنِ
وَخَمْسِينَ رَجُلًا مِنْ قَوْمِي فَرَكِبْنَا سَفِينَةً فَأَلْقَتْنَا سَفِينَتُنَا
إِلَى النَّجَاشِيِّ بِالْحَبَشَةِ فَوَافَقْنَا جَعْفَرَ بْنَ أَبِي طَالِبٍ فَأَقَمْنَا
مَعَهُ حَتَّى قَدِمْنَا جَمِيعًا فَوَافَقْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ حِينَ افْتَتَحَ خَيْبَرَ وَكَانَ أُنَاسٌ مِنْ النَّاسِ يَقُولُونَ لَنَا
يَعْنِي لِأَهْلِ السَّفِينَةِ سَبَقْنَاكُمْ بِالْهِجْرَةِ وَدَخَلَتْ أَسْمَاءُ بِنْتُ
عُمَيْسٍ وَهِيَ مِمَّنْ قَدِمَ مَعَنَا عَلَى حَفْصَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَائِرَةً وَقَدْ كَانَتْ هَاجَرَتْ إِلَى النَّجَاشِيِّ فِيمَنْ
هَاجَرَ فَدَخَلَ عُمَرُ عَلَى حَفْصَةَ وَأَسْمَاءُ عِنْدَهَا فَقَالَ عُمَرُ حِينَ
رَأَى أَسْمَاءَ مَنْ هَذِهِ قَالَتْ أَسْمَاءُ بِنْتُ عُمَيْسٍ قَالَ عُمَرُ الْحَبَشِيَّةُ
هَذِهِ الْبَحْرِيَّةُ هَذِهِ قَالَتْ أَسْمَاءُ نَعَمْ قَالَ سَبَقْنَاكُمْ بِالْهِجْرَةِ
فَنَحْنُ أَحَقُّ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْكُمْ فَغَضِبَتْ
وَقَالَتْ كَلَّا وَاللَّهِ كُنْتُمْ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُطْعِمُ جَائِعَكُمْ وَيَعِظُ جَاهِلَكُمْ وَكُنَّا فِي دَارِ أَوْ فِي
أَرْضِ الْبُعَدَاءِ الْبُغَضَاءِ بِالْحَبَشَةِ وَذَلِكَ فِي اللَّهِ وَفِي رَسُولِهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَايْمُ اللَّهِ لَا أَطْعَمُ طَعَامًا وَلَا أَشْرَبُ
شَرَابًا حَتَّى أَذْكُرَ مَا قُلْتَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَنَحْنُ كُنَّا نُؤْذَى وَنُخَافُ وَسَأَذْكُرُ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَسْأَلُهُ وَاللَّهِ لَا أَكْذِبُ وَلَا أَزِيغُ وَلَا أَزِيدُ
عَلَيْهِ فَلَمَّا جَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ يَا
نَبِيَّ اللَّهِ إِنَّ عُمَرَ قَالَ كَذَا وَكَذَا قَالَ فَمَا قُلْتِ لَهُ قَالَتْ
قُلْتُ لَهُ كَذَا وَكَذَا قَالَ لَيْسَ بِأَحَقَّ بِي مِنْكُمْ وَلَهُ وَلِأَصْحَابِهِ
هِجْرَةٌ وَاحِدَةٌ وَلَكُمْ أَنْتُمْ أَهْلَ السَّفِينَةِ هِجْرَتَانِ قَالَتْ فَلَقَدْ
رَأَيْتُ أَبَا مُوسَى وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ يَأْتُونِي أَرْسَالًا يَسْأَلُونِي
عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ مَا مِنْ الدُّنْيَا شَيْءٌ هُمْ بِهِ أَفْرَحُ وَلَا أَعْظَمُ
فِي أَنْفُسِهِمْ مِمَّا قَالَ لَهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ أَبُو بُرْدَةَ قَالَتْ أَسْمَاءُ فَلَقَدْ رَأَيْتُ أَبَا مُوسَى وَإِنَّهُ
لَيَسْتَعِيدُ هَذَا الْحَدِيثَ مِنِّي.
Arti (selain
isnad)nya:
Abu Musa RA (أَبُو مُوسَى) berkata, “Sementara kami berada di Yaman; berita mengenai ‘Nabi SAW (berdakwah dengan terang-terangan) menyeruak keluar’, sampai pada kami.[1]
Sontak kami keluar dengan berdatangan padanya. Kami bertiga; saya lebih muda
mereka; Abu Burdah; dan Abu Ruhm.
Adakalanya Abu Musa RA berkata:
‘(Jumlah
kami) limapuluh lebih’, atau ‘limapuluh tiga’, atau ‘limapuluh dua pria’, (semua)
dari kaum saya. Kami mengendarai perahu yang membawa kami menuju Najasyi di
negeri Chabasyah. Di sana, kami bertemu Jakfar bin Abi Thalib (جَعْفَرَ بْنَ أَبِي طَالِبٍ) RA. Kami bermukim di sana bersama dia, hingga akhirnya kami
semua datang (ke Madinah). Kami bertemu Nabi SAW, saat beliau menaklukkan
Khaibar.
Konon saat itu, sebagian jama'ah berkata pada kami rombongan satu perahu: ‘Kami telah mendahului
hijrah pada kalian !’.
Asmak binti
Umais (أَسْمَاءُ
بِنْتُ عُمَيْسٍ) tergolong
rombongan yang datang bersama kami, berkunjung dan memasuki rumah Chafshah istri Nabi SAW. Sungguh Asmak tergolong kaum yang hijrah ke Najasyi. Saat Asmak
di sisi Chafshah RA, Umar masuk ke rumah tersebut. Ketika melihat Asmak, Umar berkata
‘siapa ini ?’.
Chafshah menjawab
‘Asmak binti Umais (أَسْمَاءُ
بِنْتُ عُمَيْسٍ)’.
Umar bertanya
‘rombongan dari Chabasyi yang mengarungi lautan kah, ini ?’.
Asmak menjawab
‘betul’.
Umar berkata ‘kami
telah mendahului kalian di dalam berhijrah! Kami lebih berhak menjadi sahabat Rasulallah SAW
daripada kalian !’.
Sontak Asmak marah dan berkata ‘jangan begitu! Demi Allah ! Kalian (enak) bisa bersama
Rasulallah SAW ! Orang kalian yang lapar, beliau beri makanan ! Orang kalian yang
kehausan, beliau beri minum ! Orang bodoh kalian, beliau nasehati ! Sedangkan kami, berada di negeri yang jauh ! Yang dimurkai ! Di Chabasyah ! Itu semua demi Allah
dan RasulNya SAW ! Demi Allah saya takkan mencicipi makanan dan takkan meneguk
minuman, sehingga saya berhasil melaporkan perkataanmu pada Rasulillah SAW ! (Di sana), kami
telah dicemooh dan dibuat khawatir ! Saya akan melaporkan dan menanyakan
demikian itu pada nabi SAW ! Demi Allah saya takkan bohong ! Saya takkan mengurangi
dan menambahi !’.
Ketika Rasulullah SAW datang, Asmak melaporkan ‘ya Nabi Allah ! Sungguh Umar berkata demikian dan
demikian’.
Nabi SAW
bertanya ‘kau telah menjawab padanya, bagaimana?’.
Asmak menjawab
‘telah saya jawab demikian dan demikian’.
Nabi SAW
bersabda ‘dia bukannya lebih menghaki saya daripada kalian. Dia dan
sahabat-sahabatnya memiliki amalan satu hijrah; kalian rombongan berperahu
memiliki amalan dua hijrah!’.
Asmak berkata
‘niscaya sunggguh saya telah menyaksikan Aba Musa dan rombongan naik perahu,
datang pada saya, dengan berbondong-bondong, untuk bertanya saya mengenai
Hadits ini. Menurut mereka, di dunia ini mutlak tidak ada yang lebih membuat
mereka berbahagia dan bergembira, daripada yang disabdakan oleh nabi untuk
mereka.”
Abu Burdah
berkata, “Asmak menyatakan 'niscaya sunguh saya telah menyaksikan Aba Musa minta' agar saya mengulangi penyampaian Hadits ini.”
Tanggapan
mengenai Hadits di atas:
Liti
berkata, “Pimpinan yang baik, yang bisa mendamaikan ruiyah yang bersitegang.”
Yu
Sane menimpal, “Iri dan dengki, sifat jelek yang mudah menjangkit pada seorang.
Oleh karena itu hati-hatilah dalam berbicara!.”
Kata
Tengah, “Kerukunan bisa dibina oleh pimpinan yang pandai.”
Dila
berkata, “Pimpinan yang pandai, justru yang bisa merukunkan ruiyah.”
Titik
berkilah, “Penghargaan pemimpin, yang diucapkan dengan jujur dan
tulus, akan sangat berharga bagi ruiyah (jamaah).”
Eeng
dan Iting berkata, “Orang sehebat apapun, terkadang melakukan kesalahan.”
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
[1] Kisah ini
diringkas oleh Abu Musa RA. Mestinya berita yang lengkap: Abu Musa dan
rombongannya mendengar kabar, “Nabi SAW di Makkah, mulai berdakwah
terang-terangan.”