بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Kitab tershohih
sejagad setelah Al-Qur’an ini in syaa Allah, hingga kapanpun takkan bisa ditandingi oleh siapapun, walloohu Hasiibuh. Kitab ini disusun oleh Bukhari selama 16 tahun, dengan ketelitian sempurna, karena beliau dibimbing dan dipilihkan Hadits
paling shohih dan paling bermanfaat, oleh Allah. Beliau menulis: صحيح البخاري - (ج 1 / ص 110)
الْقِرَاءَةُ
وَالْعَرْضُ عَلَى الْمُحَدِّثِ وَرَأَى الْحَسَنُ وَالثَّوْرِيُّ وَمَالِكٌ
الْقِرَاءَةَ جَائِزَةً وَاحْتَجَّ بَعْضُهُمْ فِي الْقِرَاءَةِ عَلَى الْعَالِمِ
بِحَدِيثِ ضِمَامِ بْنِ ثَعْلَبَةَ قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَاللَّهُ أَمَرَكَ أَنْ تُصَلِّيَ الصَّلَوَاتِ قَالَ نَعَمْ قَالَ
فَهَذِهِ قِرَاءَةٌ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَ
ضِمَامٌ قَوْمَهُ بِذَلِكَ فَأَجَازُوهُ وَاحْتَجَّ مَالِكٌ بِالصَّكِّ يُقْرَأُ
عَلَى الْقَوْمِ فَيَقُولُونَ أَشْهَدَنَا فُلَانٌ وَيُقْرَأُ ذَلِكَ قِرَاءَةً
عَلَيْهِمْ وَيُقْرَأُ عَلَى الْمُقْرِئِ فَيَقُولُ الْقَارِئُ أَقْرَأَنِي
فُلَانٌ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَامٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ
الْوَاسِطِيُّ عَنْ عَوْفٍ عَنْ الْحَسَنِ قَالَ لَا بَأْسَ بِالْقِرَاءَةِ عَلَى
الْعَالِمِ وَأَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ الْفَرَبْرِيُّ وَحَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ الْبُخَارِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ
بْنُ مُوسَى عَنْ سُفْيَانَ قَالَ إِذَا قُرِئَ عَلَى الْمُحَدِّثِ فَلَا بَأْسَ
أَنْ يَقُولَ حَدَّثَنِي قَالَ وَسَمِعْتُ أَبَا عَاصِمٍ يَقُولُ عَنْ مَالِكٍ
وَسُفْيَانَ الْقِرَاءَةُ عَلَى الْعَالِمِ وَقِرَاءَتُهُ سَوَاءٌ
Artinya:
Bab tentang ilmu, dan
Firman Taala, “Dan katakan ‘Tuhanku! Tambahi saya ilmunya’.”
Al-Chasan (Al-Bashri), (Sufyan) Atssauri, dan (Imam) Maliki, berpandangan, "Manqul" Dengan membaca sendiri di depan guru ‘boleh’. Sebagian mereka mempergunakan Hadits Dhimam bin Tsalabah (ضِمَامِ بْنِ ثَعْلَبَةَ) sebagai Hujjah ‘Boleh Manqul' dengan membaca sendiri di depan guru.
Pada nabi SAW, Dhimam berkata, “Betulkah Allah
telah perintah agar baginda mengamalkan beberapa sholat?.”
Nabi SAW menjawab, “Betul.”
Ini berarti (sama dengan) Dhimam membaca kitab, di depan Nabi SAW.
Dhimam mengkhabarkan pada kaumnya, mengenai yang telah ditanyakan, dan disetujui oleh nabi SAW. Mereka (ulama Hadits) menghukumi perbuatan Dhimam seperti itu, ‘boleh’.
Dhimam mengkhabarkan pada kaumnya, mengenai yang telah ditanyakan, dan disetujui oleh nabi SAW. Mereka (ulama Hadits) menghukumi perbuatan Dhimam seperti itu, ‘boleh’.
Imam
Maliki berhujjah, “Asshokk (الصَّكِّ/Kartu) dibacakan pada kaum. [1] Dengan merujuk bacaan
tersebut, kaum berkata ‘fulan telah mempersaksikan' pada kami (bahwa…..). 'Secara hukum manqul' demikian ini boleh. Padahal Asshokk (الصَّكِّ), hanya dibacakan oleh fulan, pada
mereka." [2]
Kemanqulan dibacakan di depan Muqrik (guru).
Lalu pembaca kitab berkata, “Fulan telah membacakan pada saya, (‘secara hukum manqul,
boleh’).”
Bukhari berguru 'Hadits' pada Muhammad bin
Salam Al-Wasithi, dari Auf, dari Chasan Al-Bashri:
“Secara hukum, tidak
dosa (manqul dengan cara) membaca tulisan, di depan Alim.” [3]
Seorang Ustadz berguru Hadits pada Muhammad
bin Yusuf Al-Farabri dan Muhammad bin Ismail Al-Bukhari (murid Ubaidullah bin Musa), dari Sufyan Atssauri:
“Jika Hadits dibaca didepan Muhaddits (ahli Hadits), maka secara hukum, yang mendengarkan
tidak dosa, jika berkata ‘Muhaddits telah
menjelaskan Hadits ini pada saya’.”
Ubaidullah berkata, “Saya pernah mendengar
(kemanqulan) Aba Ashim, dari Imam Malik dan Sufyan Atssauri, ‘Pembacaan dengan
keras' di hadapan Alim, dan bacaan Alim untuk
dia, ‘(hukumnya) sama’.”
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
[2] Di
dalam Ulumul-Hadits, dari jalur Mutharrif, Al-Chakim (الْحَاكِم) meriwayatkan, “Saya telah menjadi murid Imam Maliki selama
tujuhbelas tahun, namun belum pernah melihat beliau membaca kitab Al-Muatthak (الْمُوَطَّأ) pada seorangpun. Justru para muridnya membaca kitab di hadapan beliau.”
هَذَا الْأَثَر رَوَاهُ
الْخَطِيب أَتَمَّ سِيَاقًا مِمَّا هُنَا ، فَأَخْرَجَ مِنْ طَرِيق أَحْمَد بْن
حَنْبَل عَنْ مُحَمَّد بْن الْحَسَن الْوَاسِطِيِّ عَنْ عَوْف الْأَعْرَابِيّ
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ الْحَسَن فَقَالَ : يَا أَبَا سَعِيد مَنْزِلِي بَعِيد ،
وَالِاخْتِلَاف يَشُقّ عَلَيَّ ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَى بِالْقِرَاءَةِ بَأْسًا
قَرَأْت عَلَيْك . قَالَ : مَا أُبَالِي قَرَأْت عَلَيْك أَوْ قَرَأْت عَلَيَّ .
قَالَ : فَأَقُول حَدَّثَنِي الْحَسَن ؟ قَالَ : نَعَمْ ، قُلْ حَدَّثَنِي
الْحَسَن.
Artinya:
Atsar (ilmu) ini diriwayatkan oleh Al-Khathib, lebih sempurna
daripada yang di sini. Beliau mengeluarkan atsar ini dari
jalur Achmad bin Chanbal (أَحْمَد بْن حَنْبَل) dari Muhammad bin Al-Chasan Al-Wasithi,
dari Auf Al-Arabi:
“Sesungguhnya seorang
lelaki telah bertanya pada Al-Chasan ‘ya Aba Said! Rumah saya jauh, sedangkan
bolak-balik (الِاخْتِلَاف) ke sini ini, memberatkan saya. Jika baginda setuju pada kemanqulan 'dengan membaca sendiri' di depan guru, saya membaca
kemanqulan di depan baginda’.
Al-Chasan menjawab ‘saya takkan membedakan kemanqulan yang saya bacakan padamu; Atau kau
yang membaca kemanqulan sendiri di hadapanku?’.
Dia bertanya ‘masyak secara
hukum, saya nanti’ boleh berkata:
‘Al-Chasan telah
menceritakan Hadits ini padaku?’.
Al-Chasan menjawab
‘ya!’ Katakan ‘Al-Chasan telah menceritakan Hadits ini padaku’.”
(Karena hanya upaya agar mudah dirunut isnadnya).
(Karena hanya upaya agar mudah dirunut isnadnya).
👍Mangkul pak Kiyahi
BalasHapus