Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2012/04/26

BB 4: Bedah Bukhari

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Kitab tershohih sejagad setelah Al-Qur’an ini in syaa Allah, hingga kapanpun takkan bisa ditandingi oleh siapapunwalloohu Hasiibuh. Kitab ini disusun oleh Bukhari selama 16 tahun, dengan ketelitian sempurna, karena beliau dibimbing dan dipilihkan Hadits paling shohih dan paling bermanfaat, oleh Allah. Beliau menulis: صحيح البخاري - (ج 1 / ص 110)
بَاب مَا جَاءَ فِي الْعِلْمِ وَقَوْلِهِ تَعَالَى وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
الْقِرَاءَةُ وَالْعَرْضُ عَلَى الْمُحَدِّثِ وَرَأَى الْحَسَنُ وَالثَّوْرِيُّ وَمَالِكٌ الْقِرَاءَةَ جَائِزَةً وَاحْتَجَّ بَعْضُهُمْ فِي الْقِرَاءَةِ عَلَى الْعَالِمِ بِحَدِيثِ ضِمَامِ بْنِ ثَعْلَبَةَ قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَاللَّهُ أَمَرَكَ أَنْ تُصَلِّيَ الصَّلَوَاتِ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَهَذِهِ قِرَاءَةٌ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَ ضِمَامٌ قَوْمَهُ بِذَلِكَ فَأَجَازُوهُ وَاحْتَجَّ مَالِكٌ بِالصَّكِّ يُقْرَأُ عَلَى الْقَوْمِ فَيَقُولُونَ أَشْهَدَنَا فُلَانٌ وَيُقْرَأُ ذَلِكَ قِرَاءَةً عَلَيْهِمْ وَيُقْرَأُ عَلَى الْمُقْرِئِ فَيَقُولُ الْقَارِئُ أَقْرَأَنِي فُلَانٌ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَامٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ الْوَاسِطِيُّ عَنْ عَوْفٍ عَنْ الْحَسَنِ قَالَ لَا بَأْسَ بِالْقِرَاءَةِ عَلَى الْعَالِمِ وَأَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ الْفَرَبْرِيُّ وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ الْبُخَارِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى عَنْ سُفْيَانَ قَالَ إِذَا قُرِئَ عَلَى الْمُحَدِّثِ فَلَا بَأْسَ أَنْ يَقُولَ حَدَّثَنِي قَالَ وَسَمِعْتُ أَبَا عَاصِمٍ يَقُولُ عَنْ مَالِكٍ وَسُفْيَانَ الْقِرَاءَةُ عَلَى الْعَالِمِ وَقِرَاءَتُهُ سَوَاءٌ



Artinya:


Al-Chasan (Al-Bashri), (Sufyan) Atssauri, dan (Imam) Malik
i, berpandangan, "Manqul" Dengan membaca sendiri di depan guru ‘boleh’. Sebagian mereka mempergunakan Hadits Dhimam bin Tsalabah (ضِمَامِ بْنِ ثَعْلَبَةَ) sebagai Hujjah ‘Boleh Manqul' dengan membaca sendiri di depan guru.
Pada nabi SAW, Dhimam berkata, “Betulkah Allah telah perintah agar baginda mengamalkan beberapa sholat?.”
Nabi SAW menjawab, “Betul.”
Ini berarti (sama dengan) Dhimam membaca kitab, di depan Nabi SAW.
Dhimam mengkhabarkan pada kaumnya, mengenai yang telah ditanyakan
, dan disetujui oleh nabi SAW. Mereka (ulama Hadits) menghukumi perbuatan Dhimam seperti itu, ‘boleh’. 
Imam Maliki berhujjah, “Asshokk (الصَّكِّ/Kartu) dibacakan pada kaum. [1] Dengan merujuk bacaan tersebut, kaum berkata ‘fulan telah mempersaksikan' pada kami (bahwa…..). 'Secara hukum manqul' demikian ini boleh. Padahal Asshokk (الصَّكِّ), hanya dibacakan oleh fulan, pada mereka." [2]
Kemanqulan dibacakan di depan Muqrik (guru). Lalu pembaca kitab berkata, “Fulan telah membacakan pada saya, (‘secara hukum manqul, boleh’).”
Bukhari berguru 'Hadits' pada Muhammad bin Salam Al-Wasithi, dari Auf, dari Chasan Al-Bashri:
“Secara hukum, tidak dosa (manqul dengan cara) membaca tulisan, di depan Alim.” [3]
Seorang Ustadz berguru Hadits pada Muhammad bin Yusuf Al-Farabri dan Muhammad bin Ismail Al-Bukhari (murid Ubaidullah bin Musa), dari Sufyan Atssauri:
“Jika Hadits dibaca didepan Muhaddits (ahli Hadits), maka secara hukum, yang mendengarkan tidak dosa, jika berkata ‘Muhaddits telah menjelaskan Hadits ini pada saya’.
Ubaidullah berkata, “Saya pernah mendengar (kemanqulan) Aba Ashim, dari Imam Malik dan Sufyan Atssauri, ‘Pembacaan dengan keras' di hadapan Alim, dan bacaan Alim  untuk dia, ‘(hukumnya) sama’.”



Ponpes Mulya Abadi Mulungan


[1] Asshokk (الصَّكِّ), istilah Persia yang diarabkan. Artinya lembaran tulisan.

[2] Di dalam Ulumul-Hadits, dari jalur Mutharrif, Al-Chakim (الْحَاكِم) meriwayatkan, “Saya telah menjadi murid Imam Maliki selama tujuhbelas tahun, namun belum pernah melihat beliau membaca kitab Al-Muatthak (الْمُوَطَّأ) pada seorangpun. Justru para muridnya membaca kitab di hadapan beliau.”

[3] Ibnu Chajar menulis: فتح الباري لابن حجر - (ج 1 / ص 99)

هَذَا الْأَثَر رَوَاهُ الْخَطِيب أَتَمَّ سِيَاقًا مِمَّا هُنَا ، فَأَخْرَجَ مِنْ طَرِيق أَحْمَد بْن حَنْبَل عَنْ مُحَمَّد بْن الْحَسَن الْوَاسِطِيِّ عَنْ عَوْف الْأَعْرَابِيّ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ الْحَسَن فَقَالَ : يَا أَبَا سَعِيد مَنْزِلِي بَعِيد ، وَالِاخْتِلَاف يَشُقّ عَلَيَّ ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَى بِالْقِرَاءَةِ بَأْسًا قَرَأْت عَلَيْك . قَالَ : مَا أُبَالِي قَرَأْت عَلَيْك أَوْ قَرَأْت عَلَيَّ . قَالَ : فَأَقُول حَدَّثَنِي الْحَسَن ؟ قَالَ : نَعَمْ ، قُلْ حَدَّثَنِي الْحَسَن.
Artinya:
Atsar (ilmu) ini diriwayatkan oleh Al-Khathib, lebih sempurna daripada yang di sini. Beliau mengeluarkan atsar ini dari jalur Achmad bin Chanbal (أَحْمَد بْن حَنْبَل) dari Muhammad bin Al-Chasan Al-Wasithi, dari Auf Al-Arabi:
“Sesungguhnya seorang lelaki telah bertanya pada Al-Chasan ‘ya Aba Said! Rumah saya jauh, sedangkan bolak-balik (الِاخْتِلَاف) ke sini ini, memberatkan saya. Jika baginda setuju pada kemanqulan 'dengan membaca sendiri' di depan guru, saya membaca kemanqulan di depan baginda’.
Al-Chasan menjawab ‘saya takkan membedakan kemanqulan yang saya bacakan padamu; Atau kau yang membaca kemanqulan sendiri di hadapanku?’.
Dia bertanya ‘masyak secara hukum, saya nanti’ boleh berkata:
‘Al-Chasan telah menceritakan Hadits ini padaku?’.
Al-Chasan menjawab ‘ya!’ Katakan ‘Al-Chasan telah menceritakan Hadits ini padaku’.”
(Karena hanya upaya agar mudah dirunut isnadnya).

1 komentar: