KH Thayib Al-Marhum dari Blawe, dan KH Anshor Al-Firdaus,
tergolong Ulama yang pandai mengajar dan nasehat, berkat gemblengan KH Al-Ubaidah Al-Marhum. Mereka berdua tergolong Ulama yang
kurang senang pada para Muballighin yang suka mengaitkan keterangan Al-Qur’an
dengan kisah-kisah atau sejarah. “Dulu zaman KH Ubaidah tidak pernah ada cerita
seperti itu,” kata mereka berdua.
Lain lagi dua murid KH Ubaidah dari Klaten dan Madiun, yang bernama sama, Ustadz Abdul-Mannan. Walau begitu, mereka berdua, tergolong
ulama Wirai (Mutawarik).
Termasuk cerita atau kisah yang diingkari oleh mereka berdua, ‘Kisah Fitnah’ ketika Yusuf AS
dipanggil ke kamar pribadi, oleh Zulaikha:
“Saat itu, Yusuf AS telah melepas kancing celana, dan telah
duduk seperti orang yang mau mengkhitan seorang,” kata
seorang muballigh.[1]
“Batang kemaluan Nabi Yusuf AS telah tampak,” kata seorang, di
depan sejumlah tokoh. Subhanallah!.
Ibnu Katsir tergolong ulama yang menentang ‘Kisah Fitnah’ itu,
sehingga tidak mau menulis di dalam kitabnya. Ibnu Jarir menulis riwayat-riwayat seperti itu di dalam kitabnya dari berbagai sumber, tetapi lalu
menjelaskan:
“Beberapa uraian di atas yang lebih berhak dinyatakan benar
adalah:
‘Sungguh Allah yang PujianNya Agung, telah mengkhabarkan
mengenai Hasrat Yusuf AS dan Istri Al-Aziz.
Kalau Yusuf AS tidak melihat Burhan Tuhannya, berbentuk Mukjizat
dari Allah, untuk mencegah diri dan keinginannya yang keji (waw).
Bisa jadi Burhan itu berbentuk gambar Nabi Yaqub AS, atau gambar
malaikat, atau ancaman berbentuk Ayat yang melarang berzina, yang oleh Allah juga dituturkan di dalam Al-Qu’ran.
Tidak ada Hujjah tegas mengenai kepastian 'Bentuk Mukjizat' atau 'Burhan' tersebut’.
Tidak ada Hujjah tegas mengenai kepastian 'Bentuk Mukjizat' atau 'Burhan' tersebut’.
(Langkah kita) yang
benar : Menjelaskan 'Pernyataan Allah Tabaraka wa Taala' saja.
Iman pada Allah. Meninggalkan
keterangan yang menyelisihi Firman, di sisi yang Maha Tahu.” [2]
Inilah kealiman Ibnu Jarir yang luar biasa. Pantaslah jika beliau diberi gelar Imamul-Mufassiriin,
yang artinya Imam para Ahli Tafsir.
Azzamakhsyari yang sering disebut oleh KH Kasmudi, KH Abdul-Aziz
Ridhwan dan lainnya, juga menjelaskan tentang Kisah Fitnah itu, di dalam
kitabnya: الكشاف - (ج 3 / ص 160)
قيل : ضرب بيده في صدره فخرجت شهوته من أنامله . وقيل : كل ولد
يعقوب له اثنا عشر ولداً إلا يوسف ، فإنه ولد له أحد عشر ولداً من أجل ما نقص من
شهوته حين همّ ، وقيل : صيح به : يا يوسف ، لا تكن كالطائر : كان له ريش ، فلما
زنى قعد لا ريش له . وقيل : بدت كف فيما بينهما ليس لها عضد ولا معصم ، مكتوب فيها
{ وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لحافظين كِرَاماً كاتبين } [ الانفطار : 11 ] فلم ينصرف ، ثم
رأى فيها { وَلاَ تَقْرَبُواْ الزنى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاء سَبِيلاً } [
الإسراء : 32 ] فلم ينته ، ثم رأى فيها { واتقوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى
الله } [ البقرة : 281 ] فلم ينجع فيه ، فقال الله لجبريل عليه السلام : أدرك عبدي
قبل أن يصيب الخطيئة ، فانحط جبريل وهو يقول : يا يوسف ، أتعمل عمل السفهاء وأنت
مكتوب في ديوان الأنبياء؟ وقيل : رأى تمثال العزيز . وقيل : قامت المرأة إلى صنم
كان هناك فسترته وقالت : أستحي منه أن يرانا . فقال يوسف استحييت ممن لا يسمع ولا
يبصر ، ولا أستحي من السميع البصير ، العليم بذوات الصدور . وهذا ونحوه . مما
يورده أهل الحشو والجبر الذين دينهم بهت الله تعالى وأنبيائه ، وأهل العدل والتوحيد
ليسوا من مقالاتهم ورواياتهم بحمد الله بسبيل ، ولو وُجِدَت من يوسف عليه السلام
أدنى زلة لنُعِيت عليه وذُكِرَت توبته واستغفاره ، كما نُعِيَت على آدم زلته ،
وعلى داود ، وعلى نوح ، وعلى أيوب ، وعلى ذي النون ، وذُكِرت توبتهم واستغفارهم ،
كيف وقد أثنى عليه وسمي مخلصاً ، فعلم بالقطع أنه ثبت في ذلك المقام الدحض ، وأنه
جاهد نفسه مجاهدة أُولي القوّة والعزم ، ناظراً في دليل التحريم ووجه القبح ، حتى
استحق من الله الثناء فيما أَنزل من كتب الأولين ، ثم في القرآن الذي هو حجة على
سائر كتبه ومصداق لها ، ولم يقتصر إلا على استيفاء قصته وضرب صورة كاملة عليها ،
ليجعل له لسان صدق في الآخرين ، كما جعله لجدّه الخليل إبراهيم عليه السلام ،
وليقتدي به الصالحون إلى آخر الدهر في العفة وطيب الإزار والتثبت في مواقف العثار
، فأخزى الله أولئك في إيرادهم ما يؤدّي إلى أن يكون إنزال الله السورة التي هي
أحسن القصص في القرآن العربي المبين ليقتدي بنبي من أنبياء الله ، في القعود بين
شعب الزانية وفي حل تكته للوقوع عليها ، وفي أن ينهاه ربه ثلاث كرّات ويصاح به من
عنده ثلاث صيحات بقوارع القرآن ، وبالتوبيخ العظيم ، وبالوعيد الشديد ، وبالتشبيه
بالطائر الذي سقط ريشه حين سفد غير أنثاه ، وهو جاثم في مربضه لا يتحلحل ولا ينتهي
ولا ينتبه ، حتى يتداركه الله بجبريل وبإجباره ، ولو أن أوقح الزناة وأشطرهم
وأحدهم حدقة وأصلحهم وجهاً لقي بأدنى ما لقي به نبي الله مما ذكروا ، لما بقي له
عرق ينبض ولا عضو يتحرّك.
Artinya:
Ada yang menyatakan, “Nabi Yaqub AS memukul dada hingga syahwat Nabi Yusuf AS keluar dari beberapa jarinya.”
Ada lagi yang berkata, “Semua putra Yaqub AS, berputra duabelas
orang, kecuali Yusuf AS. Beliau hanya berputra sebelas orang, karena syahwatnya
telah berkurang satu, ketika ingin melakukan sesuatu pada Zulaikha.”
Ada lagi yang berkata, “Yusuf AS dibentak ‘ya Yusuf! Jangan seperti burung!
Tadinya berbulu! Ketika berzina, maka hanya mampu mendekam. Bulu-bulunya rontok!.”
Ada lagi yang berkata, “Telapak tangan tidak berlengan dan
tidak bertubuh, muncul di antara Yusuf AS dan Zulaikha. Di telapak tangan itu
tertulis ‘Sungguh para
malaikat penjaga mulia yang menulis, niscaya berada di atas kalian’ [Qs Al-Infithar 11]. Namun beliau
tidak berpaling.
Dia melihat lagi tulisan ‘Jangan kau dekati perzinaan! Sungguh itu keji dan sejelek-jelek jalan!’ di telapak tangan itu. [Qs Al-Isra 32]. Namun dia belum mau menghentikan hasratnya.
Dia melihat tulisan ‘Takutlah hari yang saat itu kalian dikembalikan pada Allah!’ di telapak tangan itu. [Qs Al-Baqarah 281], namun dia AS tidak bergeming.
Dia melihat lagi tulisan ‘Jangan kau dekati perzinaan! Sungguh itu keji dan sejelek-jelek jalan!’ di telapak tangan itu. [Qs Al-Isra 32]. Namun dia belum mau menghentikan hasratnya.
Dia melihat tulisan ‘Takutlah hari yang saat itu kalian dikembalikan pada Allah!’ di telapak tangan itu. [Qs Al-Baqarah 281], namun dia AS tidak bergeming.
Pada Jibril AS, Allah berfirman, ‘Temui HambaKu sebelum melakukan
kesalahan!’.
Sontak Jibril AS turun untuk berkata ‘masyak kau (Yusuf) akan melakukan perbuatan kaum bodoh? Padahal di dalam kitab besar, kau terdaftar pada deretan para nabi AS?’.”
Sontak Jibril AS turun untuk berkata ‘masyak kau (Yusuf) akan melakukan perbuatan kaum bodoh? Padahal di dalam kitab besar, kau terdaftar pada deretan para nabi AS?’.”
Ada lagi yang berkata ‘dia AS melihat patung Al-Aziz’.
Ada lagi yang berkata ‘Zulaikha berdiri dan berjalan, untuk menutupi
patung’ yang berada di sana. Lalu berkata ‘saya malu jika dia melihat kita
berdua’.
Yusuf AS berkata ‘kau telah malu pada patung yang tidak mendengar dan tidak melihat? Kenapa saya justru tidak malu pada yang Maha Mendengar Maha Melihat, yang tahu isi hati?’.
Yusuf AS berkata ‘kau telah malu pada patung yang tidak mendengar dan tidak melihat? Kenapa saya justru tidak malu pada yang Maha Mendengar Maha Melihat, yang tahu isi hati?’.
Riwayat ini dan yang sepadannya, tergolong penjelasan yang
dilontarkan oleh kaum Bejat dan Jahat, yang pekerjaan mereka ‘memfitnah Allah dan para NabiNya AS’. Ahli adil dan ahli tauhid, Al-Hamdu lillah tidak mengucapkan yang mereka ucapkan.
Kalau telah tergelincir pada amalan rendah seperti penjelasan di atas,
niscaya justru dijelaskan bahwa 'Yusuf AS telah melakukan'. Bertobat maupun
istighfarnya, juga pasti 'telah dijelaskan' pula. Seperti tergelincirnya Nabi Adam AS, Nabi Dawud AS, Nabi Nuh AS, Nabi Ayub AS, Nabi Dzinnun (Yunus) AS.
Tobat dan istighfar mereka telah dijelaskan (pada kita). [3]
Tobat dan istighfar mereka telah dijelaskan (pada kita). [3]
Bagaimana mungkin Nabi Yusuf AS melakukan demikian? Padahal dia
telah disanjung dan telah dinyatakan ‘Mukhlash’ oleh Allah? [4] Dia telah tahu pasti bahwa dirinya
telah menginjak jalan licin (berbahaya). Dia telah memerangi nafsunya seperti
para rasul (Ulul-Quwwati wa
Al-Azm), yang memiliki
kekuatan dan keteguhan iman. Dia telah memahami betul, dalil yang
'mengharamkan' dan menilai 'jelek' perbuatan seperti itu.
(Karena perjuangan menghindarnya sempurna) maka dia berhak mendapatkan ‘Sanjungan Allah’ yang tertulis di dalam kitab-kitab suci kuno. Bahkan di dalam Al-Qur’an yang merupakan hujjah yang mengalahkan semua KitabNya. Yang berguna sebagai 'alat pencari atau pembukti' kebenaran, bagi Kitab-KitabNya.
(Karena perjuangan menghindarnya sempurna) maka dia berhak mendapatkan ‘Sanjungan Allah’ yang tertulis di dalam kitab-kitab suci kuno. Bahkan di dalam Al-Qur’an yang merupakan hujjah yang mengalahkan semua KitabNya. Yang berguna sebagai 'alat pencari atau pembukti' kebenaran, bagi Kitab-KitabNya.
Tujuan Allah mengkisahkan dan melukiskan akhlaq Yusuf AS secara
sempurna, tiada lain kecuali, 'agar dia AS menjadi buah bibir' di kalangan kaum Akhir. Sebagaimana Allah telah menjadikan kakek dia bernama Ibrahim AS sebagai
Al-Khalil (orang Pilihan). Dan agar kaum Shalih sepanjang masa mengikuti dia AS
mengenai:
1.
Terjaganya.
2.
Berbusana yang baik.
3.
Dan
agar berdiri tegak, di jalan licin yang menggelincirkan.
Allah pun merendahkan upaya (kotor) mereka yang ditujukan pada Surat (Yusuf) dari Allah. Yang merupakan seindah-indah kisah di dalam Al-Qur’an,
berbahasa Arab nyata. Yang bertujuan agar seorang nabi AS dijadikan Panutan.
Keinginan (kotor) mereka, (memasukkan 'Ajaran Sesat' secara
samar):
1.
Cara
lelaki duduk pada cabang (di antara dua kaki) wanita pezina.
2.
Melepaskan
kancing celana untuk mencoitus wanita pezina. Beliau AS telah dilarang oleh Tuhannya berkali-kali, dan telah
ditunjukkan tiga dalil, dari Al-Qur’an.
Beliau AS telah dibentak dengan bentakan dahsyat, telah diancam
dengan ancaman keras, dan telah digambarkan seperti burung yang seluruh bulunya
rontok, setelah mezinahi burung betina bukan pasanganya. Akhirnya di dalam
sarangnya, burung jantan itu tidak mampu bergeser dan berpindah, bahkan
tak mampu berdiri. Hingga Allah perintah agar Jibril mendatangi beliau AS
untuk memberi penjelasan keras.
Kalau para pezina bermoral lebih bejat, atau yang kebejatan
moral mereka sedang, bermata indah, berwajah mempesona, ‘membandel seperti yang
dituduhkan atas Yusuf, Nabi Allah AS tersebut di atas’, niscaya tak memiliki
lagi otot atau anggota badan, yang bisa digerakkan. (Artinya Yusuf AS mutlak tidak membandel seperti Kisah Fitnah di atas).”
Kesimpulan, "Firman yang ada, melukiskan 'Yusuf AS' telah
tergoda, hingga sahwatnya menggelora, bahkan hampir bergeser untuk lebih
mendekat. Tapi akalnya menyadarkan untuk menghindari. Hingga dia berlari
secepat-cepatnya. Hingga Allah menyatakan 'dia tergolong kaum Mukhlasiin'."
Mungkin keikhlasan Yusuf AS yang membuat ridho, hingga Allah memberi Mukjizat berbentuk 'Bayi berbicara' untuk membela, dengan ‘persaksian baik’. Seperti kaum yang selalu ikhlas (dalam beramal) juga diperlakukan demikian, oleh Allah.
Mungkin keikhlasan Yusuf AS yang membuat ridho, hingga Allah memberi Mukjizat berbentuk 'Bayi berbicara' untuk membela, dengan ‘persaksian baik’. Seperti kaum yang selalu ikhlas (dalam beramal) juga diperlakukan demikian, oleh Allah.
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
[1] Alasan dari kisah muballigh yang diingkari dua alim tersebut : تفسير الطبري - (ج 16 / ص 35)
19015 - حدثنا أبو كريب وسفيان بن وكيع ، وسهل بن موسى الرازي ، قالوا: حدثنا ابن عيينة ، عن عثمان بن أبي سليمان ، عن ابن أبي مليكة ، عن ابن عباس ، سئل عن همّ يوسف ما بلغ؟ قال: حَلّ الهِمْيان ، وجلس منها مجلس الخاتن = لفظ الحديث لأبي كريب
[2] تفسير الطبري - (ج 16 / ص 49)
وأولى الأقوال في ذلك بالصواب أن يقال: إن الله جل ثناؤه أخبر عن همِّ يوسف وامرأة العزيز كل واحد منهما بصاحبه ، لولا أن رأى يوسف برهان ربه ، وذلك آيةٌ من الله ، زجرته عن ركوب ما همَّ به يوسف من الفاحشة = وجائز أن تكون تلك الآية صورة يعقوب = وجائز أن تكون صورة الملك - وجائز أن يكون الوعيد في الآيات التي ذكرها الله في القرآن على الزنا = ولا حجة للعذر قاطعة بأيِّ ذلك [كان] من أيٍّ . والصواب أن يقال في ذلك ما قاله الله تبارك وتعالى ، والإيمان به ، وترك ما عدا ذلك إلى عالمه
[3] Mengenai Dawud AS, Allah berfirman: وَظَنَّ دَاوُودُ أَنَّمَا فَتَنَّاهُ فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهُ وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ [ص/24]. Mengenai Nuh AS, Allah berfirman: قَالَ رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِينَ [هود/47].
Mengenai Ayub AS, Allah berfirman: وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِبْ بِهِ وَلَا تَحْنَثْ إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ [ص/44].
Mengenai Dzunnun (Yunus AS), Allah berfirman: وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ [الأنبياء/87].
Mengenai Ayub AS, Allah berfirman: وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِبْ بِهِ وَلَا تَحْنَثْ إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ [ص/44].
Mengenai Dzunnun (Yunus AS), Allah berfirman: وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ [الأنبياء/87].
[4] Mengenai Kemukhlasan Yusuf AS, Allah berfirman: إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ [يوسف/24].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar