Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2012/01/16

KW 178: Perang Qabail (القبائل)


Di pagi yang cerah itu, Maisarah mengimami shalat khauf pada pasukan Muslimiin, di barak pengungsian. Seusai shalat, dia berdiri untuk memuji dan menyanjung Allah, dan mendoakan shalawat untuk nabi SAW. Lalu berkata, “Saudara semuanya! Bersabarlah menghadapi musibah! Ini semua adalah Rahmat dari Allah untuk kita. Atas Pertolongan Allah kita telah menang di dalam peperangan ini, walau belum selesai. Yang mulia Abu Ubaidah telah berpesan padaku ‘mereka’ maksudnya ‘kalian jangan dibawa ke tempat yang jauh!’. Kita telah berpisah dengan beliau selama seminggu, namun beliau tidak tahu bahwa kita sedang menghadapi kesulitan menghadapi lawan.”
Said bin Zaid berkata, “Apa maksud yang mulia? Jika yang mulia ingin perintah agar kami bertempur, memang keinginan kami segera bertemu Allah 'melebihi' keinginan orang kehausan yang ingin meneguk air.” 
Maisarah menjawab, “Saya hanya ingin mendengarkan pendapat kalian. Saya juga ingin mengutus lelaki agar melaporkan keadaan kita pada yang mulia Abu Ubaidah, dan bahwa bala bantuan musuh berdatangan banyak sekali. Semoga yang mulia Abu Ubaidah segera mengirimi kita bala bantuan.” 
Said menjawab, “Yang mulia benar.”

Maisarah memanggil seorang dari empat orang dzimmi, untuk diperintah dan diberi imbalan yang menggiurkan. “Ajaklah satu temanmu untuk menemani kau pergi pada Abu Ubaidah. Laporkan pada beliau ‘bala bantuan dari dalam benteng, desa-desa, dan utusan seluruh negeri mereka, telah berdatangan untuk menggempur kami!’. Ceritakan pada beliau apa yang kau saksikan di sini!.”

Dua lelaki dzimmi itu memacu kuda secepat-cepatnya menuju kota Chalab (Aleppo). Sesampainya ke tujuan, mereka berdua jatuh pingsan karena terlalu capek. 
Kaum Muslimiin berkata, “Guyurlah air!” hampir serempak.
Mereka berdua sadar setelah diguyur air. Dan ditanya, “Siapa yang mengejar kalian berdua? Apa pasukan kami di sana berguguran?.” 
Mereka berdua menjawab, “Demi Allah tidak. Tetapi bala bantuan musuh yang akan dikerahkan agar memerangi Maisarah dan pasukannya 'berjumlah banyak' sekali, dan dari mana-mana.” 
Mereka berdua menjelaskan pada Abu Ubaidah mengenai apa saja yang telah disaksikan. Mengenai pasukan Muslimiin membuang sarung pedang untuk berperang mati-matian, Damis ditangkap musuh, tetapi berhasil meloloskan diri bersama 10 kawannya, juga dilaporkan

Abu Ubaidah dan kaum Muslimiin mendengarkan laporan itu, dengan tegang.
Abu Ubaidah gusar dan bergegas bersama dua orang dzimmi menuju tenda Khalid yang sedang membenahi baju perang. 
Khalid berdiri untuk berkata, “Selamat yang mulia,” dan menyalami. Lalu mempersilahkan Abu Ubaidah duduk di tempat sederhana. 
Abu Ubaidah perintah pada dua lelaki dzimmi itu: “Ceritakan pada Khalid mengenai yang telah kalian saksikan berkenaan kaum Muslimiin!.” 

Khalid menyimak dengan serius pada laporan dua lelaki itu hingga selesai. Lalu berkata dengan suara berwibawa, “Sungguh sejak menolong kita, Allah tak pernah lagi menghinakan kita. Segala puji syukur hanya untuk Allah yang telah perintah, agar kita bersabar menghadapi cobaan seberat apapun. Dia berfirman ‘hai orang-orang yang beriman, sabar! Selalu sabarlah! Selalu menyambunglah (pada amalan)! Dan bertakwalah! Agar kalian beruntung’.  Dia juga berfirman ‘sungguh Allah menyertai orang-orang yang sabar’.”  
Ucapan Khalid selanjutnya membuat kaum Muslimiin lebih tercengang: “Saya akan meneruskan berjihad di Jalan Allah. Apapun yang diperlukan oleh Allah dan RasulNya akan saya penuhi. Semoga Allah menyelamatkan dan memberi saya pahala mati syahid.”

Dengan gerak cepat, Khalid memasuki tenda untuk mengambil baju perang dan pecinya yang barakah. Lalu bergabung pada pasukan Muslimiin yang telah bersiap akan berjalan menuju Qabail, untuk membantu Maisarah dan pasukannya. Abu Ubaidah berteriak, “Jangan semuanya yang berangkat!.”

Awal yang diperbolehkan menyusul Maisarah dan pasukannya, hanya berjumlah 3.000 pasukan berkuda. 
Setelah arak-arakan itu pergi menjauh, 2.000 pasukan berkuda berikutnya diberangkatkan oleh Abu Ubaidah, agar menyusul.

Khalid mengangkat dua tangannya dan berdoa, “Ya Allah, buatkan jalan untuk kami menuju kesana. Lipatlah jarak yang jauh ini untuk kami, dan sesulit apapun buatlah mudah untuk kami.”

Di medan perang, Maisarah dan pasukannya dalam keadaan kesulitan, karena dikepung musuh yang jauh lebih banyak dari segala penjuru. Telah beberapa hari mereka berperang mati-matian mulai pagi hingga petang. Tiap hari bala bantuan pasukan Romawi yang berdatangan untuk menyerang semakin banyak. Tetapi Maisarah dan pasukannya pantang menyerah, meskipun telah berkali-kali tergores pedang, hingga tubuh mereka bermandi darah. Sepertinya mereka itu kaum yang tak bisa dibunuh oleh pasukan Romawi, karena Ijin Allah Taala. 

Seluruh kekuatan lautan pasukan Romawi telah ditumpahkan untuk menghabisi pasukan Muslimiin secepat-cepatnya. Namun justru dari mereka semakin banyak yang tewas. Itu sebagai bukti bahwa orang yang ditolong oleh Allah, pasti akan menang.

Bersambung.

1 komentar:

  1. Al-Waqidi menulis tentang Khalid berdoa: فتوح الشام - (ج 1 / ص 260)
    رفع خالد يديه إلى السماء وقال: اللهم اجعل لنا إليهم سبيلاً واطو لنا بالبعيد ويسر لنا كل صعب شديد

    BalasHapus