(Bagian ke-157 dari
seri tulisan Khalid bin Walid)
Yuqana berkata, “Jika terjadi peperangan, berusahalah ada yang ditawan oleh mereka!
Ketahuilah bahwa orang bijak bernama Charfanas (حرفناس الحكيم) pernah berkata: ‘
‘Sungguh orang yang mengamati kejadian yang ada di zamannya, akan tenggelam dalam
keamanan. Barang siapa menghayati yang diamalkan atau dilakukan, maka menjadi
ahli. Barang siapa sering berkhianat maka kebaikannya lepas’.
Ayo
kita beragkat! Semoga Allah memberi barakah!.”
Pasukan Yuqana bersiap-siap melakukan serangan.
Ternyata
pasukan yang akan diserbu meneriakkan, “Hidup Isa bin Maryam! Hidup Salib Agung! Siapa
kalian?.”
Yuqana menjawab, “Kalian juga siapa?.”
Mereka
menjawab, “Kami pasukan Raja Jabalah bin Aiham!.”
Yuqana turun dari kuda untuk mengucapkan salam pada mereka.
Mereka
juga mengucapkan salam pada Yuqana dan pasukanya.
Jabalah
bertanya, “Kalian dari mana?.”
Yuqana menjawab, “Dari Marasy membawa putri Raja Hiraqla. Kalian dari mana?.”
Jabalah
menjawab, “Dari Umaq (العُمَق)
mencari bahan makan, namun di tengah perjalanan pulang, kami bertemu lebih 200
pasukan berkuda Muslimiin. Pasukan kami berjumlah 2.000 kuwalahan menghadapi
serangan mereka. Serangan kami yang menggila ditumpulkan oleh mereka, bahkan
beberapa pasukan kami berguguran. Beberapa orang mereka mampu membunuh dua atau
tiga orang dari pasukan kami, tapi akhirnya kami bisa menawan mereka. Pimpinan
mereka di belakang, kami kejar dan kudanya kami panah hingga tewas. Lalu dia
kami tawan. Ternyata dia sahabat Muhammad SAW bernama Dhirar bin Al-Azwar. Dia
dan pasukannya akan akami hadapkan pada Raja Hiraqla, agar ditanya.”
Yuqana tersenyum agar dikira bahagia, dan berkata, “Demi benarnya agama ini! Kau telah
beruntung karena bisa menawan orang hebat dan pasukannya. Saya sendiri telah
mendengar berita mengenai keberanian dan ketangkasan dia di dalam berperang,
hingga banyak pahlawan Romawi yang gugur di tangannya.”
Yuqana dan Jabalah memimpin arak-arakan pasukan menuju Anthakiyah.
Negeri Izaz telah
dianugrahkan oleh Allah pada pasukan Muslimiin. Malik menunjuk Said bin Amer
Al-Ghanawi (سعيد بن عمرو
الغنوي) agar memerintah negeri
itu.
Malik
dan Al-Fadhl diikuti arak-arakan pasukan Muslimiin, pulang menuju Chalab untuk
menyerahkan rampasan perang pada Abu Ubaidah.
Abu
Ubaidah berbahagia dan bersyukur atas kemenangan Muslimiin di negeri Izaz dan rampasan
perang yang melimpah. Dia bertanya pada Malik tentang Yuqana; dan dijawab
dengan berbisik, “Dia pergi ke Anthakiyah untuk menjumpai dan memakar atas raja
Romawi terbesar. Dia belum bisa menghadap kemari.”
Abu
Ubaidah berdoa, “Semoga Allah memberi Pertolongan, Kemenangan
dan Ampunan.”
Lalu
menulis surat pada Umar bin Al-Khatthab RA:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dari
Abu Ubaidah Amir bin Al-jarrach pada Amirul- Mukminiin Umar bin Al-Khatthab RA
سلام عليك
Saya
memuji pada Allah satu-satunya Tuhan yang harus disembah, dan mendoakan
shalawat pada Nabi-Nya SAW, ammaa
bakd:
Sungguh Allah penebar Segala Anugrah, menuntun kami
agar bersyukur. Benteng sesulit apapun di Syam, telah kami rebut karena Anugrah-Nya. Raja-raja Syam dipaksa oleh Allah agar tunduk pada
kami, dan tanah mereka
diberikan oleh Allah pada kami. Bahkan negeri Chalab juga telah diberikan pada kami oleh Allah. Negeri Izaz juga kami
taklukkan berkat Pertolongan Allah. Raja Chalab
bernama Yuqana telah masuk Islam dengan baik, bahkan telah mewajibkan diri, berjuang demi
Muslimiin. Berkat perjuangan Yuqana, kaum Muslimiin merasakan manfaatnya; dan kaum kafir
menderita. Kini dia menemui Hiraqla untuk bermakar dengan keberanian yang
membahayakan, karena taat Allah dan Rasul-Nya. Saya menulis surat ini ketika
sedang bersiap menuju Anthakiyah,
untuk memberi pelajaran pada Raja Hiraqla. Kini benteng-benteng kerajaan di
Syam telah kami renggut. Kami berharap semoga bisa segera menangkap Hiraqla dan
menduduki singgasana dan mengambil harta kekayaannya, sebagaimana Rasulullah
SAW pernah menjanjikan pada kita. Berilah kami bekal doamu yang akan
beranfaat besar untuk kaum Muslimiin,
dan agar kaum Kafir segera rusak.”
والسلام عليك وعلى من معك عن المسلمين ورحمة
الله وبركاته
Abu
Ubaidah mengambil 1/5 dari rampasan perang, diserahkan pada Rabach bin Ghanim Al-Yasykari (رباح بن غانم اليشكري), yang diserahi membawa
200 pasukan berkuda.
Rabach
dan pasukannya ditugaskan mengantar 1/5 dari rampasan perang pada Umar di
Madinah. Di antara mereka yang terpenting:
1.
Qatadah.
2.
Salamah bin
Al-Akwa (سلمة بن الأكوع).
3.
Abdullah bin
Basyar.
4.
Jabir bin Abdillah
RA dan lainnya.
Abu
Ubaidah juga menugaskan agar Dhirar bin Al-Azwar membawa 200 pasukan berkuda, untuk
mengawal mereka.
Safinah
mantan budak Rasulillah SAW berada di dalam pasukan Dhirar, bertugas menjadi
mata-mata.
Dhirar
membawa sejumlah lelaki taklukan agar menunjukkan jalan.
Pasukan
berjumlah 400 itu berarak-arak menyusuri jalan hingga ketika waktu sahur,
mereka memasuki hutan Dabiq. Para menunjuk jalan berteriak, “Hai! Awas! Kasihanilah kuda kalian
yang berjalan terus!.”
Dhirar
mengistirahatkan mereka semua, di situ.
Di
waktu sahur berikutnya mereka terkejut oleh datangnya Raja Jabalah dan
pasukanya untuk menyerbu.
Dhirar
dan 100 pasukannya bergegas menaiki dan memacu kuda. Pasukan berjumlah 100 lainnya belum sempat naik kuda, sudah diserbu
oleh pasukan Jabalah.
Mereka
melawan tapi lalu dilumpuhkan oleh pasukan Jabalah yang terlalu banyak.
Pada 100 pasukannya, Dhirar berteriak, “Hai pemuda Arab! Musuh kalian telah menangkap saudara kalian ketika
sedang istirahat! Ayo kita selamatkan!
Nabi SAW bersabda ‘surga berada di bawah kilauan pedang-pedang’. Allah juga
berfirman ‘kam min fiatin
qaliilatin ghalabat fiatan katsiiratan biidznillaah. Wa Allahu maasshaabiriin’.”[1]
Di
antara pasukan Dhirar ada yang bernama Rabiah bin Mamar bin Abi Auf (ربيعة بن معمر بن أبي عوف)
yang sangat pandai menguntai syair. Dia menjadi pusat perhatian pasukan karena
syairnya yang indah. Dia membaca syair:
Hai
pemuda Arab! Kalian takkan meraih surga!
Kecuali
jika tahan menderita
Demi
Allah kalian takkan memasuki kecuali dengan berjihat secara nyata
Surga
Allah seluas beberapa langit dikepung oleh derita
Surga
tertinggi ditempati oleh Syuhada
Maka
buatlah ridha! Pada yang tahu barang
ghaib maupun yang nyata
Jihad
telah berdiri di atas kakinya
Bukankah
kalian sebagai shabat nabi SAW ini zaman?
Kenapa
pesimis meraih Pertolong Rohman?
Buatlah
bahagia ruh Al-Musthafa dengan[2]
Kalian
gigih melawan lawan
Jangan
lari! Karena akan dimurkai oleh Tuhan
Ketahuilah
‘kemengangan akan diraih’ oleh yang mau berkorban
Yang
berniat mencari kampung abadi pasti
Bertemu
musuh sebanyak apapun 'tak peduli'
Benarkanlah
niat kalian agar mendapatkan!
Rahmat
dari Tuhan kalian?
Tepatkan
sasaran agar mendapatkan yang kalian harapkan
Tusuklah
leher mereka
Agar
berpahala bidadari mempesona
Agar
diberi perumahan istimewa
Tabahlah
agar meraih kemenangan
Jangan
mengasihani lawan
Karena
ucapan mereka tipuan
Kaum
alim dalam bidang mereka membaca
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
Syair
itu mebuat 100 pasukan Dhirar menjadi semangat
dan keberanian mereka berkobar.
Dhirar
membaca syair pemacu semangat:
Ayo
orang-orang pembohong keparat kita serang!
Agar
kalian menyaksikan darah mereka tumpah oleh pedang
Hinakan
agama rendah dan belalah Tuhan Arasy yang Maha memberi anugrah
Barang
siapa di hari kiamat nanti ingin dibebaskan oleh Subchana-H
Di
hari ini hendaklah berperang bagai singa
Dan
buatlah ridha pada Rasul yang tak pernah dusta
Bersambung.
[1] كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ [البقرة/249].
Artinya: Banyak golongan sangat sedikit telah mengalahkan golongan sangat banyak karena Idzin Allah. Dan Allah menyertai orang-orang sabar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar