{وَإِنِ امْرَأَةٌ خَافَتْ مِنْ بَعْلِهَا نُشُوزًا
أَوْ إِعْرَاضًا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا أَنْ يُصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا وَالصُّلْحُ
خَيْرٌ وَأُحْضِرَتِ الْأَنْفُسُ الشُّحَّ وَإِنْ تُحْسِنُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ اللَّهَ
كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا} [النساء: 128]
Artinya:
Dan jika wanita mengkhawatirkan tekanan atau diacuhkan oleh suaminya, maka tiada
dosa atas mereka berdua “Berdamai dengan benar-benar damai”
antar mereka berdua. Perdamaian baik,
namun jiwa telah didatangi oleh (syuch/الشُّحَّ) tak mau mengalah. Dan jika kalian berbuat
baik dan bertaqwa, maka sungguh Allah Maha meliput yang kalian amalkan.
Memang di hari kiamat, lelaki
beristri dua atau lebih, yang tidak adil, akan sengkleh satu lengannya. Tetapi bagi istri yang meridhoi atau memaafkan suaminya, akan lebih baik, berdasarkan: صحيح البخاري - (ج 16 / ص 218)
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا
وَإِنْ امْرَأَةٌ خَافَتْ مِنْ بَعْلِهَا نُشُوزًا أَوْ إِعْرَاضًا قَالَتْ
هِيَ الْمَرْأَةُ تَكُونُ عِنْدَ الرَّجُلِ لَا يَسْتَكْثِرُ مِنْهَا فَيُرِيدُ
طَلَاقَهَا وَيَتَزَوَّجُ غَيْرَهَا تَقُولُ لَهُ أَمْسِكْنِي وَلَا تُطَلِّقْنِي
ثُمَّ تَزَوَّجْ غَيْرِي فَأَنْتَ فِي حِلٍّ مِنْ النَّفَقَةِ عَلَيَّ
وَالْقِسْمَةِ لِي فَذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا أَنْ
يَصَّالَحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا وَالصُّلْحُ خَيْرٌ
Artinya:
Dari Aisyah RA, “Dan jika wanita mengkhawatirkan tekanan atau diacuhkan oleh suaminya (وَإِنْ امْرَأَةٌ خَافَتْ مِنْ بَعْلِهَا نُشُوزًا أَوْ
إِعْرَاضًا). Dialah wanita yang tidak sering ditengok oleh lelaki yang di
sisinya. Lelaki itu ingin mentalak dan menikahi lainnya.
Si istri berkata ‘tahanlah saya jangan kau talak! Lalu nikahilah wanita selain saya!
Kau di dalam halal mengenai nafkah dan pembagian, untukku’.
Itulah yang
dimaksud dalam Firman Allah Taala ‘maka tiada dosa atas mereka
berdua untuk berdamai antar mereka berdua dengan benar-benar damai.
Damai itu baik (فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا أَنْ
يَصَّالَحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا وَالصُّلْحُ خَيْرٌ)’.”[1]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar