Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2011/06/02

PK 6: Shofiyah Dihijabi Sebagai Tanda

(Bagian ke-6 dari seri tulisan Perang Khaibar menurut Al-Waqidi)
Ibnatu Abil-Qoin Al-Muzani (ابْنَةِ أَبِي الْقَيْنِ الْمُزَنِيّ) yang pernah bergaul dengan Shofiyyah berkata, “Saya pernah mendekati istri Rasulillah yang bernama Shofiyyah. Saat itu dia bercerita tentang dirinya dan kaumnya:
‘Dulu kami pernah tinggal di dekat Madinah, lalu diusir menuju Khaibar. Di Khaibar saya dinikahi oleh Kinanah bin Abil-Chuqaiq. Saya hidup serumah dengan dia beberapa hari sebelum Rasulullah datang untuk menyerang Khaibar. Dalam pesta pernikahan besar itu Kinanah menyembelih beberapa unta Jazur[1]. Resepsi mewah di kastil Sulalim itu dihadiri kaum Yahaudi berjumlah banyak sekali. Saya bermimpi melihat bulan datang dari kota Yatsrib (Madinah) ke Khaibar untuk berhenti di pangkuanku. Saya menjelaskan mimpi itu pada Kinanah suamiku, namun dia menampar pipi hingga pelupuk mataku memar berwarna biru. Ketika saya telah diperistri oleh nabi dan telah bersamaan dalam satu setenda, dia mengamatiku dan bertanya tentang mataku. Saya menjelaskan pada beliau.
Lengkapnya begini: kaum Yahudi menempatkan anak-anak kecil di beteng Katibah. Beteng An-Nathah dikosongkan untuk persiapan perang akbar. Ketika Rasulullah telah datang ke Khaibar dan telah menaklukkan penghuni An-Nathah; Kinanah mendatangi saya di dalam kamar untuk berkata ‘Muhammad telah menaklukkan penghuni beteng An-Nathah sepenuhnya. Di sini tak ada lagi tentara Yahudi yang sanggup berperang, semua sudah tewas. Kaum Arab dari Ghathafan yang akan menolong kita ternyata bohong’. Kinanah memindahkan saya ke beteng An-Nazzar di Assyaq, yaitu beteng yang lebih kokoh. Anak perempuan paman dan beberapa wanita mengikuti kami berdua berpindah ke beteng An-Nazzar. Sebelum pergi ke beteng Katibah, Rasulullah menyerbu dan menawan saya di beteng An-Nazzar. Rasulullah mengirim saya menuju tenda beliau, beliau pulang ke tenda sudah sore.
Rasulullah memanggilku, saya datang berkerudung dengan sangat malu. Ketika saya duduk, beliau bersabda ‘kalau kau akan menetapi agamamu saya takkan memaksa, namun jika kau memilih Allah dan Rasul-Nya lebih baik’. Saya menjawab ‘saya memilih Allah dan Rasul-Nya dan Islam’. Rasulullah memerdekakan saya sebagai mahar untuk menikahi saya.”  

Ketika Rasulullah akan pulang ke Madinah, para sahabat nabi berkata, “Di hari inilah kita akan tahu Shofiyah ini istri nabi atau budak nabi. Kalau istri pasti dihijabi, kalau tidak berarti budak.” Setelah nabi siap berangkat, perintah agar Shofiyah dihijabi sebagai tanda istri nabi agar tidak dilihat orang umum. Nabi mendekati unta dan memasang kaki agar pahanya dijadikan tumpuan Shofiyah untuk masuk tandu di atas unta. Shofiyah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari istri-istri nabi yang lain. Mereka memanggil dengan sinis, “Hai anak perempuan Yahudi,” namun nabi SAW memperlakukan Shofiyah dengan lembut dan sopan. Nabi pernah terkejut ketika Shofiyah menangis karena diledek oleh istri-istri nabi yang lain. Beliau bertanya, “Ada apa denganmu?.”
Shofiyah berkata, “Istri-istri tuan menghina saya, mereka berkata ‘hai anak perempuan Yahudi’.” Sontak nabi murka dan bersabda, “Jika mereka menghinamu lagi, jawablah ‘saya ini cucu Nabi Harun dan paman jauh saya Nabi Musa SAW’."     

[1] Unta besar yang sudah waktunya disembelih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar