(Bagian ke-23 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Penduduk Damaskus sangat berduka-cita karena telah berkali-kali menderita kekalahan. Hamdan putra pimpinan mereka yang gugur oleh tombak Dhirar. 100 pasukan pembawa Dhirar berguguran diserang teman-teman Dhirar yang marah. Jagoan mereka bernama Paulus ditawan Muslimiin dan pasukannya berjumlah banyak juga berguguran. Petrus dan pasukannya berjumlah 3.000 orang juga berguguran. Semua itu membuat bersedih yang bertumpuk-tumpuk.
Menurut Chamid bin Amir Al-Yarbu’i (حامد بن عامر اليربوعي) yang mengikuti peperangan saat itu: “Saya telah menghitung pasukan Romawi yang dibunuh oleh Dhirar berjumalah 30 orang. Yang dibunuh oleh Khaulah 5 pria. Yang dibunuh oleh Afro’ bintu Ghoffar Al-Chimyariyyah (عفراء بنت غفار الحميرية) 4 pria. Yang masih hidup lari pontang-panting menghindari kejaran Muslimiin. Mereka masuk ke Damaskus tak berani keluar,” tulis Al-Waqidi di dalam Futuchus Syam.
Jarahan yang ditinggalkan pasukan Romawi sangat banyak: kuda, pedang dan harta kekayaan yang bermacam-macam. Setelah Muslimiin mengumpulkan jarahan, Khalid perintah, “Ayo kita susul Abu Ubaidah yang menunggu kita di Marji Shofar (nama tempat yang artinya hutan kuning)!.”
Khalid dan pasukannya berlari kencang dengan kuda mereka. Hati mereka sangat bahagia karena pertolongan Allah yang Maha Besar. Arak-arakan kuda yang panjang itu tak lama kemudian telah sampai ke-Marji Shofar. Saat mereka datang; Abu Ubaidah sedang tidak tampak. Jamaah Abu Ubaidah mencari-cari Abu Ubaidah pimpinan yang mereka kagumi.
Di waktu Khalid dan pasukannya telah datang semuanya; Abu Ubaidah muncul untuk bertakbir. Khalid dan pasukannya juga bertakbir karena terlalu bahagia. Sejenak kemudian Khalid dan pasukannya mengucapkan salam dan bersalaman dengan pasukan Abu Ubaidah.
Kebahagiaan pasukan Abu Ubaidah bertambah ketika menyaksikan Khaulah dan teman-teman wanitanya telah berhasil diselamatkan. Apa lagi ketika Khalid melaporkan pada Abu Ubaidah mengenai keberanian dan ketangkasan Khaulah, Afroh, dan para wanita lainnya dalam menghadapi serangan pasukan Petrus yang ganas. Semua pasukan Abu Ubaidah mendengarkan laporan itu dengan serius. Abu Ubaidah dan pasukannya tersenyum bangga dan bahagia. Mereka bersyukur sepenuhnya kepada Allah. Keyakinan bahwa kota Syam akan mereka kuasai yang tadinya tipis kini telah menebal di lubuk hati kaum Muslimiin.
Khalid perintah agar Paulus dikeluarkan dari barak. Khalid perintah pada Paulus yang menghadap dengan tangan terikat: “Islamlah!. Jika tidak mau akan kutindak seperti sudara laki-lakimu!.”
Paulus bertanya, “Telah kau apakan saudara laki-lakiku?.”
“Telah kubunuh,” jawab Khalid selanjutnya, “Ini kepalanya!,” sambil isarah dengan tangan.
Dhirar melemparkan kepala Petrus kedepan Paulus. Paulus terkejut lalu tangisannya meledak, “Apa gunanya saya hidup tanpa dia. Bunuhlah saya agar menyusul dia.”
Dalam tangisannya dia makin terkejut oleh datangnya Al-Musayyab bin Yachya Al-Fazari RA (المسيب بن يحيى الفزاري رضي الله عنه) yang membawa pedang terhunus. Pedang Al-Musayyab melayang menebas leher Paulus, setelah diperintah oleh Khalid. Darah merah menyembur ketanah; Paulus rebah. Lalu ditinggal pergi oleh arak-arakan berkuda yang panjang sekali itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar