قَدْ قِيْلَ: إِنَّ النَّصاَرَى كاَنُوْا عَلَى دِيْنِ اْلاِسْلاَمِ
إِحْدَى وَثَماَنِيْنَ سَنَة بَعْدَماَ رُفِعَ عِيْسَى، يُصَلُّوْنَ إِلَى
اْلقِبْلَةِ، وَيَصُوْمُوْنَ شَهْرَ رَمَضاَنَ، حَتَّى وَقَعَ فِيْماَ بَيْنَهُمْ
وَبَيْنَ اْليَهُوْدِ حَرْبٌ، وَكاَنَ فِي اْليَهُوْدِ رَجُلٌ شُجاعٌ يُقاَلُ لَهُ
بُوْلُسُ، قَتَلَ جَماَعَةً مِنْ أَصْحاَبِ عِيْسَى فَقاَلَ: إِنْ كاَنَ الْحَقُّ
مَعَ عِيْسَى فَقَدْ كَفَرْناَ وَجَحَدْناَ وَإِلَى الناَّرِ مَصِيْرُناَ،
وَنَحْنُ مَغْبُوْنُوْنَ إِنْ دَخَلُوْا اْلجَنَّةَ وَدَخَلْناَ الناَّرَ،
وَإِنِّي أَحْتاَلُ فِيْهِمْ فَأُضِلَّهُمْ فَيَدْخُلُوْنَ الناَّرَ، وَكاَنَ لَهُ
فَرَسٌ يُقاَلُ لَهاَ الْعِقاَبُ، فَأَظْهَرَ النَّداَمَةَ وَوَضَعَ عَلَى
رَأْسِهِ التُّرابَ وَقاَلَ لِلنَّصاَرَى: أَناَ بُوْلُسُ عَدُوُّكُمْ قَدْ
نُوْدِيْتُ مِنَ السَّماَءِ أَنْ لَيْسَتْ لَكَ تَوْبَةٌ إِلاَّ أَنْ تَتَنَصَّرَ،
فَأَدْخَلُوْهُ فِي الْكَنِيْسَةِ بَيْتاً فَأَقاَمَ فِيْهِ سَنَة لاَ يَخْرُجُ
لَيْلاً وَلاَ نَهاَراً حَتَّى تَعَلَّمَ اْلاِنْجِيْلَ، فَخَرَجَ وَقاَلَ:
نُوْدِيْتُ مِنَ السَّماَءِ أَنَّ اللهَ قَدْ قَبِلَ تَوْبَتَكَ فَصَدَّقُوْهُ
وَأَحَبُّوُهُ، ثُمَّ مَضَى إِلَى بَيْتِ اْلمَقْدِسِ وَاسْتَخْلَفَ عَلَيْهِمْ
نَسْطُوْراً وَأَعْلَمَهُ أَنَّ عِيْسَى بْنَ مَرْيَمَ إِلَهٌ، ثُمَّ تَوَجَّهَ
إِلَى الرُّوْمِ وَعَلَّمَهُمُ اللاَّهُوْتَ وَالناَّسُوْتَ وَقاَلَ: لَمْ يَكُنْ
عِيْسَى بِإِنْسٍ فَتَأَنَّسَ وَلاَ بِجِسْمٍ فَتَجَسَّمَ وَلَكِنَّهُ ابْنُ
اللهِ. وَعَلَّمَ رَجُلاً يُقاَلُ لَهُ يَعْقُوْبُ ذَلِكَ، ثُمَّ دَعاَ رَجُلاً
يُقاَلُ لَهُ الْمِلْكُ فَقاَلَ لَهُ، إِنَّ اْلاِلَهَ لَمْ يَزَلْ وَلاَ يَزاَلُ
عِيْسَى، فَلَمَّا اسْتَمْكَنَ مِنْهُمْ دَعاَ هَؤُلاَءِ الثَّلاَثَة وَاحِداً
وَاحِداً وَقاَلَ لَهُ: أَنْتَ خاَلِصَتِيْ وَلَقَدْ رَأَيْتُ اْلمَسِيْحَ فِي
النَّوْمِ وَرَضِيَ عَنِّي، وَقاَلَ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ: إِنِّيْ غَداً
أَذْبَحُ نَفْسِيْ وَأَتَقَرَّبُ بِهاَ، فَادْعُ الناَّسَ إِلَى نِحْلَتِكَ، ثُمَّ
دَخَلَ الْمَذْبَحَ فَذَبَحَ نَفْسَهُ، فَلَماَّ كاَنَ يَوْمُ ثاَلِثِهِ دَعاَ
كُلُّ واَحِدٍ مِنْهُمُ الناَّسَ إِلَى نِحْلَتِهِ ، فَتَبِعَ كُلَّ وَاحِدٍ
مِنْهُمْ طاَئِفَةٌ، فَاقْتَتَلُوْا وَاخْتَلَفُوْا إِلَى يَوْمِناَ هَذاَ، فَجَمِيْعُ
النَّصاَرَى مِنَ الْفِرَقِ الثَّلاَثِ، فَهَذاَ كاَنَ سَبَبُ شِرْكِهِمْ فِيْماَ
يُقاَلُ، وَاللهُ أَعْلَمُ.
Artinya:
Sungguh
telah dilaporkan bahwa kaum Nashrani benar-benar telah menetapi agama Islam
selama 81 tahun. Terhitung dari sejak ‘Isa AS diangkat ke langit. Saat itu mereka shalat menghadap qiblat, dan mengamalkan
puasa Ramadhan. Akhirnya timbul peperangan melawan kaum Yahudi.
Konon
ada lelaki Yahudi pemberani bernama Paulus (Syaul) yang telah
membunuh sejumlah sahabat ‘Isa AS.
Namun
akhirnya dia berkata, “Kalau yang benar agama ’Isa AS, berarti kami telah kafir, telah jahat,
dan akan masuk neraka. Jika mereka nantinya masuk surga; kita masuk neraka, kita
pasti hina. Jika begitu saya akan melancarkan makar untuk menyesatkan
mereka."
Dia berpura-pura
menyesal dan meletakkan debu di atas kepalanya. Selanjutnya berkata, “Sayalah
Paulus musuh kalian. Sungguh saya telah diseru dari langit ‘taubatmu takkan diterima kecuali jika kau beragama Nashrani’,” pada kaum Nashrani.
Kaum
Nashrani mempersilahkan Paulus masuk ke ruangan Gereja. Dia tinggal di sana
selama setahun penuh. Dan
tak pernah keluar untuk yang tidak perlu, baik
siang maupun malam. Akhirnya
dia berhasil mempelajari Injil. Setelah itu baru keluar dari Gereja.
Dia
berkata, ”Saya telah diseru dari langit ‘sungguh
Allah telah menerima taubatmu’.”
Ternyata
mereka mempercayai dan mencintai dia.
Dia pergi ke Baitil-Maqdis
dan mengangkat Nasthur sebagai wakil yang menggantikan kedudukannya. Saat itu
Paulus telah menjadi tokoh
Nashrani.
Dia pergi
ke Roma dan mengajarkan paham Lahut
wa Nasut (Persatuan Tuhan dan Manusia). [1] Dia berkata, “’Isa
bukan manusia, namun menjelma manusia. Dan jasad sebenarnya tidak seperti itu. Karena sebetulnya Dia
adalah Putra Allah.”
Ajaran
tersebut juga diajarkan pada Ya’qub.
Dia mengundang
lelaki bernama Milk untuk diajar; “Sesungguhnya Tuhan belum pernah berubah dan
takkan berubah sebagai ‘Isa.”
Ketika
telah merasa yakin terhadap tiga muridnya, ia mengundang mereka satu
demi satu. Semua diberi pesan, “Kau murid khususku. Sungguh saya
telah melihat ‘Isa di dalam mimpi, dan Dia telah ridha padaku.“
Dia juga berkata pada mereka satu demi satu,
“Besok pagi saya akan menyembelih diriku sebagai taqarrub (mendekatkan diri pada Tuhan). Pesanku
‘ajaklah manusia agar memeluk agamamu!’.”
Dia benar-benar
memasuki ruang penyembelihan untuk menyembelih dirinya. Di hari ketiga dari
peristiwa menggegerkan tersebut, murid-murid khususnya berdakwah agar
manusia memasuki agama mereka. Dan tiap seorang dari mereka mendapatkan
pengikut.
Akhirnya
sekte-sekte tersebut berperang dan berselisih tak henti-henti hingga saat ini.
Seluruh sekte Nashrani berasal dari tiga sekte tersebut. Inilah penyebab syirik
mereka menurut sebuah sumber. Dan Allah lah yang lebih tahu.
“وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ
قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ
سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ
قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي
نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ.”
Artinya:
Dan
(ingatlah) ketika Allah berfirman ‘ya ‘Isa bin Maryam, betulkah kau pernah
berkata pada manusia? ‘Anggaplah
aku dan ibuku, sebagai dua Tuhan selain Allah?’.
Dia
menjawab ‘Maha Suci Engkau, hamba tidak berkata yang bukan hak hamba. Kalau
hamba pernah mengatatkan tentu Tuhan telah mengetahui. Tuhan tahu yang di dalam
hatiku; hamba tak tahu yang di dalam Diri-Mu. Sungguh Engkau Maha tahu barang-barang
ghaib.” [Qs Al-Ma’idah 116].
Al-Baghawi menjelaskan di dalam Tafsirnya:
‘قاَلَ
أَبُوْ رَوْقٍ: وَإِذاَ سَمِعَ عِيْسَى عَلَيْهِ السّلَام هَذاَ الْخِطاَبَ
ارْعَدَتْ مَفاَصِلُهُ وَانْفَجَرَتْ مِنْ أَصْلِ كُلِّ شَعْرةٍ فِيْ جَسَدِهِ
عَيْنٌ مِنْ دَمٍ، ثُمَّ يَقُوْلُ مُجِيْباً للهِ عَزَّ وَجَلَّ: { قَالَ
سُبْحَانَكَ } تَنْزِيْهاً وَتَعْظِيْماً لَكَ { مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا
لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي
نَفْسِي وَلا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ }.
Artinya:
Abu Rauq berkata “Ketika mendengar ini Firman;
sendi-sendi ‘Isa عَلَيْهِ السّلَام
bergetar, dari tiap pangkal bulu dari jasadnya, menjadi sumber yang mengucurkan
darah. Pada Allah Dia akan menjawab ‘Maha Suci Engkau’ maksudnya ‘kehebatan dan
keagungan adalah Hak-Mu’,”
[1]
Dalam
Tajul-‘Urus dijelaskan: “وَفِرْقَةٌ أُخْرَى مِنَ النَّصاَرَى
آلُ يَعْقُوْبَ الْبَرْداَعِيِّ وَهُمْ يَقُوْلُوْنَ بِاتِّحَادِ اللاَّهُوْتِ
وَالنَّاسُوْتِ وَهُمْ أَشَدُّ النَّصَارَى كُفْراً وَعِناَداً ذَكَرَهُ
التَّقِيُّ اْلمُقْرِيْزِيُّ فِيْ بَعْضِ رَسَائِلِهِ.”
Artinya:
“Sekte
Nashrani lainnya ialah Ya’qub Al-Barda’i. Mereka orang-orang yang berfaham Lahut
dan Nasut (Tuhan Bersatu dengan Manusia), dan mereka Nasharni paling kafir dan paling melampaui batas,”
tutur At-Taqi Al-Muqrizi di dalam sebagian Risalahnya. [Juz 1 halaman 790].
[2] Ahli Hadits yang bernama Abu Rauq ada dua: أبو روق أحمد
بن محمد بن بكر
(Abu Rauq Achmad bin Muhammad bin Bakr) dan أَبُو رَوْقٍ
عَطِيَّةُ بْنُ الْحَارِثِ
(Abu Rauq ‘Athiyyah bin Al-Charits).
[3] Subhana-Ka atau Maha Suci Engkau maksudnya Kehebatan dan Keagungan, Hak-Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar