بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Ibnu Ischaq menyitir penjelasan Sa’id bin jubair, “Saya pernah
berada di sisi Ibnu Abbas. Ada sejumlah kaum Ahli Kitab yang berada di sisi
beliau.
[1] Sebagian
mereka bertanya ‘ya Aba Abbas [2],
sungguh Nauf mengaku, pernah mendapat pelajaran dari Kaeb Al-Achbar [3]:
Sebenarnya Nabi Musa AS yang mencari ilmu (ke hadirat Nabi Khadhir AS) adalah Musa bin Misya bin Afraim bin Yusuf AS’.”
[4]
Bukhari meriwayatkan:
أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ قَالَ قُلْتُ لِابْنِ عَبَّاسٍ إِنَّ
نَوْفًا الْبَكَالِيَّ يَزْعُمُ أَنَّ مُوسَى لَيْسَ بِمُوسَى بَنِي إِسْرَائِيلَ
إِنَّمَا هُوَ مُوسَى آخَرُ فَقَالَ كَذَبَ عَدُوُّ اللَّهِ حَدَّثَنَا أُبَيُّ
بْنُ كَعْبٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ مُوسَى
النَّبِيُّ خَطِيبًا فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ فَسُئِلَ أَيُّ النَّاسِ أَعْلَمُ
فَقَالَ أَنَا أَعْلَمُ فَعَتَبَ اللَّهُ عَلَيْهِ إِذْ لَمْ يَرُدَّ الْعِلْمَ
إِلَيْهِ فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيْهِ أَنَّ عَبْدًا مِنْ عِبَادِي بِمَجْمَعِ
الْبَحْرَيْنِ هُوَ أَعْلَمُ مِنْكَ قَالَ يَا رَبِّ وَكَيْفَ بِهِ فَقِيلَ لَهُ
احْمِلْ حُوتًا فِي مِكْتَلٍ فَإِذَا فَقَدْتَهُ فَهُوَ ثَمَّ فَانْطَلَقَ
وَانْطَلَقَ بِفَتَاهُ يُوشَعَ بْنِ نُونٍ وَحَمَلَا حُوتًا فِي مِكْتَلٍ حَتَّى
كَانَا عِنْدَ الصَّخْرَةِ وَضَعَا رُءُوسَهُمَا وَنَامَا فَانْسَلَّ الْحُوتُ
مِنْ الْمِكْتَلِ { فَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِ سَرَبًا } وَكَانَ لِمُوسَى
وَفَتَاهُ عَجَبًا فَانْطَلَقَا بَقِيَّةَ لَيْلَتِهِمَا وَيَوْمَهُمَا فَلَمَّا
أَصْبَحَ قَالَ مُوسَى لِفَتَاهُ { آتِنَا غَدَاءَنَا لَقَدْ لَقِينَا مِنْ
سَفَرِنَا هَذَا نَصَبًا } وَلَمْ يَجِدْ مُوسَى مَسًّا مِنْ النَّصَبِ حَتَّى
جَاوَزَ الْمَكَانَ الَّذِي أُمِرَ بِهِ فَقَالَ لَهُ فَتَاهُ { أَرَأَيْتَ إِذْ أَوَيْنَا إِلَى الصَّخْرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ
الْحُوتَ وَمَا أَنْسَانِيهِ إِلَّا الشَّيْطَانُ } قَالَ مُوسَى { ذَلِكَ مَا
كُنَّا نَبْغِي فَارْتَدَّا عَلَى آثَارِهِمَا قَصَصًا } فَلَمَّا انْتَهَيَا
إِلَى الصَّخْرَةِ إِذَا رَجُلٌ مُسَجًّى بِثَوْبٍ أَوْ قَالَ تَسَجَّى بِثَوْبِهِ
فَسَلَّمَ مُوسَى فَقَالَ الْخَضِرُ وَأَنَّى بِأَرْضِكَ السَّلَامُ فَقَالَ أَنَا
مُوسَى فَقَالَ مُوسَى بَنِي إِسْرَائِيلَ قَالَ نَعَمْ قَالَ { هَلْ أَتَّبِعُكَ
عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِي مِمَّا عُلِّمْتَ رَشَدًا } قَالَ { إِنَّكَ لَنْ
تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا } يَا مُوسَى إِنِّي عَلَى عِلْمٍ مِنْ عِلْمِ اللَّهِ
عَلَّمَنِيهِ لَا تَعْلَمُهُ أَنْتَ وَأَنْتَ عَلَى عِلْمٍ عَلَّمَكَهُ لَا
أَعْلَمُهُ { قَالَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ صَابِرًا وَلَا أَعْصِي لَكَ
أَمْرًا } فَانْطَلَقَا يَمْشِيَانِ عَلَى سَاحِلِ الْبَحْرِ لَيْسَ لَهُمَا
سَفِينَةٌ فَمَرَّتْ بِهِمَا سَفِينَةٌ فَكَلَّمُوهُمْ أَنْ يَحْمِلُوهُمَا فَعُرِفَ
الْخَضِرُ فَحَمَلُوهُمَا بِغَيْرِ نَوْلٍ فَجَاءَ عُصْفُورٌ فَوَقَعَ عَلَى
حَرْفِ السَّفِينَةِ فَنَقَرَ نَقْرَةً أَوْ نَقْرَتَيْنِ فِي الْبَحْرِ فَقَالَ
الْخَضِرُ يَا مُوسَى مَا نَقَصَ عِلْمِي وَعِلْمُكَ مِنْ عِلْمِ اللَّهِ إِلَّا
كَنَقْرَةِ هَذَا الْعُصْفُورِ فِي الْبَحْرِ فَعَمَدَ الْخَضِرُ إِلَى لَوْحٍ
مِنْ أَلْوَاحِ السَّفِينَةِ فَنَزَعَهُ فَقَالَ مُوسَى قَوْمٌ حَمَلُونَا
بِغَيْرِ نَوْلٍ عَمَدْتَ إِلَى سَفِينَتِهِمْ فَخَرَقْتَهَا لِتُغْرِقَ أَهْلَهَا
{ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا قَالَ لَا
تُؤَاخِذْنِي بِمَا نَسِيتُ وَلَا تُرْهِقْنِي مِنْ أَمْرِي عُسْرًا } فَكَانَتْ
الْأُولَى مِنْ مُوسَى نِسْيَانًا فَانْطَلَقَا فَإِذَا غُلَامٌ يَلْعَبُ مَعَ
الْغِلْمَانِ فَأَخَذَ الْخَضِرُ بِرَأْسِهِ مِنْ أَعْلَاهُ فَاقْتَلَعَ رَأْسَهُ
بِيَدِهِ فَقَالَ مُوسَى { أَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً بِغَيْرِ نَفْسٍ لَقَدْ جِئْتَ
شَيْئًا نُكْرًا } { قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ
صَبْرًا } قَالَ ابْنُ عُيَيْنَةَ وَهَذَا أَوْكَدُ { فَانْطَلَقَا حَتَّى إِذَا
أَتَيَا أَهْلَ قَرْيَةٍ اسْتَطْعَمَا أَهْلَهَا فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمَا
فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارًا يُرِيدُ أَنْ يَنْقَضَّ فَأَقَامَهُ } قَالَ الْخَضِرُ
بِيَدِهِ فَأَقَامَهُ فَقَالَ لَهُ مُوسَى { لَوْ
شِئْتَ لَاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا قَالَ هَذَا فِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ }
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْحَمُ اللَّهُ مُوسَى
لَوَدِدْنَا لَوْ صَبَرَ حَتَّى يُقَصَّ عَلَيْنَا مِنْ أَمْرِهِمَا
Artinya:
Amer berkata, ”Said bin Jubair memberi khabar padaku ‘saya
pernah berkata pada Ibnu Abbas sungguh
Nauf Al-Bakali meyakini bahwa Musa yang itu, bukan Musa yang dari Bani Israil. Yang benar dia adalah Nabi Musa yang lain’.”
Ibnu Abbas berkata, “Musuh Allah itu telah bohong! Saya pernah
mendengar Ubay bin Kaeb menceritakan Hadits dari Nabi SAW:
Nabi Musa AS pernah berdiri berkhutbah di kalangan Bani Israil.
Setelah selesai, beliu ditanya manakah
manusia yang paling pandai?.”
Musa berkata, “Saya.”
Tentu saja Allah menegur, karena dia tidak mengembalikan ilmu
pada Allah. Allah memberi wahyu Sungguh
di antara para HambaKu ada seorang yang lebih pandai dari pada kau, berada di
pertemuan dua lautan.
[5]
Musa berdoa, “Tuhan, ‘bagaimana caranya agar bisa bertemu
dia?’ Beliau AS dijawab ‘(dalam
pencarian itu) bawalah ikan. Apabila kau kehilangan ikan itu, pasti orang itu
berada di situ’.”
Musa melakukan perjalanan ditemani oleh
pelayannya bernama Yusya bin Nun. [6] Bekal terpenting yang mereka bawa, ikan
yang dimasukkan ke dalam Miktal.
[7]
Perjalanan panjang tak berhenti hingga mereka sampai di sisi
batu besar, untuk meletakkan kepala dan tidur. Tiba-tiba ikan tersebut lepas
dari Miktal (wadahnya), selanjutnya memilih jalan
dengan cara melobang air di laut. [8] Saat itu Musa dan pelayannya AS ‘takjub’
menyaksikan keajaiban itu.
[9]
Mereka berdua melanjutkan
perjalanan semalam dan sesiang yang harus diselesaikan. Di saat subuh, Musa berkata pada pelayannya, “Datangakan sarapan kita! Sungguh kita telah menemui rasa capek karena perjalanan kita ini.”
Musa mutlak tak merasakan capek sedikitpun, sebelum melewati
tempat yang telah ditunjuk. Sontak pelayan bertanya, “Apakah tuan telah memiliki
pandangan mengenai ‘saat kita bermalam’ di batu besar? Sungguh saya telah
lupa pada ikan. Tidak ada yang membuat saya lupa melaporkan, kecuali
syaitan.”
Musa berkata, “Hilangnya ikan itulah yang selama ini kita cari.”
Sontak mereka berdua kembali, meniti bekas-bekas (kaki) mereka.
Perjalanan panjang yang diperkirakan memakan waktu sehari-semalam itu berakhir
sampai batu besar lagi. Ternyata di situ ada lelaki yang diselimuti, atau
berselimut kain miliknya. [10]
Musa segera mengucapkan salam padanya. Namun dia bertanya, “Bagaimanakah ucapan salam di kampungmu?.”
Musa segera mengucapkan salam padanya. Namun dia bertanya, “Bagaimanakah ucapan salam di kampungmu?.”
Beliau menjawab, “Saya Musa.”
Khadhir bertanya, “Musa Bani Israil?.”
Musa menjawab, “Betul” Lalu bertanya, “Bolehkah saya menjadi pengikut
tuan dengan imbalan, tuan mengajarkan sebagian ilmu yang telah diajarkan pada
tuan kepada saya?.”
Khadhir menyatakan, “Sungguh
kau takkan mampu bersabar menyertai saya. [11] Ya Musa! Sungguh saya memiliki Ilmu Ajaran
Allah yang tak mungkin bisa kau miliki. Sedangkan kau memiliki Ilmu Ajaran
Allah yang saya tak mungkin memiliki.”
Musa berkata, “Kau akan menjumpai saya sebagai orang yang sabar in syaa Allah. Dan saya takkan menentang perintah demi kau.”
[12]
Mereka berdua berjalan di pinggir laut. Tak ada satupun
perahu-bagus berlayar, yang berpapasan mereka. Perjalanan yang cukup panjang itu
akhirnya berhenti saat ada perahu-bagus yang minggir mendekati mereka.
[13]
Mereka berbicara dengan (lima orang) pemilik perahu, agar mau
membawa mereka berdua atau bertiga. [14] Akhirnya ketahuan bahwa sebetulnya
seorang di antara mereka berdua atau bertiga, adalah Khadhir. Sehingga pemilik
perahu tidak mau menarik ongkos.
Tiba-tiba ada burung Ushfur hinggap di pinggir perahu, untuk
mematuk air laut, sekali atau dua kali, dengan paruhnya. Khadhir berkata “Ya Musa Ilmu Allah yang kita kuasai tiada lain, kecuali hanya bagaikan air laut
yang diambil dengan paruh oleh burung burung Ushfur ini.”
Tiba-tiba Khadhir sengaja menuju
sebuah papan perahu, untuk membobol. [15] Sontak Musa berkata, “Kaum ini telah membawa kita tanpa
menarik ongkos. Kau telah sengaja membobol perahu mereka untuk menenggelamkan
mereka?.”
[16]
Khadhir bertanya, “Bukankah
telah saya katakan sungguh kau takkan mampu bersabar bersama saya?.” [17]
Musa berkata, “Jangan
menindak karena saya telah lupa! Dan jangan memaksakan kesulitan padaku
mengenai urusanku!.”
Gertakan Musa pada Khadhir AS yang sebetulnya pertanyaan pertama ini, karena
lupa bahwa dia telah menyanggupi persyaratan menjadi pengikut Khadhir: ‘tidak
boleh bertanya’ sebelum dijelaskan.
Mereka berdua meneruskan perjalanan. [18] Di tengah perjalan yang lumayan jauh itu, tiba-tiba
bertemu remaja, bermain-main dengan sejumlah temannya. [19] Khadhir menarik rambut, lalu mematahkan
kepala remaja itu, dengan tangannya. Sontak Musa berkata, “Kenapa kau membunuh jiwa suci
tanpa sebab membunuh jiwa?.”
[20]
Khadhir berkata, “Bukankah telah saya katakan padamu bahwa ‘sungguh kau takkan mampu bersabar’ bersama
saya?.”
Ibnu Uyainah berkata, “Teguran Khadhir yang ini lebih
ditekankan.”
[21]
Mereka berdua melanjutkan perjalanan (lumayan jauh). Setelah
datang pada penduduk desa, maka minta makanan. [22] [23] Namun penduduk tak mau memberi makanan
mereka.
[24]
Dalam perjalanan yang melelahkan dan membuat kelaparan itu
tiba-tiba mereka menjumpai dinding yang bergerak akan tumbang.
[25]
Sontak Khadhir menggerakkan tangannya untuk menegakkan
dinding. [26] Tak lama kemudian Musa berkata, “Kalau kau mau, mestinya telah
menarik upah atas jasa tersebut.”
[27]
Nabi SAW bersabda, “Semoga
Allah memberi Rahmat pada Musa. Niscaya kami telah senang kalau saat itu dia AS
bersabar hingga Allah mengkisahkan pada kita sebagian perkara mereka berdua.”
قَالَ هَذَا فِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ سَأُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيلِ
مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا أَمَّا السَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِينَ
يَعْمَلُونَ فِي الْبَحْرِ فَأَرَدْتُ أَنْ أَعِيبَهَا وَكَانَ وَرَاءَهُمْ مَلِكٌ
يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْبًا وَأَمَّا الْغُلَامُ فَكَانَ أَبَوَاهُ
مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَا أَنْ يُرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَكُفْرًا فَأَرَدْنَا
أَنْ يُبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِنْهُ زَكَاةً وَأَقْرَبَ رُحْمًا
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ
تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ
يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا
فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
[الكهف/78-82].
Artinya:
Khadhir berkata, “Ini perpisahan antara saya dan kau. Akan saya
ceritakan padamu takwil (kejadian) yang kamu tak mampu bersabar:
1.
Adapun
perahu itu, milik orang-orang miskin yang bekerja di laut. Saya telah ingin
mencacat perahu itu. Di depan mereka, ada raja (هُدَدُ بْنُ بُدَدٍ (Hudad bin Budad)) yang merampas semua perahu (bagus), secara
nyata.
2.
Adapun
(جَيْسُورٌ (Jaisur)) anak itu, punya dua orang tua beriman. Kami telah khawatir
jika dia nanti ‘memaksa dua orang tuanya’, agar berbuat kedurhakaan dan
kekufuran. (Melalui tindakan itu) kami bertujuan ‘Tuhan mereka memberi ganti’ pada mereka berdua, (anak) yang lebih baik kesuciannya, dan
lebih sayang, daripada dia.
3.
Adapun
tembok itu, milik dua remaja yatim di kota. Sejak dulu di bawah tembok itu, ada
simpanan milik mereka berdua. [28] (Semasa hidup), ayah mereka berdua, orang
shalih. Tuhanmu ingin mereka berdua (berkembang) hingga dewasa, hingga nantinya
mengeluarkan simpanan mereka berdua, sebagai Rahmat dari Tuhanmu. [29] Saya
melakukan itu semua, bukan karena ideaku. Itulah takwil yang kamu tak mampu
menahan sabar.”
Dalam Tajul Urus dijelaskan: Di kota Nairob wilayah
Damaskus, ada tempat yang pernah dipergunakan shalat, oleh Nabi KhadhirAS.
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
[1] Dia termasuk Tabiin yang
kepandaian dan keberaniannya luar biasa.
[2] Kuniyyah (Panggilan
kehormatan) Ibnu Abbas RA.
[3] Dia mantan alim Yahudi
yang menjadi Tabiin, Islam pada zaman Umar RA.
[4] Bisa jadi, dia
beranggapan demikian karena Nabi Khadhir
hidup sejak zaman Nabi Ibrahim AS. Sedangkan jarak waktu antara Ibrahim dan Musa
AS yang dari Bani Israil, sangat lama.
[6] Dialah Yosua yang
menjadi Nabi setelah Musa AS.
[7] Kisah Kesemangatan
Musa AS Mencari Ilmu ini, diabadikan di dalam Al-Qur’an: وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِفَتَاهُ لَا
أَبْرَحُ حَتَّى أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا فَلَمَّا
بَلَغَا مَجْمَعَ بَيْنِهِمَا نَسِيَا حُوتَهُمَا فَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي
الْبَحْرِ سَرَبًا [الكهف/60، 61].
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata, “Saya takkan berhenti
(berjalan) hingga sampai pertemuan dua lautan, atau saya akan terus (berjalan)
selama se huqub (delapan tahun)” pada pelayannya.
Namun ketika sampai pada pertemuan dua lautan itu, mereka
berdua lupa pada ikan mereka, yang tiba-tiba mengambil jalan di laut,
meninggalkan bekas lobang (air).
Ikan Nun itu telah dipotong sebagian. Dalam riwayat lain,
Bukhari menulis ucapan Musa AS:
لا أكلفك إلا أن تخبرني بحيث يفارقك
الحوت، قال: ما كلفت كبيرا.
Artinya:
“(Dalam perjalanan ini) saya takkan menugaskan kau
kecuali hanya, agar memberi khabar padaku, ‘di mana ikan ini memisahi kau’.”
Yusya menjawab,
“Tuan tak memberi padaku tugas yang berat.”
[8] Dalam riwayat lain, Bukhari menjelaskan
“Bentuk lobang air laut yang ditembus ikan, seperti ornamen.”
[9] Hanya saat itu, mereka berdua sudah terlalu
capek dan mengantuk. Sudah mulai tidur.
[10] Allah berkisah: فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا
آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا
Artinya:
Akhirnya mereka
berdua berjumpa seorang dari Hamba Kami yang telah Kami beri Rahmat dari sisi
Kami, dan telah Kami ajar Ilmu dari (sisi) Kami.
Artinya:
Bagaimana
mungkin kau akan mampu bersabar pada yang tidak menguasai penjelasannya?.
[12] “Demi” Di sini bukan sumpah. Saya
mengartikan demi karena lam ini ikhtishash.
Menurut Allah: قَالَ
فَإِنِ اتَّبَعْتَنِي فَلَا تَسْأَلْنِي عَنْ شَيْءٍ حَتَّى أُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ
ذِكْرًا
Artinya, Khadhir berkata, “Jika
kau menjadi pengikutku, jangan bertanya padaku tentang sesuatu, sebelum
saya memulai menjelaskan padamu.”
Dan berdasarkan kalima Ayat selanjutnya (فَانْطَلَقَا), Musa menerima persyaratan tersebut.
[13] Tentang itu, Bukhari meriwayatkan:
(فَأَخَذَ
طَائِرٌ بِمِنْقَارِهِ مِنْ الْبَحْرِ وَقَالَ وَاللَّهِ مَا عِلْمِي وَمَا
عِلْمُكَ فِي جَنْبِ عِلْمِ اللَّهِ إِلَّا كَمَا أَخَذَ هَذَا الطَّائِرُ
بِمِنْقَارِهِ مِنْ الْبَحْرِ).
Artinya:
Tiba-tiba burung Ushfur mematuk air laut dengan
paruhnya. Khadhir berkata
“Demi Allah ilmuku dan ilmumu di sisi Allah, tiada lain kecuali hanya bagaikan
air laut yang diambil oleh burung dengan paruhnya ini.”
[14] Tentang itu, Al-Baghawi menulis:
فقال
أهل السفينة: هؤلاء لصوص وأمروهما بالخروج فقال صاحب السفينة: ما هم بلصوص ولكني
أرجو وجوه الأنبياء.
Artinya:
Penumpang perahu berkata, “Mereka pencuri” Dan mengusir
keluar. Namun pemilik perahu membela, “Mereka bukan pencuri, tetapi saya yakin
bahwa seperti itu wajah para Nabi.”
[15] Muslim meriwayatkan:
لم يفجأ [موسى] إلا والخضر قد قلع
لوحا من ألواح السفينة بالقدوم
Artinya:
Mutlak tidak
mengejutkan Musa kecuali ulah Khadhir ‘membobol
papan perahu’ dengan kapak.
Qurthubi menulis:
عَنْ أَبِي الْعَالِيَةِ: لَمْ يَرَ
الْخَضِرَ حِينَ خَرَقَ السَّفِينَةَ غَيْرُ مُوسَى وَكَانَ عَبْدًا لَا تَرَاهُ
إِلَّا عَيْنُ مَنْ أَرَادَ اللَّهُ لَهُ أَنْ يُرِيَهُ، وَلَوْ رَآهُ الْقَوْمُ
لَمَنَعُوهُ مِنْ خَرْقِ السَّفِينَةِ.
Artinya:
Dari Abi Aliyah,
“Di saat membobol
papan perahu, mutlak tidak ada yang melihat Khadhir kecuali Musa.
Saat itu Khadhir tidak dillihat kecuali oleh mata yang dikehendaki oleh Allah.
Kalau penumpang perahu melihat, pasti telah menghalang-halangi dia dari usaha
membobol perahu.
Dia juga menulis: تفسير القرطبي - (ج 11 / ص 19)
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: (لَمَّا خَرَقَ
الْخَضِرُ السَّفِينَةَ تَنَحَّى مُوسَى نَاحِيَةً، وَقَالَ فِي نَفْسِهِ: مَا
كُنْتُ أَصْنَعُ بِمُصَاحَبَةِ هَذَا الرَّجُلِ! كُنْتُ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ
أَتْلُو كِتَابَ اللَّهِ عَلَيْهِمْ غُدْوَةً وَعَشِيَّةً فَيُطِيعُونِي! قَالَ
لَهُ الْخَضِرُ: يَا مُوسَى أَتُرِيدُ أَنْ أُخْبِرَكَ بِمَا حَدَّثْتَ بِهِ
نَفْسَكَ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: كَذَا وَكَذَا قَالَ: صَدَقْتَ، ذَكَرَهُ
الثَّعْلَبِيُّ فِي كِتَابِ (الْعَرَائِسِ)
Artinya:
Ibnu Abbas berkata, “Ketika Khadhir
telah membobol
lantai perahu, Musa menjauh ke suatu sudut, lalu berkata
di dalam hatinya ‘kenapa saya mesti menunduk-nunduk hormat pada lelaki ini?’.
Sebelum ini, saya telah berada di pertengahan Bani Israil, untuk membacakan
Kitab Allah, pagi dan petang. Mereka taat padaku.”
Khadhir berkata, “Ya Musa, bolehkah saya mengkhabari
padamu tentang perkataan hatimu?.”
Musa menjawab “Silahkan.”
Khadhir berkata “Begini dan begini.”
Musa berkata
“Kau benar.”
Ats-Tsalabi menjelaskan demikian di dalam Kitab Al-Arais.
Al-Baghawi menulis:
فَلَمَّا لَجَّجُوا الْبَحْرَ أَخَذَ
الْخَضِرُ فَأْسًا فَخَرَقَ لَوْحًا مِنَ السفينة»
Artinya:
Ketika mereka telah berlayar ke tengah laut yang dalam,
Khadhir mengambil kapak untuk membobol papan perahu.
Qurthubi menulis: تفسير القرطبي (11/ 34)
قَالَ كَعْبٌ وَغَيْرُهُ: كَانَتْ لِعَشَرَةِ
إِخْوَةٍ مِنَ الْمَسَاكِينِ وَرِثُوهَا مِنْ أَبِيهِمْ خَمْسَةٌ زَمْنَى، وَخَمْسَةٌ
يَعْمَلُونَ فِي الْبَحْرِ. وَقِيلَ: كَانُوا سَبْعَةً لِكُلِ وَاحِدٍ مِنْهُمْ زَمَانَةٌ
لَيْسَتْ بِالْآخَرِ. وَقَدْ ذَكَرَ النَّقَّاشُ أَسْمَاءَهُمْ، فَأَمَّا الْعُمَّالُ
مِنْهُمْ فَأَحَدُهُمْ كَانَ مَجْذُومًا، وَالثَّانِي أَعْوَرَ، وَالثَّالِثُ أَعْرَجَ،
وَالرَّابِعُ آدَرَ، وَالْخَامِسُ مَحْمُومًا لَا تَنْقَطِعُ عَنْهُ الْحُمَّى الدَّهْرَ
كُلَّهُ وَهُوَ أَصْغَرُهُمْ، وَالْخَمْسَةُ الَّذِينَ لَا يُطِيقُونَ الْعَمَلَ: أَعْمَى
وَأَصَمُّ وَأَخْرَسُ وَمُقْعَدٌ وَمَجْنُونٌ، وَكَانَ الْبَحْرُ الَّذِي يَعْمَلُونَ
فِيهِ مَا بَيْنَ فَارِسَ وَالرُّومِ، ذَكَرَهُ الثَّعْلَبِيُّ.
Artinya:
Kaeb dan lainnya berkata, “Perahu itu milik sepuluh
orang miskin bersaudara, warisan dari ayah mereka. Yang lima cacat berat
sejak lahir; yang lima (cacat tapi) bisa bekerja di laut.”
(Ada yang bilang, “Jumlah mereka tujuh, semua
menyandang cacat yang berbeda dengan lainnya), An-Naqqasy
menjelaskan nama-nama mereka. Adapun yang bisa bekerja di laut:
1.
Lepra.
2.
Buta sebelah.
3.
Pincang.
4.
Testisnya besar sebelah.
5.
Menderita sakti panas sepanjang hidup,
tidak pernah sembuh. Dialah saudara termuda.
Sedangkan lima orang yang tidak mampu bekerja:
1.
Buta.
2.
Tuli.
3.
Bisu.
4.
Lumpuh.
5.
Gila.
Tempat bekerja mereka di perbatasan laut Persia
dan Romawi’.” Tutur Ats-Tsalabi.
Atas dasar ini, Imam Syafii berpandangan orang
miskin yang pekerjaannya belum mencukupi untuk kehidupannya, masih bisa
digolongkan miskin, meskipun alat yang dipergunakan bekerja lumayan baik.
[16] Menurut Allah, Musa juga berkata pada Khadhir AS: لَقَدْ جِئْتَ شَيْئًا إِمْرًا.
Artinya: Niscaya sungguh kau telah melakukan sesuatu yang
mungkar.
Dan karena alif istifham-nya adalah lil
inkar, maka diperkirakan ‘pertanyaan Musa ini’ dengan nada marah.
[17] Meskipun, “Aqulأَقُلْ fi’il mudhori’, di sini diartikan telah
saya katakan, karena ada lafal أَلَمْ (alam) sebelumnya.
[18] Mungkin Yusya bin Nun ikut, mungkin
disuruh pulang.
[19] Diriwayatkan, “Dia remaja paling
tampan dan paling berpengaruh.”
[20] Dalam Al-Qur’an Allah berkisah bahwa, Musa juga
berkata pada Khadhir: لَقَدْ
جِئْتَ شَيْئًا نُكْرًا.
Artinya:
Niscaya sungguh kau telah melakukan sesuatu yang dahsyat.
[21] Menurut Al-Baghawi, saat itu Yusya
mengikuti perjalanan mereka berdua AS:
زاد هنالك لِأَنَّهُ نَقَضَ الْعَهْدَ
مَرَّتَيْنِ، وَفِي الْقِصَّةِ أَنَّ يُوشَعَ كَانَ يَقُولُ لِمُوسَى يَا نَبِيَّ
اللَّهِ اذْكُرِ الْعَهْدَ الَّذِي أَنْتَ عَلَيْهِ.
Artinya:
Ada yang
mengatakan, di sana, (di dalam Khadhir menegur Musa AS), menambahkan lafal
“لَكَ” yang artinya padamu, karena Musa AS
telah melanggar peraturan dua kali. Dalam kisah dijelaskan, “Saat itu Yusya mengingatkan pada Musa AS ‘ya Nabiyyallah,
ingatlah peraturan yang harus tuan laksanakan’.”
Allah berkisah dalam Al-Qur’an: قَالَ إِنْ سَأَلْتُكَ عَنْ شَيْءٍ
بَعْدَهَا فَلَا تُصَاحِبْنِي قَدْ بَلَغْتَ مِنْ لَدُنِّي عُذْرًا.
Artinya, Musa berkata, “Jika saya nanti telah
bertanya tentang sesuatu pada kau, maka jangan lagi kau terima saya sebagai
murid! Sungguh kau telah cukup alasannya dari sisi saya.”
تُصَاحِبْنِي saya artikan kau terima saya sebagai murid,
berdasarkan kontek yang ada, dan memang para ahli Hadits sering mengistilahkan sahabat sebagai
murid.
[22] Ibnu Katsir menulis: عن ابن سيرين أنها الأيلة وفي الحديث:
"حتى إذا أتيا أهل قرية لئاما"أي: بخلاء.”
Artinya:
Dari Ibnu Sirin, “Sungguh desa itu bernama Ailah
(zaman Nabi Dawud AS, penduduknya pernah ada yang menjadi kera). Namun ada yang
meriwayatkan di dalam Hadits: Hingga ketika mereka berdua telah sampai pada
penduduk desa Liaam. Maksudnya penduduknya sama bakhil,” dan
seterusnya.
Muslim meriwayatkan: فَطَافَا فِي الْمَجَالِسِ.
Artinya: Khadhir dan Musa telah keliling desa untuk masuk
ke beberapa celah perkumpulan.
[23] Dengan cara bertamu.
[24] Al-Baghawi menjelaskan: رَوِيَ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: أَطْعَمَتْهُمَا امْرَأَةٌ مِنْ أَهْلِ بَرْبَرَ
بَعْدَ أَنْ طَلَبَا مِنَ الرِّجَالِ فلم يطعموهما. فدعوا لنسائهم ولعنا
رِجَالَهُمْ..
Artinya:
Diriwayatkan dari Abi Hurairah, “Yang memberi makan mereka berdua, seorang
wanita. Itu terjadi setelah permintaan mereka pada kaum pria, tidak dikabulkan.
Musa dan Khadhir AS mendoakan baik kaum wanitanya, dan melaknati kaum prianya.”
[25] Qurthubi menulis:
فِي
بَعْضِ الْأَخْبَارِ: إِنَّ سُمْكَ ذَلِكَ الْحَائِطِ كَانَ ثَلَاثِينَ ذِرَاعًا
بِذِرَاعِ ذَلِكَ الْقَرْنِ، وَطُولُهُ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ خَمْسُمِائَةِ
ذراع، وعرضه خمسون ذراعا، فأقامه الخضر.
Artinya: Dalam sebagian khabar dijelaskan, “Sungguh
tinggi tembok, tigapuluh hasta-orang yang hidup pada zaman itu. Memanjang di
hamparan tanah limaratus hasta. Lebar limaratus hasta. Khadhir menegakkan di
saat akan roboh.”
[26] Diperkirakan Musa takjub dan heran. Takjub
adalah ‘karena melihat keajaiban’. Sedangkan ‘heran’ adalah bingung. Dua lafal
ini berasal dari Bahasa Arab, hanya pengartiannya telah bergeser.
[27] Diperikrakan saat itu, Musa AS bergegas
meninggalkan Khadhir. Berdasarkan riwayat muslim: وَأَخَذَ بِثَوْبِهِ.
Artinya: Khadhir memegang pakaian Musa AS.
[28] كَانَ dan كُنَّا sering
dipergunakan menyatakan dulu. Contoh yang كُنَّا:
(سُبْحَانَ
الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى
رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ).
Artinya:
Maha Suci yang telah menundukkan ini untuk kami. Sejak
dulu kami bukan kaum yang (mampu) menundukkan padanya. Dan sungguh kita akan
kembali pada Tuhan kita.
[29] Ibnu Katsir menulis: تفسير ابن كثير (5/ 186)
عَنْ نُعَيْمٍ الْعَنْبَرِيِّ -وَكَانَ مِنْ جُلَسَاءِ الْحَسَنِ-قَالَ: سَمِعْتُ
الْحَسَنَ -يَعْنِي الْبَصْرِيَّ-يَقُولُ فِي قَوْلِهِ: {وَكَانَ تَحْتَهُ كَنز لَهُمَا}
قَالَ: لَوْحٌ مِنْ ذَهَبٍ مَكْتُوبٍ فِيهِ: بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ،
عَجِبْتُ لِمَنْ يُؤْمِنُ بِالْقَدَرِ كَيْفَ يَحْزَنُ؟ وَعَجِبْتُ لِمَنْ يُوقِنُ
بِالْمَوْتِ كَيْفَ يَفْرَحُ؟ وَعَجِبْتُ لِمَنْ يَعْرِفَ الدُّنْيَا وَتَقَلُّبَهَا
بِأَهْلِهَا كَيْفَ يَطْمَئِنُّ إِلَيْهَا؟ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، مُحَمَّدٌ رَسُولُ
اللَّهِ.
Artinya:
Dari Nuaim Al-Anbari yang termasuk Murid ChasanAl-Bashri, “Saya pernah mendengar Chasan berkata, mengenai Firman Allah:
Dan sejak dulu
di bawahnya ada simpanan milik mereka berdua. Simpanan itu, papan dari emas yang
ditulisi:
Dengan Nama Allah Maha
Pengasih Maha Penyayang. Saya telah heran pada orang yang beriman dengan kodar,
bagaimana mungkin dia susah. Saya telah heran pada orang yang menyadari akan
mati, bagaimana mungkin dia berbahagia. Saya heran pada orang yang menyadari
mengenai dunia dan perubahannya terhadap ahlinya, bagaimana mungkin dia merasa
puas padanya. Tiada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah, Muhammad Utusan Allah.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAssalamualaikum pak sobirun ,saya ertan dari condongcatur,.minta ijin manqul tentang cerita nabi musa bertemu khodir serta tulisan2 bapak yang lain.. alhamdulillahi jazaa kalloohu khoiro
BalasHapus