بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Sejak zaman Baitul-Maqdis dihancurkan dan dibangun lagi oleh Buktunashar (بختنصّر), hingga nabi SAW hijrah ke Madinah, tenggang waktunya 1.000 tahun lebih.
Sejak Iskandar (Dzul-Qarnain) hingga nabi SAW
hijrah ke Madinah, tenggang waktunya 980 tahun.
Sejak Raja Iskandar hingga lahirnya Isa AS,
tenggang waktunya 303 tahun.
Sejak Isa AS lahir, hingga diangkat ke
langit, tenggang waktunya 32 tahun.
Sejak Isa AS diangkat ke langit,
hingga nabi SAW hijrah ke Madinah, tenggang waktunya 585 tahun, lebih beberapa
bulan. [1]
Hingga kini banyak orang orang membicarakan,
"Saat Bukhtunashar menjadi singa jantan."
Di antara mereka ada mengatakan, “Menjadi
singa jantan, saat dia memerangi Bani Isra’il dengan sangat kejam.”
Menurut Ibnul-Atsir, “Dia menjadi singa karena menjebloskan Nabi Danial AS, ke dalam penjara berbentuk jurang, agar
dimangsa oleh singa-singa kelaparan yang berada di dalamnya. Dia menjadi
singa jantan dan lari ke hutan, setelah ditampar oleh malaikat yang menjelma
manusia. Itu terjadi setelah dia membantai besar-besaran pada Bani Isra’il.”
Para Ulama tarikh telah berselisih faham,
tentang Waktu Bukhtunashar menaklukkan dan membantai kaum Bani Isra’il.
“Pada zaman Irmiya, Daniyal, Chananiya,
‘Azariya dan Misya’il,” kata sebagian mereka.
“Dia diberi kekuasaan oleh Tuhan, untuk
menaklukkan Bani Isra’il yang telah membunuh Nabi Yahya bin
Zakariyya AS,” kata yang lain.
“Namun pendapat awal yang
lebih shahih,” tulis Ibnul-Atsir.
Uraian di bawah ini, nukilan Ibnul-Atsir dari
seorang tabi’ bernama Sa’id bin Jubair, yang namnya sangat masyhur, di kalangan
ulama Hadits maupun ulama tarikh:
Pernah ada pria Bani Isra’il yang membaca
Kitab. Setelah kalimat Ayat, “وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ
فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا,” berhenti, untuk berdoa sejenak. [2] Karena Ayat tersebut dan seterusnya merupakan ramalan atau nubuat yang
menjelaskan Bani Isra’il akan hancur oleh suatu kaum, karena berdosa. [3]
Arti Ayat tersebut, “Dan telah Kami (Allah)
beritakan pada Bani Isra’il di dalam Kitab:
‘Niscaya kalian akan membuat kerusakan di
atas bumi, dua kali. Dan niscaya kalian akan sombong dengan kesombongan yang
sangat besar secara nyata’.” [4]
Ternyata sebab dari doa tersebut, dia
bermimpi bertemu lelaki miskin di Babilon, bernama Bukhtunashar. Karena mimpi
itulah dia melakukan perjalanan ke Babilon, sambil membawa dagangan.
Di tempat tujuan, dia memanggil untuk
bertanya kaum miskin, “Di mana tempat tinggal Bukhtunashar?.”
Beberapa orang memberi tahu alamatnya.
Dia perintah seorang agar memanggilkan dia.
Namun akhirnya justru terkejut, saat Bukhtunashar miskin yang dibawa
menghadap; ternyata sedang sakit serius.
Dia merumat dengan bersungguh-sungguh, hingga
kesehatan Bukhtunashar membaik.
Setelah memberi santunan Bukhtunashar, dia
segera berkemas-kemas akan pulang.
Bukhtunashar menangis terharu, “Saya tidak
mungkin mampu membalas jasa tuan yang sangat besar ini,” isaknya.
Jawaban dia, “Tentu bisa! Tulislah pejanjian
‘jika kau telah menjadi raja, bebaskan saya melakukan sesuatu!’,” membuat
Bukhtunashar bingung atau terhina.
Setelah Bukhtunashar melontarkan kalimat,
“Kenapa tuan menghina saya?” Dia menjawab, “Ini bukan penghinaan. Suatu saat
akan menjadi kenyataan.”
Suatu hari raja Babilon menghendaki informasi
tentang negeri Syam. Ia perintah intel agar melaporkan keadaan Syam secara
lengkap.
Sang intel, pergi ke Syam, ditemani oleh
Bukhtunashar, pembatu raja yang fakir. Mungkin saat itu Bukhtunashar senang
sekali, diajak pergi jauh, oleh seorang pejabat.
Utusan raja takjub, saat menyaksikan kota
Syam yang saat itu sangat megah. Kota Allah terbesar di dunia saat itu.
Pasukannya berbaris tertib, banyak sekali. Mereka terdiri dari pasukan berkuda.
Ada yang senjatanya lebih lengkap daripada yang lain.
Pemandangan yang menakutkan tersebut membuat
dia grogi. Mungkin karena pasukan rajanya lebih sedikit daripada mereka. Sebab
itulah dia tidak bisa melaksanakan tugas dengan baik. Tidak berani menanyakan
yang seharusnya ditanyakan pada penduduk Syam.
Bukhtunashar menyelidik, “Kenapa kalian tidak
memerangi kaum Babilon, agar Baitul-Maqdis semakin agung?.”
Beberapa orang menjawab, “Kami tidak memiliki
keahlian di dalam bidang itu, dan tidak ada rencana begitu.”
Setelah menyadap beberapa informasi penting,
Bukhtunashar segera mengikuti pulang rombongan, untuk melaporakan pada raja.
Para utusan raja melaporkan, “Laskar perang
negeri Syam berbaris rapi mengagumkan, dan persenjataan mereka lengkap. Pasukan
berkuda mereka banyak sekali.”
Sang komandan juga meminta agar raja
mendatangkan Bukhtunashar, agar menjadi saksi atau melengkapi laporan. [5] [6]
Bukhtunashar melaporkan semua keadaan negeri
Syam yang perlu dilaporkan pada raja, dengan rinci sekali. Atas dasar laporan
itu, raja merencanakan mengirim 4.000 pasukan berkuda, ke kota Syam.
Sebelumnya, raja bertanya pada petinggi-petinggi
kerajaan, “Siapakah yang seharusnya memimpin pasukan ini?.”
Dewan-perang memohon agar seorang petinggi
kerajaan yang memimpin rombongan tersebut. Namun akhirnya raja justru perintah,
“Bukhtunashar saja!.”
Akhirnya Bukhtunashar lah, yang memimpin
4.000 pasukan berkuda tersebut. Di luar dugaan, ternyata Bukhtunashar dan
pasukannya mampu menaklukkan dan membawa pulang harta-rampasan dari beberapa
kota musuh, ke negerinya.
Raja Ashbahbidz (أصبهبذ)
mengangkat Lahrasib (لهراسب) sebagai gubernur yang memerintah mulai
kota Ahwaz hingga Romawi, barat sungai Dajlah.
Penyebab dari bangsa Babilon mengamuk atas
Bani Isra’il, ‘ketika Gubenur Lahrasib menyerang kota Syam, sebagian
penduduk Damsyiq (Damaskus wilayah Syam) dan Baitil-Maqdis menyerah dan
menyetujui perjanjian damai. Namun saat Lahrasib pulang, banyak penduduk
dua kota tersebut yang dibawa, sebagai tawanan. Pada saat Lahrasib
meninggalkan Al-Quds menuju Thabariyah (Tiberiyas). Sebagian rakyat Bani
Isra’il mengeroyok untuk membunuh raja mereka sendiri, yang telah
melakukan perjanjian damai dengan Bukhtunashar Wakil Gubernur Lahrasib’.
Mereka memprotes, “Tuan telah beberbuat baik
pada kaum Babilon. Sedangkan kami sebagai rakyat tuan sendiri, justru
direndahkan.” Lalu mereka membunuh dia.
Ketika mendengar berita ‘Raja Bani Isra’il
dibunuh’ oleh rakyatnya', Bukhtunashar segera membunuh para tawanan yang
dibawa. Selanjutnya laporan pada Gubernur Lahrasib yang sedang di Al-Quds.
Sebuah sumber mengatakan, “Yang mengangkat
Lahrasib menjadi gubernur, Bahman bin Basytasib bin Lahrasib (بهمن بن بشتاسب بن لهراسب).
Bukhtunashar yang berumur panjang, pernah
menjadi pelayan keluarga Bahman, sejak kakek Bahman masih hidup.
Bahman pernah marah, karena sejumlah utusan
yang diutus pada raja Bani Isra’il di Baitil-Maqdis, dibunuh oleh bangsa
Israil. Sebagai anugrah dan siasat agar lebih ditaati, Bahman mengangkat
Bukhtunashar, menjadi penguasa yang menguasai beberapa wilayah Babilon. Selanjutnya
Bahman perintah agar Bukhtunashar mengerahkan pasukan berjumlah banyak sekali
atas Bani Isra’il.
Bukhtunashar melaksanakan tugasnya dengan
kejam. Itu penyebab secara lahiriah, ‘Bani Isra’il menderita kekalahan besar'.
Sedangkan penyebab hakiki karena mereka berbuat maksiat pada Allah
Ta’ala, dan menyelisihi perintah-Nya. [7] Padahal
sudah menjadi Sunnatullah (Ketentuan Allah), tiap ada raja
Bani Isra’il, Allah mengutus seorang nabi, agar meluruskan. Agar raja
mengamalkan hukum yang ada dalam Taurat.
Konon sebelum Bukhtunashar menyerang Bani
Isra’il; Bani Isra’il telah melakukan bid’ah (pembaharuan
agama) dan kemaksiatan. Saat itu, yang berkuasa, Raja Yaquniya bin Yuyaqim.
Sedangkan nabi mereka bernama Irmiya (Jeremia) AS. Ada yang mengatakan nabi
tersebut bernama Khadhir AS.
Irmiya AS menertibkan aturan-agama di
pertengahan mereka, dan mengajak menyembah Allah, serta melarang berbuat
maksiat. Dia juga mengingatkan mereka, tentang Anugrah Allah; Raja
Sanhareb (سنحاريب), penindas dan penjajah mereka, diwafatkan.
Namun mereka tidak mau menghentikan kemaksiatan.
“Allah akan memberi kekuasaan orang kejam,
yang akan membunuh dan menawan anak-cucu mereka, menghancurkan kota mereka,
memperbudak mereka, dengan mengerahkan pasukan yang tidak memiliki
belas-kasihan.”
Namun Bani Isra’il tidak mau kembali pada
jalan yang lurus. Allah mengutus seorang utusan agar menyampaikan:
“Aku akan menimpakan fitnah (kerusakan),
yang membuat orang pandai menjadi bingung, bahkan membuat tersesat orang bijak.
Dan akan memberi kekuasaan raja-jahat-keras-kepala yang Kuberi Busan Kehebatan.
Hati dia Kukosongkan dari rahmat. Memiliki pasukan banyak sekali, bagaikan
gelapnya malam. Laskar-laskar pilihannya bagaikan mendung. Dia akan merusak dan
menyiksa Bani Isra’il, juga menghancurkan Baitul-Maqdis.”
Sontak Irmiya AS menangis keras, merobek pakaiannya,
dan menaburkan debu pada rambutnya. [8] Selama
beberapa hari dia memohon-mohon, agar Allah membatalkan Siksaan atas
kaumnya.
Allah menjawab, “Demi KejayaanKu! Aku takkan
merusak Baital-Maqdis dan Bani Isra’il, sehingga kau menyetujui.”
Nabi Irmiya AS bersyukur dan berbahagia,
“Demi Dzat yang telah mengutus Musa AS dan nabi-nabi lainnya, saya tidak
mungkin menyetujui Bani Isra’il dirusak 'untuk selamanya'.”
Dia mendatangi kaumnya untuk memberitahukan
Wahyu yang barusan dia terima. Selang waktu tiga tahun kemudian; mereka justru
bertambah maksiat dan jahat. Padahal saat itu mereka hampir dibinasakan oleh
Tuhan.
Wahyu yang turun pada Nabi Irmiya AS pun
semakin jarang, karena mereka bergelimang dosa. “Hai Bani Isra’il, hentikan
kemaksiatan! Mumpung Allah belum menyiksa kalian,” kata raja mereka.
Namun mereka tetap tidak menghentikan
kemaksiatan. Allah kirim perintah-rahasia, “Serbulah Bani Isra’il dan
Baital-Maqdis!,” pada Bukhtunashar. [9]
Bukhtunashar menggerakkan pasukan berjumlah sangat
banyak, memenuhi kawasan yang sangat luas sekali. Menyerbu Bani Isra’il.
Berita Kedatangan Buktunashar dan Pasukannya
segera sampai pada raja Bani Isra’il.
Raja memanggil Nabi Irmiya AS untuk ditanya,
“Mana janjimu bahwa Tuhanmu takkan merusak Bani Isra’il, sebelum kau
menyetujui?.”
Nabi Irmiya AS berkata, “Sungguh saya
yakin Tuhanku takkan menyelisihi Janji,” dengan yakin.
Ketika ketentuan waktu datangnya siksaan,
telah makin dekat, dan kerajaan mereka hampir diruntuhkan oleh Allah; Allah
perintah pada malaikat yang menjelma manusia, agar datang pada Nabi Irmiya AS.
Malaikat datang dan berkata pada Irmiya, “Ya
Irmiya, saya seorang Bani Isra’il yang datang untuk minta fatwa tentang
famili-famili saya. Saya telah berbuat baik dan mengistimewakan mereka, sesuai
dengan perintah Allah. Namun semakin lama, mereka justru semakin jahat dan
membuat saya marah. Berilah fatwa tentang hal itu.”
Nabi Irmiya AS bersabda, “Berbaktilah pada
Allah! Dan sambunglah familimu! Sebagaimana Allah perintah padamu.”
Lelaki jelmaan malaikat berpaling dan pergi
meninggalkan Nabi Irmiya AS. Beberapa hari setelah itu, dia datang lagi,
menjelma lelaki yang sama.
“Apakah kau telah membenahi akhlaq dan
kekeliruan mereka? Apa yang kau harapkan dari mereka?” Tanya Nabi Irmiya AS.
“Demi yang telah mengutsmu dengan hak, semua
kebaikan orang baik telah kulakukan untuk mereka, bahkan lebih dari itu. Namun
mereka justru berbuat jahat padaku” Kata lelaki jemaan malaikat.
“Kembalilah dan berbuat baiklah pada mereka!”
Perintah Nabi Irmiya AS.
Dia berpaling meninggalkan Nabi Irmiya AS.
Dan tidak muncul beberapa hari.
Bukhtunashar sendiri, telah datang ke
Baitil-Maqdis dengan membawa pasukan yang lebih banyak, daripada kawanan
belalang.
Bani Isra’il terkejut takut, saat melihat
kaum asing berdatangan, banyak sekali.
Raja Bani Isra’il bertanya, “Manakah Janji
Tuhanmu kepadamu?” Pada Nabi Irmiya AS.
Irmiya AS menjawab,”Sungguh saya telah
dijanji oleh Tuhanku tentang hal itu.”
Malaikat yang telah beberapa kali datang,
menjelma manusia, datang lagi kepada Irmiya AS.
Saat itu Irmiya AS duduk bersandar pada
dinding Baitil-Maqdis. Dia datang lagi, untuk melaporkan kejahatan keluarganya
yang telah ia santuni:
"Wahai Nabbiyyallah! Semua kejahatan
mereka yang telah kumaafkan sudah tidak berlaku lagi hari ini. Karena setelah
saya pertimbangkan masak-masak; mereka hanya membuat saya marah. Sedangkan hari
ini mereka telah melakukan perbuatan yang sangat besar, yang membuat Allah Ta’ala
Murka. Kalau kejahatan mereka hanya seperti kemarin dulu atas diriku, saya
masih bisa memaafkan. Terus terang bahwa hari ini saya marah pada mereka
semata-mata karena Allah. Saya datang kemari untuk melaporkan keadaan mereka.
Demi Allah yang telah mengutusmu dengan hak. Saya mohon kepadamu, berdoalah
agar Allah membinasakan mereka.”
Do’a Irmiya AS, “Wahai Raja beberapa langit
dan bumi. Jika kaumku berniat benar dan baik, maka tetapkanlah hidup mereka.
Namun jika mereka telah membuat Engkau murka, dan telah melakukan amalan yang
tidak Kau ridhoi, maka binasakan mereka.”
Di saat Irmiya AS selesai mengucapkan doa;
ada ledakan petir dari langit, tertuju Baitil-Maqdis. Ada api yang membakar
Tempat Penyembelihan Qurban. Tujuh pintu gerbang Baitul-Maqdis terbenam kedalam
tanah, oleh goncangan dahsyat.
Irmiya AS berteriak, merobek pakaian, dan
menaburkan debu di atas kepalanya. “Wahai Raja beberapa langit dan bumi! Wahai
yang lebih sayang dari para penyayang! Mana JanjiMu yang dulu pernah Kau
janjikan kepadaku itu?” Doa Irmiya AS.
Pada Irmiya AS, Allah berfirman, “Siksa yang
menimpa mereka, karena fatwamu pada UtusanKu (malaikat yang menjelma lelaki
tersebut).”
Irmiya AS sadar bahwa memang dia telah
berkali-kali memberi fatwa pada seorang lelaki. Ternyata lelaki itu UtusanAllah yang menjelma manusia.
Irmiya AS keluar meninggalkan kotanya
menuju hutan-belantara, bergabung dengan binatang liar.
Bukhtunashar dan pasukannya memasuki dan
menduduki Baitil-Maqdis, dan wilayah Syam pada umumnya.
Penduduk dibunuh secara besar-besaran hingga
hampir habis. Mayat-mayat berserakan banyak sekali, di mana-mana.
Bukhtunashar merobohkan Baitul-Maqdis.
Selanjutnya perintah pada pasukan-pasukannya, agar mengangkut tanah, untuk
menimbun dan mengubur Baitul-Maqdis. Setelah itu dia pulang ke Babilon (بابل)
membawa tawanan-tawanan-perang.
Kaum Bani Isra’il yang masih hidup
dikumpulkan. Dari mereka diambil 100.000 anak, untuk dibagikan pada pejabat-pejabat,
dan para komandan laskar, yang telah membantu perjuangan Bukhtunashar.
Di antara mereka ada keturunan Nabi Dawud:
1. Danial
(yang akhirnya menjadi Nabi AS).
2. Hanania.
3. ‘Azaria.
4. Dan
Misya’il.
Secara keseluruhan, penduduk dikumpulkan dan
dibagi menjadi tiga:
1. Dibunuh.
2. Diperbolehkan
bertempat tinggal di Syam.
3.
Dijadikan tawanan perang.
Namun akhirnya Allah memberi kesempatan pada
Nabi Irmiya AS, untuk membangun lagi Baital-Maqdis. Nabi Irmiya AS lah yang
pernah bermimpi ‘Bumi Kering’, terutama sejumlah kota.
Bukhtunashar Raja Besar Babilon.
Dia memerintah di sana selama waktu yang
telah ditentukan oleh Allah. Dia terkesima oleh mimpi yang hadir di dalam tidurnya. Dia mengundang dan
perintah, “Ceritakan padaku! Mimpiku yang hilang dari ingatanku! Kalau tidak
bisa memberi tahu tentang mimpi tersebut, tangan kalian akan saya lepas mulai
belikat!” Pada Danial, Hanania, ‘Azaria dan Misya’il.
Sejenak kemudian, mereka berempat keluar, dan
meninggalkan Bukhtunashar. Mereka memohon-mohon agar Allah memberi Tahu,
tentang mimpi yang telah kabur dari ingatan Bukhtunashar. Allah memberi Tahu
tentang Mimpi Tersebut pada mereka.
Mereka berempat datang pada Bukhtunashar dan
berkata, “Dalam mimpi tersebut tuan melihat patung.”
Bukhtunashar menjawab “Betul.”
Mereka berkata, “Dua telapak kaki hingga dua
betisnya, dibuat dari tembikar, dua pahanya dari tembaga, perutnya dari perak,
dadanya dari emas, leher hingga kepalanya dari besi. Ketika tuan sedang
mengamati dengan takjub; tiba-tiba ada batu besar dari langit yang menimpa dan
menghancurkan patung tersebut. Karena terkejut, maka tuan lupa pada mimpi
tersebut.”
Bukhtunashar terheran-heran oleh jawaban
mereka yang tepat. Mulutnya bergerak-gerak melontarkan, “Kalian berempat betul!
Lalu bagaimana takwilnya?.”
Mereka menjawab, “Itu berarti tuan
telah diperlihatkan kerajaan para raja, yang sebagiannya lebih lembut daripada
sebagian. Sebagian lagi lebih elok daripada sebagian, sebagian lagi lebih
dahsyat. Awalnya kerajaan ini dari tembikar: itu berarti paling lemah dan
paling lembut.
Setelah itu tembaga: itu berarti lebih utama
dan lebih kuat.
Setelah itu dari perak yang lebih elok dan
lebih utama.
Setelah itu dari emas yang lebih elok dan
lebih utama dari sebelumnya semuanya.
Setelah itu besi: ini ibarat kerajaan tuan,
paling kuat dan paling jaya. Sementara Batu yang dilepas oleh Allah dari
langit, lalu menimpa dan menghancurkan patung tersebut, menunjukkan akan ada
seorang nabi yang mengatur segala urusan.”
Setelah Bukhtunashar puas terhadap
pentakwilan mereka, mereka dijadikan orang kusus yang berkedudukan dekat dengan
dia. Mereka berempat sering diajak berembuk dalam menyelesaikan urusan penting.
Itulah yang membuat sahabat-sahabat dekat
Bukhtunashar dengki dan iri, hingga akhirnya menghasud Bukhtunashar, “Betapa
mereka jahat.”
Hasudan mereka mengakibatkan adanya
keputusan, agar digalikan jurang-dalam, untuk memenjarakan mereka
berempat. Dikisahkan, “Ada lagi dua orang yang menemani mereka di dalam
penjara.”
Sebelum mereka dimasukkan ke dalam penjara,
telah ada binatang buas yang dibuat kelaparan di dalamnya, agar memangsa
mereka.
“Mari kita pulang untuk makan dan minum” Kata
kaum pendengki, yang telah berhasil mempersulit mereka berenam.
Mungkin karena mereka tak tega melihat enam
orang yang akan dimakan singa-singa kelaparan tersebut.
Seusai makan dan minum, dan hari telah senja,
mereka menengok penjara-bawah-tanah.
Di dalam penjara, mereka berenam sedang duduk
santai, menyanding beberapa binatang buas mendekam, yang menjulurkan kaki-depan.
Kaum Pendengki makin terkejut, saat melihat jumlah orang yang di dalam penjara
menjadi tujuh.[10][10] [11]
Orang ketujuh yang sebetulnya malaikat itu,
keluar dari jurang, dan menampar, hingga Bukhtunashar menjadi singa jantan.
Bukhtunashar berlari, bergabung pada
binatang-binatang buas di hutan. Saat itu akal dia masih berfungsi sebagaimana
manusia.
Beruntung sekali, Allah mengembalikan
Bukhtunashar menjadi manusia lagi, dan mengembalikan kerajaannya. Ketika
Bukhtunashar menjadi raja lagi; Danial AS dan teman-temannya menjadi orang
paling mulia bagi Bukhtunashar.
Kaum Babilon dengki lagi pada mereka berenam.
Hingga mereka melaporkan pada Bukhtunashar, “Danial tidak sopan! Jika minum,
maka lalu kencing berkali-kali.”
Konon perbuatan seperti itu sangat tabu bagi
adat-istiadat yang telah berlaku, sejak nenek-moyang mereka.
Bukhtunashar terpancing hasudan mereka. Dia
mengadakan pesta, dan mengundang Danial AS. Pesan dia pada satpam, “Amatilah
orang yang pertama kali keluar dari gedung ini, untuk kencing! Bunuh dia! Jika
berkata padamu ‘saya Bukhtunashar!’ Jawab! Kamu bohong! Bukhtunashar
perintah agar aku membunuh kau!’ Lalu bunuhlah!.”
Beruntung sekali, saat itu Allah menahan
air-kencing Danial AS. Di malam yang gelap itu, awal orang yang keluar dari
gedung, justru Bukhtunashar sendiri. Dia keluar dari gedung dengan tenang sekali,
karena menyadari bahwa dirinya raja.
Dia dikejar akan dibunuh oleh satpam. “Saya
ini Bukhtunashar!" Gertak Bukhtunashar pada satpam yang akan menyerang.
“Kamu bohong! Bukhtunashar telah perintah
agar saya membunuh kau!” Jawab pengejar, sambil menghajar hingga Bukhtunashar
tewas terkapar.
Sebagian sejarahwan menjelaskan, “Penyebab
kematian Bukhtunashar, karena Allah mengutus nyamuk agar memasuki lobang
hidungnya. Nyamuk menerobos masuk ketengah kepalanya. Karena merasa tersiksa,
dia tak pernah diam dalam keadaan nyaman.
Ketika maut akan merenggut, dia berpesan, ‘jika
saya telah mati, belahlah kepalaku! Carilah di dalamnya! Penyebab kematianku!’.”
Setelah dia wafat; mereka membelah kepalanya,
dan terkejut oleh adanya seekor nyamuk-hidup, yang berada di dalam kepalanya,
sedang menghisap cairan otaknya.
Itulah Upaya Allah memperlihatkan:
1. ‘Kodrat
dan KekuasaanNya pada para Hamba-Nya.
2. Bukhtunashar
lemah.
Allah memastikan kematiannya, hanya dengan
MakhluqNya yang termasuk paling lemah. (Tabarkaalladzii biYadiHi malakuutu
kulli syai’in, yaf’alu maa yuriid/تبارك الذي بيده ملكوت كلّ شيء، يفعل ما يشاء،
ويحكم ما يريد) Maha Barakah Dzat yang di Tangan-Nya, Kekuasaan segala
sesuatu. Dia berbuat dan mengadili sesuai Kehendak-Nya. [Al-Kamil]
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
[1] Ibnu
Abbas menjelaskan, “Isa bin Maryam AS pernah menyaksikan sapi betina kesulitan
melahirkan. Tiba-tiba sapi itu berbicara ‘ya Kalimat Allah! Doakan agar
Allah menolong pelahiranku’.
Isa bin Maryam AS berdo ‘ya yang mencipta
jiwa dari jiwa! Ya yang mengeluarkan jiwa dari jiwa, permudahkan pelahirannya’.
Tak lama kemudian, sapi melahirkan kandungannya. Sementara wanita kalian yang
kesulitan melahirkan bayinya, hendaklah diberi bacaan:
Bismillaahi laaa Ilaaha illaa Huwal-Kariimu,
subhaanallaahi Raabil-‘Arsyil-‘Adziimi, wal-hamdu lillaahi Rabbil-‘aalamiin.
Kaannahum yauma yaraunahaa lam yalbatsuu illaa ‘asyiyyatan aw dhuchaahaa.
Kaannahum yauma yarauna maa yuu’aduuna lam yalbatsuu illaa saa’atan min
nahaarin balaagh. Fahal yuhlaku illal-qaumul-faasiquun.
Artinya:
Dengan Nama Allah, tiada Tuhan yang wajib
disembah kecuali Dia yang Maha Mulia, Maha Suci Allah Tuhan Arasy yang Maha
Agung. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam. Sungguh di hari mereka
menyaksikannya mirip sekali 'mutlak belum pernah tinggal (di bumi)' kecuali
sesore atau sepaginya. Sungguh di hari mereka menyaksikan yang diancamkan, mirip
sekali 'mutlaak belum pernah tinggal (di bumi)' kecuali sesaat dari siang. Ini
disampaikan. Bukankankah takkan dirusak kecuali kaum fasiq.
[Uyunul-Akhbar].
Tulisan Arabnya:
بِاسْمِ اللَّهِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ
هُوَ الْكَرِيْمُ، سُبْحاَنَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، وَ الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، "كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ
يَلْبَثُوا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا" ، " كَأَنَّهُمْ يَوْمَ
يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ بَلَاغٌ
فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ
عيون الأخبار
لابن قتيبة الدينوري - (ج 1 / ص 408)
Dalam kitab tersebut juga dijelaskan bahwa, Isa
bin Maryam AS di dalam kandungan selama 8 bulan.
[2] Doa
dia, “Ya Tuhanku! Tunjukkan saya, lelaki yang telah Kau pastikan akan merusak
Bani Isra’il, dengan kekuasaannya, ini nanti.”
[3] Berarti
yang membuat Islam terjun dari puncak kejayaannya juga karena pemeluknya banyak
yang melakukan dosa. Bukhari meriwayatkan ucapan Said bin Al-Musayab tentang
itu:
“وَقَعَتِ
الْفِتْنَةُ الأُولَى - يَعْنِى مَقْتَلَ عُثْمَانَ - فَلَمْ تُبْقِ مِنْ أَصْحَابِ بَدْرٍ أَحَدًا ،
ثُمَّ وَقَعَتِ الْفِتْنَةُ الثَّانِيَةُ - يَعْنِى الْحَرَّةَ - فَلَمْ تُبْقِ مِنْ أَصْحَابِ
الْحُدَيْبِيَةِ أَحَدًا ثُمَّ وَقَعَتِ الثَّالِثَةُ فَلَمْ تَرْتَفِعْ
وَلِلنَّاسِ طَبَاخٌ.”
Artinya:
“Fitnah pertama telah melanda, yakni zaman
terbunuhnya ‘Utsman. Karena fitnah tersebut, veteran Perang Badar (sama wafat)
tidak ada yang tersisa satu pun. Lalu fitnah kedua, yakni Perang Harrah tahun 63
Hijriah melanda. Karena fitnah tersebut, veteran Perang Hudaibiyah (sama
wafat) tidak tersisa seorang pun. Lalu fitnah yang ketiga melanda. Ternyata
fitnah tersebut membandel tak mau pergi; dan Muslimiin kehilangan kekuatan.”
[4] قَضَيْنَا
diartikan ‘Kami (Allah)
beritakan’ berdasarkan riwayat Bukhari: {وَقَضَيْنَا
إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ} [الإسراء: 4] : «أَخْبَرْنَاهُمْ أَنَّهُمْ
سَيُفْسِدُونَ، وَالقَضَاءُ عَلَى وُجُوهٍ» ، {وَقَضَى
رَبُّكَ} [الإسراء: 23] : «أَمَرَ رَبُّكَ، وَمِنْهُ الحُكْمُ» . {إِنَّ رَبَّكَ
يَقْضِي بَيْنَهُمْ} [يونس: 93] ، "
وَمِنْهُ: الخَلْقُ ". {فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ} :
«خَلَقَهُنَّ»).
[5] Mungkin
dia diangkat menjadi komandan hanya karena keluarga raja. Bukan karena ahli.
[6] Dulunya
dia anak hilang yang menangis di dekat berhala Nashar, lalu diambil pejabat
hingga akhirnya menjadi pelayannya.
[8] Mungkin
kalimat, “Dan merobek pakaiannya dan menaburkan debu pada rambutnya,”
yang naskah aslinya, “وجعل الرماد على رأسه,” adalah salah. Memang banyak sejarah yang telah disimpangkan
kaum Zindiq. Penulis yakin demikian itu amalan jahiliyyah yang tak mungkin
dilakukan oleh Nabi Irmiya (Jeremia) AS.
[9] Mungkin
perintah disampaikan melalui lelaki yang pernah mencari, merawat, dan
menyantuni, di saat dia sakit; wallahu a’lam.
[11] Dalam
Tajul-‘Urus dijelaskan: روى عن جبير
بن نفير أنه قال : الذي خَدُّوا الأًخدودَ ثلاثَةٌ : تُبَّعٌ صاحِبُ اليَمَن
وقُسْطَنْطِينُ ملك الروم حين صرف النَّصارى عن التوحيد ودين المَسيحِ إلى عبادة
الصليب . وبخْتنَصَّرُ من أهل بابل حين أَمَر الناسَ بالسّجود إِليه فأَبى
دَانيالُ وأَصحابُه فأَلقاهم في النّار فكانت عليهم بَرْداً وسلاماً.
Artinya: Diriwayatkan dari Jubair bin Nufair,
“Penguasa yang pernah menyiksa rakyatnya dengan jurang diisi api, ada tiga:
1. Raja Tubak
bernama Dzu Nuwas penguasa wilayah Yaman.
2. Raja
Romawi bernama Qusthanthin, ketika berusaha membelokkan kaum Nashrani dari
tauhid, dan dari agama Al-Masih, agar mereka menyembah Salib.
3.
Bukhtunashar dari Babilon (بابل), ketika perintah rakyatnya, agar bersujud padanya; namun
Danial dan sahabat-sahabatnya menolak, hinggaa akhirnya dimasukkan kedalam api.
Namun api tersebut menjadi dingin dan aman baginya.“
Jubair bin Nufair termasuk tabi’iin, murid
beberapa sahabat Nabi SAW: Abu Bakr, Umar, Abu Dzarr, Khalid bin Al-Walid,
‘Ubaidah dan Yazid bin Al-Akhnas As-Sulami RA. Islamnya Yazid bin Al-Akhnas As-Sulami,
mendampakkan seluruh keluarganya Islam. Keluarganya yang bersikeras tidak mau
masuk Islam, hanya seorang wanita. Menanggapi hal itu Allah menurunkan ayat “وَلا
تُمْسِكُوا بِعِصَمِ الْكَوَافِرِ.” [Al-Mumtachanah 10].
Artinya: Dan jangan memegang tali-tali-kaum-kafir.
Maksudnya, “Jangan kau pertahankan ikatan-tali-pernikahan dengan
kaum-kafir.”
Riwayat ini menunjukkan bahwa Yazid bin Al-Akhnas
As-Sulami, masuk Islam di masa akhir hayat Nabi SAW. Karena ayat ini diturunkan
relatif lama setelah Perang Badar, yaitu bulan Dzul-Qa’dah tahun tujuh Hijrah.
Jubair bin Nufair pula yang pernah meriwayatkan,
“كَانَ
أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقَوْا
يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك.”
Artinya, “Konon di Hari Raya, ketika sebagian para sahabat
Rasulillah SAW, bertemu pada sebagian, sama berkata “Taqabbalallaahu
minnaa wa minka.” [Fatchul-Bari].
Dalam Tajul-’Urus dijelaskan, “ومِنْهُ
حَدِيثُ دَانيَال عَلَيْه السّلام حِينَ أُلْقِىَ في الجُبِّ وأُلْقِى عَلَيْه
السِّباعُ فجَعَلْنَ يَلْحَسْنَه ويُبَصْبِصْنَ إِلَيْه.”
Artinya: Sebagian dari contoh
penggunaan lafal tersebut ialah Hadits yang menjelaskan tentang Nabi Danial AS
(berenam) yang saat itu dimasukkan jurang bersama binatang-binatang buas.
Ternyata binatang-binatang buas tersebut justru يُبَصْبِصْنَ (yubashbishna) mengibas-ngibaskan
ekor dan menjilati dia AS.
Diperkirakan
sebelum atau setelah itu, dia berenam dibakar namun selamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar