Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2016/09/27

Wajah dan Telapak Tangan Wanita




‘ya Asma, sunguh ketika wanita telah balligh (haidh), tidak baik jika (anggota badannya) kelihatan. Kecuali ini dan ini’.”
Dan isarah ke wajah dan dua telapak tangannya SAW.
Abu Dawud berkata, (“Hadits) ini Mursal. Khalid bin Duraik belum pernah bertemu Aisyah RA.” [1]

Dalam Aunul-Ma’buud, dijelaskan mengenai Hadits ini : عون المعبود وحاشية ابن القيم (11/ 109)
وَالْحَدِيثُ فِيهِ دَلَالَةٌ عَلَى أَنَّهُ لَيْسَ الْوَجْهُ وَالْكَفَّانِ مِنَ الْعَوْرَةِ فَيَجُوزُ لِلْأَجْنَبِيِّ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى وَجْهِ الْمَرْأَةِ الْأَجْنَبِيَّةِ وَكَفَّيْهَا عِنْدَ أَمْنِ الْفِتْنَةِ مِمَّا تَدْعُو الشَّهْوَةُ إِلَيْهِ مِنْ جِمَاعٍ أَوْ مَا دُونَهِ.
Artinya :
Di dalam Hadits ini terdapat Dalil bahwa wajah dan dua telapak tangan (wanita), bukan aurat. Lelaki dewasa boleh melihat wajah dan dua telapak tangan wanita dewasa, ketika aman dari fitnah, yang mengundang syahwat jimak (coitus) dan lainnya.




[1] سنن أبي داود (4/ 62)
4104 - حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ كَعْبٍ الْأَنْطَاكِيُّ، وَمُؤَمَّلُ بْنُ الْفَضْلِ الْحَرَّانِيُّ، قَالَا: حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ بَشِيرٍ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ خَالِدٍ، قَالَ: يَعْقُوبُ ابْنُ دُرَيْكٍ: عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ أَسْمَاءَ بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ، دَخَلَتْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهَا ثِيَابٌ رِقَاقٌ، فَأَعْرَضَ عَنْهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَقَالَ: «يَا أَسْمَاءُ، إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا» وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَكَفَّيْهِ قَالَ أَبُو دَاوُدَ: «هَذَا مُرْسَلٌ، خَالِدُ بْنُ دُرَيْكٍ لَمْ يُدْرِكْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا»
__________

[حكم الألباني] : صحيح

2016/09/02

QS Attaubah Ayat 77


{فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقًا فِي قُلُوبِهِمْ إِلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَا أَخْلَفُوا اللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ } [التوبة: 77]


Firman Allah Taala, “Fa a’qobahum nifaaqon” (Kalimat yang artinya ‘maka Dia membuat dampak Munafiq pada mereka’). Kalimat ini, terdiri dari dua maf’ul (obyek) :
1.     (Hum) mereka.
2.     (Nifaaqon) munafiq. Maksudnya, dalam hati, Allah memastikan mereka Munafiq.
Ada yang menjelaskan, ‘karena bakhil, Allah membuat mereka Munafiq’. Oleh karena itu, (Allah) berfirman ‘Bakhiluu bih’ (artinya ‘mereka bakhil tentangnya’).
(Kalimat) ‘Ilaa yaumi yalqounahuu’ di dalam kedudukan Khofadh (Rendah atau Kasrah). (Arti dan) maksudnya ‘mereka akan menemui kebakhilan mereka’. Maksudnya balasan bakhil mereka. Seperti ada perkataan ‘besok, kau akan menjumpai amalanmu’.
Ada yang menjelaskan arti maksud ‘Ilaa yaumi yalqounahuu’ hingga hari mereka bertemu Allah. Dalam bahasan ini terdapat dalil bahwa orang yang dimaksud dalam Ayat ini, wafat dalam keadaan Munafiq. Itu berarti, penjelasan yang dimaksud dalam bahasan Ayat ini Tsa’labah atau Hathib’ Salah. Karena mengenai Hathib, sungguh Nabi SAW pernah bersabda pada Umar, ‘apa yang akan memberi tahu kau, barangkali Allah mengintip Veteran Perang Badar ?’ Ternyata (Allah mengintip dan) berfirman (pada Veteran Perang Badar) ‘beramallah yang kalian kehendaki ! Sungguh Aku telah mengampuni untuk kalian’. Ts’labah dan Hathib tergolong Veteran Perang Badar.
(Kalimat) Bimaa akhlafullooha maa wa’aduuhu wa bimaa kaanuu yakdzibuun, (yang artinya) karena :
1.     Mereka menyelisihi Allah mengenai yang mereka janjikan.
2.     Dan mereka telah bohong. Kebohongan mereka ‘melanggar tidak mau melunasi janji, karena telah menetapi kemunafikan’.” [1]



Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia

[1] تفسير القرطبي (8/ 212)
قَوْلُهُ تَعَالَى: (فَأَعْقَبَهُمْ نِفاقاً) مَفْعُولَانِ أَيْ أَعْقَبَهُمُ اللَّهُ تَعَالَى نِفَاقًا فِي قُلُوبِهِمْ. وَقِيلَ: أَيْ أَعْقَبَهُمُ الْبُخْلَ نِفَاقًا، وَلِهَذَا قال:" بَخِلُوا بِهِ". (إِلى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ) في موضع خفض، أي يلقون بخلهم أي جزاء بخلهم كما يقال: أنت تلقى غدا عملك. وقيل: (إِلى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ) أَيْ يَلْقَوْنَ اللَّهَ. وَفِي هَذَا دَلِيلٌ عَلَى أَنَّهُ مَاتَ مُنَافِقًا. وَهُوَ يَبْعُدُ أَنْ يَكُونَ الْمُنَزَّلَ فِيهِ ثَعْلَبَةُ أَوْ حَاطِبٌ لِأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِعُمَرَ: (وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ اللَّهُ اطَّلَعَ عَلَى أَهْلِ بَدْرٍ فَقَالَ اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكُمْ) . وَثَعْلَبَةُ وَحَاطِبٌ مِمَّنْ حَضَرَ بَدْرًا وَشَهِدَهَا. (بِما أَخْلَفُوا اللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِما كانُوا يَكْذِبُونَ) كَذِبُهُمْ نَقْضُهُمُ الْعَهْدَ وَتَرْكُهُمُ الْوَفَاءَ بِمَا الْتَزَمُوهُ مِنْ ذَلِكَ

Al-Kamil Bahas Awal Tanggal Islam



Yang sohih lagi mashur, “Sungguh Umar bin Al-Khatthab RA yang perintah membuat penanggalan Islam. Penyebabnya sungguh pada Umar RA, Abu Musa Al-Asyari kirim surat, ‘surat-surat yang datang dari Anda tidak diberi tanggal’.
Maka Umar RA mengumpulkan jamaah untuk diajak bermusyawarah.    
Sebagian mereka berkata, ‘mulailah penanggalan dari Nabi SAW diutus’.
Yang lain berkata, ‘mulailah penanggalan dari Rasulillah SAW hijrah’.
Umar berkata, ‘yang akan kita lakukan justru memulai penanggalan dari Hijrah Rasulillah SAW. Karena Hijrah beliau SAW, batas Kebenaran dan Kebatilan’.” Terang Assyakbi. [1]



Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia


[1] الكامل في التاريخ (1/ 12)
وَالصَّحِيحُ الْمَشْهُورُ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ أَمَرَ بِوَضْعِ التَّارِيخِ.
وَسَبَبُ ذَلِكَ أَنَّ أَبَا مُوسَى الْأَشْعَرِيَّ كَتَبَ إِلَى عُمَرَ: إِنَّهُ يَأْتِينَا مِنْكَ كُتُبٌ لَيْسَ لَهَا تَارِيخٌ. فَجَمَعَ النَّاسَ لِلْمَشُورَةِ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: أَرِّخْ لِمَبْعَثِ النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -. وَقَالَ بَعْضُهُمْ: أَرِّخْ لِمُهَاجَرَةِ رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَقَالَ عُمَرُ: بَلْ نُؤَرِّخُ لِمُهَاجَرَةِ رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَإِنَّ مُهَاجَرَتَهُ فَرْقٌ بَيْنَ الْحَقِّ وَالْبَاطِلِ، قَالَهُ الشَّعْبِيُّ.