Memetik dan Menghidangkan Buah
Cinta
Yang paling berhak dicintai melebihi segala-galanya, Allah dan Muhammad Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ
وَسَلّمَ. Nabi Muhammad صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ pernah
bersabda, “ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ
يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ
الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى
الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ – Ada tiga perkara yang (jika
bersarang) pada seorang maka dia jumpai manisnya iman:
Ternyata Allah sendiri juga
menyatakan, “قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي
يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ –
Katakan ‘jika kalian telah cinta Allah maka ikutilah saya! Allah akan mencintai
kalian dan akan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan Allah Maha pengampun Maha
penyayang’.”
Berdasarkan Sabda Rasulullah dan Firman
Alla di atas; buah dari cinta terhadap Allah dan Rasul-Nya, disenangi Allah, diampuni dosa-dosanya, dan
di saat itu pula, dia memasuki wilayah indah yang dia merasakan manisnya iman.
Hingga keimanan dia yang kokoh membuat dia takkan murtad. Bagi orang
yang cinta dunia memang Firman dan Sabda tersebut kurang menarik. Mereka akan
tertarik jika telah tahu bahwa buah dari cinta Allah dan Rasul, ternyata tidak
hanya akan dipetik di akhirat saja, tetapi juga di dunia.
Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ sabar
dan pandai, karena Al-Qur’an Wahyu Allah. Termasuk yang membuat nabiصَلّى اللّهُ عَلَيْهِ
وَسَلّمَ pandai menghadapi orang jahat, pandai bertutur-kata,
pandai menyembunyikan kejelekan demi keindahan, adalah ‘Surat Yusuf’.[1] Karena
Surat tersebut diturunkan di saat nabiصَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ dan
para sahabatnya susah berat oleh tekanan dan penganiayaan orang-orang
kafir, yang sesungguhnya saudara mereka sendiri. Di luar dugaan ternyata Allah
menghibur mereka dengan menurunkan Surat yang mengandung pelajaran akhlaq
tersebut. Di sana dijelaskan bahwa Nabi Yusuf عَلَيْهِ السّلَام yang
disia-sia oleh kakak-kakaknya, akhirnya menjadi raja di Mesir. Raja menurut
Allah dan Rasul-Nya adalah ‘penguasa’.[2] Artinya,
bisa jadi saat itu dia menjadi ‘perdana mentri Mesir’.Wallahu alam.
- Mereka surprise
karena ternyata orang sangat tampan dan agung adik mereka sendiri.
- Ternyata
kesalahan besar mereka diampuni di saat mereka lemah dan hina.
- Kebutaan
ayah mereka sembuh, di samping karena mukjizat Yusuf, mungkin juga karena surprise oleh
kenyataan Yusuf yang sangat dirindukan ternyata tidak hanya masih hidup.
Tetapi telah menjadi orang besar.
- Ya’qub
terkejut ternyata orang yang tampan nan agung tersebut adalah putranya.
- Dalam
perjumpaan agung tersebut tentunya banyak sekali yang berandai-andai: “Oh betapa
bahagianya jika saya menjadi Yusuf.”
Ibnu Katsir menyampaikan penjelasan yang
membuat kita terperangah takjub, mendasari firman Allah.[3] Kurang
lebih artinya begini:
Ketika
mereka telah memasuki ruangan Yusuf; dia AS segera memberi tempat-layak pada
dua orang tuanya dan berkata, “Masuklah kalian ke Mesir dengan aman in
syaa Allah.”
Dia
mengangkat dua orang tuanya di atas singgasana; mereka meroboh untuk
bersujud-hormat kepadanya. Dia AS berkata, “Ya ayahku, inilah takwil mimpiku.
Sungguh Tuhanku telah mewujudkan dengan benar. Dan sungguh Dia telah berbuat
baik padaku; setelah mengeluarkan saya dari penjara, dan telah mendatangkan
kalian dari desa; setelah syaitan mengganggu antara saya dan saudara-saudara
saya. Sungguh Tuhanku Maha lembut pada yang Dia kehendaki. Sungguh Dia Maha
Alim Maha Kaya Hikmah.”
Allah
Ta’ala mengkhabarkan tentang kunjungan dan berpindahnya Nabi Ya’qub ke Mesir.
Ketika Nabi Yusufعَلَيْهِماَ السّلَام menyuruh saudara-saudara dan seluruh
keluarganya, agar berpindah ke Mesir, saat itu seluruh keluarga besar Nabi
Ya’qub AS hingga yang akhir, dibawa semuanya.
Mereka
berangkat dari kota Kan’an menuju kota Mesir.
Ketika
telah diberi tahu bahwa kehadiran mereka telah dekat; Yusuf segera keluar-rumah
untuk menyambut kedatangan mereka. Sementara itu sang raja sendiri perintah
agar mentri-mentrinya dan tokoh-tokoh masyarakat keluar rumah untuk mendampingi
Yusuf menyambut kedatangan Nabiyyullah Ya’qubعَلَيْهِماَ السّلَامُ.
Dilaporkan,
“Sungguh sang raja sendiri juga keluar dari istana untuk menyambutnya, namun
berita ini asybah, yakni kurang meyakinkan.”
Diperkirakan, karena Nabi Yusuf AS sebagai
perdana-mentri; para pejabat tinggi, serta tokoh-tokoh masyarakat, menyambut
kedatangan rombongan Nabi Ya’qub AS. Maka rakyat pun berbondong-bondong
menyaksikan peristiwa agung tersebut. Rakyat Mesir tahu bahwa ekonomi Mesir
yang mestinya koleb atau tumbang; telah selamat oleh Nabi Yusufعَلَيْهِ السّلَامُ yang
agung.
Mungkin masa paceklik selama tujuh tahun
saat itu, telah membuat kota-kota selain Mesir kekeringan berat, sehingga
banyak manusia dan binatang mati kelaparan. Kalau dilogika bahwa orang-orang
Kan’an datang ke Mesir untuk mencari bahan makan, berarti paceklik saat itu
melanda wilayah yang sangat luas.
Lutan Insan
Al-Alusi menjelaskan sedikit berbeda:
Telah dijelaskan di dalam beberapa sumber Nabi
Yusuf dan sang raja keluar didampingi 4.000 pasukan, para pejabat tinggi,
bahkan seluruh bangsa Mesir. Mereka menyambut kedatangan Nabi Ya’qub. Menyaksikan
Nabi Ya’qub hadir dengan berjalan, dipapah oleh Yahudza yang berjalan di
sisinya.
Nabi Ya’qub menyaksikan barisan pasukan
berkuda dan manusia berjumlah banyak sekali. Dia berkata, “Hai Yahudza! Apakah
ini Raja Fir’aun Mesir?.”
Yahudza menjawab, “Bukan, ayahku. Dialah
putramu bernama Yusuf.”
Sebuah sumber menjelaskan “Yusuf diberi
tahu ‘sungguh kau akan menjumpai dia; dan dia akan menjumpai kau, sesuai yang
kau lihat.”
Ketika Yusuf akan menyambut dengan ucapan
Salam; ada yang mencegah, agar dia tahu bahwa Ya’qub lebih mulia bagi Allah
Ta’ala dari pada dia. Karena yang mengucapkan Salam pertama kali.
Ya’qub segera memeluk dan mencium Yusuf AS
dan berkata, “As-Salamu ‘alaik, hai yang menghilangakan
kesusahan-kesusahanku.”
Sebuah sumber menjelaskan: “Yusuf berkata
pada ayahnya ‘ayahku! Kau telah menangisi saya hingga buta. Apakah ayah tak
tahu bahwa hari kiamat akan mengumpulkan kita?.”
Ya’qub berkata, “Betul! Tetapi saya
khawatir agamamu rusak sehigga kita akan terhalang bertemu.” [4] [5]
Menurut Ibnu Hisyam Al-Kalb:
Banjir
besar telah melanda hinggga membongkar kubur di kota Yaman. Dalam kubur
tersebut ada mayat wanita yang masih utuh. Diperkirakan dulunya, dia wanita
kaya-raya. Ada tujuh mikhnaq (مِخنقٍ), yakni jenis mutiara putih
yang menghiasi lehernya. Dua tangan dan dua kakinya mengenakan gelang-gelang
yang dipadu: di atas betis, di bawah betis, di pergelangan tangan, dan lengan.
Masing-masingnya berjumlah tujuh. Semua jarinya mengenakan cincin-perhiasan
bermata berlian yang harganya sangat mahal. Di sisi kepalanya, ada peti berisi
harta kekayaan penuh. Di dalamnya ada papan bertuliskan:
“Dengan
Nama-Mu ya Allah Tuhan kota Himyar. Hamba Tachah binti Dzi Syufar. Hamba telah
mengutus seorang agar membeli bahan makan berjumlah banyak pada Nabi Yusuf
perdana mentri Mesir. Namun dia terlambat pulang sangat lama. Saya mengutus
seorang kasim (حَشِيمٌ) agar membawa satu mud perak, agar
ditukarkan satu mud gandung yang telah ditumbuk; namun tak ada yang memiliki
gandum yang kumaksud.[6] Dia kuutus agar menukarkan gandum
yang telah ditumbuk; dengan satu mud emas. Namun ia pulang tak membawa hasil.
Dia kuutus menukarkan ‘bahriy (بحريٍّ)’, yakni intan dari laut yang indah
sekali, yang di leherku, dengan gandum yang telah ditumbuk. Namun dengan itu
tak juga mendapatkan. Karena geregetan dan kesal; hamba menyuruh agar intan
tersebut ditumbuk. Tentu saja tetap juga tak bermanfaat pada hamba, hingga
akhirnya hamba mati kering kelaparan. Maka barang siapa mendengar tentang
diriku hendaklah mendoakan rahmat untukku, atau menjadikan saya sebagai ibarat.
Jika dia muslimah saya berdoa untuknya semoga Allah memberi rahmat yang luas
yang membuat dia lupa kelaparan atau kekeringannya. Siapapun wanita yang
mengenakan perhiasanku takkan mati kecuali seperti kematianku.”[7]
Kisah yang pasti shahih, yang
ada dalam Al-Qur’an. Di sana dijelaskan saudara-saudara Yusuf datang ke Mesir
untuk membeli bahan makan. Ini penjelasan yang cukup, yakni berarti paceklik di
saat itu melanda wilayah yang sangat luas. Itu berarti Yusuf berjasa besar
sekali pada masyarakat yang sangat luas, karena Mesir dan sekitarnya selamat
dari bencana tersebut melalui petunjuknya.[8]
Sehingga diperkirakan orang-orang yang
menonton rombongn Nabi Ya’qub AS datang ke Mesir, sangat banyak sekali. Jika
sang raja hingga keluar istana, mugkin karena terpengaruh oleh terlalu
banyaknya manusia yang keluar rumah untuk menyaksikan.
Kalau peristiwa tersebut dianggap keindahan
yang dipetik dan dihidangkan oleh Yusuf ke hadapan sang raja dan manusia pada
umunya, maka sebetulnya itu baru keindahan lahiriyah. Sementara
mutiara-keindahan yang hakiki dari kebaikan Yusuf dan Ya’qub عَلَيْهِماَ السّلَامُ,
justru berada pada Al-Qur’an yang mengkisahkan ‘Yusuf, Ya’qub عَلَيْهِماَ السّلَامُ, dan
keluarga’ mereka. Bukti bahwa kisah dalam Al-Qur’an tersebut, mutiara-keindahan
yang hakiki, akan abadi. Meskipun dunia ini hancur-lebur karena
gempa kiamat; namun Ayat-Ayat yang mengkisahkan Yusuf dan Ya’qubعَلَيْهِماَ السّلَامُ dan
lainnya, ‘akan abadi’.
Jika orang-orang iman telah masuk surga,
maka akan disuruh membaca Al-Qur’an yang dulu-kala sering dibaca, sambil
menaiki tangga. Jika telah selesai, maka disuruh berhenti dan memasuki surga
yang lebih tinggi dari pada jatah surganya.
Nabiصّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ bersabda:
“يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ
وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ
آخِرِ آيَةٍ تَقْرَأُ بِهَا – Akan dikatakan pada orang yang
menguasai Al-Qur’an ‘bacalah sambil naik tangga! Dan tartilkanlah membacanya! Sebagaimana
kau dulu membaca dengan tartil di dunia. Sungguh tempat tinggalmu di sisi ayat
yang akan kau baca nanti’.” [HR Tirmidzi].