Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

KW 9: Amukan Dhirar




   (Bagian ke-9 dari seri tulisan Khalid bin Walid)

Al-Waqidi (sejarawan Islam terkenal) mencatat laporan Amr bin Darim: Saya dulu ikut dalam Perang Baitu Lahya sebagai tentaranya Dhirar bin Al-Azwar RA. Dia adalah orang yang sangat ingin mati syahid. Ketika ribuan musuh telah dekat, dialah yang pertama kali bertakbir, lalu pasukan Islam mengikutinya. Mendengar takbir yang membahana seperti itu, hati musuh bergetar. Pasukan Isam menyerang mereka bertubi-tubi.
Banyak yang melihat Dhirar bin Al-Azwar, dalam keadaan telanjang dada tak membawa pedang, bergerak cepat ke depan untuk menyerang.[1] Mereka terperangah oleh keberaniannya. 
Wardan, panglima perang Nasrani, berada di barisan depan dinaungi panji, bendera bergambar, serta salib emas yang empat sisinya gemerlapan. Pembawa salib tersebut seorang Romawi.
Bagi Dhirar, Wardan adalah incaran utama. Dhirar maju ke depan membelah barisan. Dia menyerang dengan penuh semangat. Dengan tombaknya, ia membunuh lelaki pembawa bendera yang sedang menunggang kuda. Lelaki di kanannya tersungkur sebagai korban berikutnya.
Tadinya Dhirar ingin membunuh musuh yang ada di sebelah kirinya, tapi Wardan telah mendekat. Dhirar menusukkan tombaknya sekuat tenaga ke orang Romawi pembawa salib. Tombak menembus perutnya lalu seakan mata tombak itu ikut gembira dengan tersenyum puas berkilauan darah; Salib emas jatuh.
Wardan terkejut dan yakin akan mati di saat melihat Salib emasnya jatuh. Dia telah berusaha meraihnya, tapi usahnya terhalang oleh pasukan Islam yang juga berniat mengambilnya.
Peperangan makin berkobar; Dhirar melihat seorang lelaki ingin mengambil Salib emas yang tercampak. Dhirar berteriak, “Hai orang-orang Islam! Salib itu milikku, jangan berharap memilikinya. Kalau saya telah memporak-porandakan pasukan Romawi, saya akan segera mengambilnya!”
Wardan mendengar dan memahami ucapan Dhirar. Hatinya agak kagum pada ucapan itu. Dia pindah ke belakang berniat lari. Sejumlah bathriq mengingatkan Wardan, “Tuan yang mulia mau ke mana?[2] Masak mau lari dari setan (Dhirar) ini? Di mata kami, dia orang yang paling menjijikkan dan paling mengerikan.”
Dhirar mengamati Wardan ditahan agar tidak kabur oleh sejumlah bathriq. Ia segera melancarkan serangan; Wardan lari dengan kuda. Dhirar pun mengejarnya dengan kuda. Dhirar telah membidikkan tombak, tapi kaum Romawi mengepung Dhirar. Namun, Dhirar malah bernyanyi:
Kematian pasti merenggut di manapun saya lari
Surga Firdaus tempat indah asri
Inilah peperanganku, hai hadirin saksikanlah
Semua kulakukan demi ridha Tuhan Subhanah

Walau dikerubuti pasukan musuh, Dhirar tetap melancarkan serangan. Wardan mendekat. Setelah melewati kepungan, Dhirar menusukkan tombaknya ke arah Wardan yang ada di tengah-tengah bathriq-nya, tapi luput.
Sejumlah pasukan menyerang Dhirar lagi, tapi ia malah mengamuk membunuh semua yang ada di sekelilingnya. Lisannya meneriakkan Firman Allah, Sesungguhnya Allah senang pada orang-orang yang berperang di jalan-Nya dengan berbaris mirip seperti bangunan yang disusun.” (As-Shof: 4).

Pasukan Romawi dari segala penjuru mengepung Dhirar. Sejumlah orang Islam membantu Dhirar. Dua kubu itu saling menyerang dan menangkis.
Putra Wardan bernama Hamdan mendekat untuk memanah Dhirar. Anak panah melesat cepat menembus lengan kanan Dhirar. Namun Dhirar tidak menghiraukannya.
Dhirar bergerak cepat ke arah Hamdan untuk menombak. “Crotkrek!” mata tombak menembus dan bersatu dengan tulang punggung Hamdan. Dhirar menarik tombak sekuat tenaga, meninggalkan mata tombak di celah-celah tulang Hamdan. Hamdan rebah bersimbah darah merah.
Pasukan Romawi bergerak cepat untuk menangkap Dhirar. [3] Para sahabat Nabi SAW terkejut dan marah melihat Dhirar ditawan. Mereka menyerang untuk menyelamatkan Dhirar, tapi musuh terlalu banyak. Serangan pasukan Dhirar dapat dipatahkan tapi Dhirar telah dibawa kabur.

Suara Rafi’ bin Umairah At-Tho’i mengejutkan mereka, “Hai orang-orang Islam, mau lari ke mana? Apa kalian tidak tahu, barang siapa lari dari musuh akan dimurkai Allah? Pintu-pintu surga tidak akan dibuka secara khusus kecuali untuk orang-orang yang berjihad, apa kalian tidak tahu? Sabar, sabar, surga, surga. Hai orang Islam, seranglah kembali orang-orang kafir penyembah Salib! Saya akan memimpin kalian. Kalaupun pimpinan kalian telah ditawan atau dibunuh, Allah Maha Hidup, tak akan wafat. Allah menyaksikan kalian dengan mata-Nya yang tak akan tidur!” Akhirnya orang-orang Islam kembali bergerak melancarkan serangan bersama Rafi’.
Tertangkapnya Dhirar bin Al-Azwar membuat orang-orang Islam susah. Segala upaya untuk menyelamatkannya telah dilakukan, tapi sia-sia. Saat itu yang banyak dibicarakan kebanyakan orang Islam adalah tentang tertangkapnya Dhirar.

Berita itu telah dilaporkan pada Khalid bin Al-Walid. Begitu pula berita tentang Dhirar telah mengamuk membunuh banyak musuh. Khalid memperhatikan laporan tersebut dengan wajah sedih. Ia bertanya, “Berapa jumlah musuh?”
“Duabelas ribu orang berkendara kuda.”
Khalid berkomentar, “Saya yakin jumlah mereka sedikit. Saya menilai jumlah kaum saya lebih unggul.”
Orang-orang memperhatikan dengan serius pada pertanyaan Khalid, “Siapa pimpinan mereka?”
Mereka menjawab, “Wardan, gubernur Chimsh. Putranya yang bernama Hamdan telah dibunuh oleh Dhirar.”
Khalid RA berkata “Laa chaula wa laa quwwata illaa bi Allaahil Aliyyil Adliim.” Lalu ia mengutus seseorang menuju Abu Ubaidah untuk minta petunjuk.

Abu Ubaidah RA menjawab, “Perintahlah seorang kepercayanmu untuk mengganti memimpin pasukan yang berada di dekat gerbang timur. Selanjutnya datangilah mereka! Kau akan mampu menghancurkan mereka bi idznillaahi Taala!”
Begitu jawaban Abu Ubaidah telah sampai, Khalid berkata, “Saya tak akan tergolong orang yang pelit demi kelancaran Jalan Allah (saya akan berperang).” Lalu Khalid menyuruh Maisarah bin Masruq Al-Absi RA agar menggantikan tugasnya membawahi 1.000 pasukan berkuda. Dia berpesan, “Waspadalah! Jangan kau tinggalkan tempat ini!” 
Maisarah menjawab, “Ini sebuah kehormatan. Dengan senang hati, tugas akan saya laksanakan.”
Sebelum Khalid pergi, berpesan pada pasukannya, “Singkirkan semua penghalang dan siapkanlah peralatan perang yang tajam. Jika kalian menghadapi musuh, seranglah dengan serempak agar kalian bisa menyelamatkan Dhirar. Kalau mereka membiarkan Dhirar hidup, syukurlah, tapi kalau mereka telah membunuh dia, maka kita akan membalasnya insya Allah. Saya optimis kita akan berhasil menyelamatkan Dhirar.
Khalid maju ke depan, lalu membaca syair:
Di hari ini orang yang benar akan beruntung
Aku tak takut mati yang menyergap cepat
Tombakku takkan puas darah kaum bughat
Kan ku hancurkan helm perang dan perisai
Semoga besok kulihat tempat orang yang aduhai
Di dalam surga yang kekal menemui orang yang telah ke sana
Khaulah bin Al-Azwar
Khaulah bin Al-Azwar[4]



[1] Dialah yang ketika berperang di dekat pintu gerbang Jabiyyah mengamuk hingga membunuh lima orang tentara berkuda di kanannya dan lima lagi di kirinya. Serangannya yang dahsyat membuat enam tentara berkuda lainnya berguguran bersimbah darah. Kalau tidak tertahan oleh anak panah yang menghujaninya, maka korban akan lebih banyak lagi.
[2] Pejabat tinggi militer yang sangat pandai berperang dan membawahi 5.000 hingga 10.000 tentara.
[3] Diperkirakan karena panglima perangnya marah besar maka ia perintah pada pasukannya, “Kepung! Dia harus tertangkap!” 
Kemudian Dhirar tertutup oleh kerumunan pasukan Romawi yang menangkapnya.
[4] Diperkirakan syair itu membuat para sahabat Khalid bergetar sehingga semangat mereka berkobar.

2011/03/26

KW 8: Mahkota dan Salib Emas




(Bagian ke-8 dari seri tulisan Khalid bin Walid)

Di kubu kaum kafir, sebuah upacara sakral sebelum melaksanakan perang mati-matian dilaksanakan. Di dalam istana megah itu, sang raja memberikan mahkota dan salib emas pada Wardan. Empat sisi Salib gemerlapan itu dihiasi empat mutiara yaqut (yawaqit/يواقيت) yang sangat mahal. Kedudukan salib itu begitu agung buat mereka.
Raja berpesan, “Jika kaum Arab menyerangmu, letakkanlah salib ini di depanmu. Dia akan menolongmu!." Pesan itu didengar dengan seksama oleh Wardan dan seluruh hadirin. Wardan segera masuk gereja dengan mengenakan mahkota dan membawa salib. Di dalam gereja, dia menceburkan diri ke dalam air Al-Amudiyyah (ماء المعمودية). Setelah selesai, tubuhnya diolesi minyak Bakhur (بخور) dari gereja. Sejumlah Rahib memberkatinya.
Wardan keluar dari gereja menuju tenda induk di luar kota yang telah dipersiapkan untuknya.  Sementara di tanah lapang semakin ramai oleh penduduk Romawi yang melaut yang ingin menyaksikan pasukan Wardan diberangkatkan.
Raja didampingi pasukan pengawal berkuda masuk ke tanah lapang. Ia mengantar Wardan dan pasukannya hingga Jisri Al-Khadid (جسر الحديد /Jembatan Besi). Arak-arakan pasukan Wardan melanjutkan perjalanan sampai di kota Khamah (حماة).
Wardan, melalui utusannya, mengirimkan surat raja pada pasukan Romawi yang berada di Ajnadin. (أجنادين) [1] Isi surat itu perintah agar pasukan berpencar untuk menghalangi pasukan Khalid agar tidak bergabung dengan bala bantuan Arab yang datang di bawah pimpinan Amr bin Al-Ash.
Wardan mengumpulkan dan menasihati sejumlah bathriq, “Saya akan berjalan ke Ajnadin melalui jalan Mars (طريق مارس) di waktu orang-orang lengah. Semua pasukan Arab akan saya bunuh.”
Namun, ketika malam telah kelam, Wardan justru berjalan membawa pasukannya melewati jurang Chayah (الحياة), yaitu jalan yang juga menuju Ajnadin. Perpindahan jalur ini siasat Wardan.
Futuhus-Syam (sebuah kitab kuning) mencatat laporan Syadad bin Aus, “Setelah Khalid melewati beberapa kota dan membunuh dua bathriq, dia memerintahkan kami, orang-orang Islam, agar merayap dengan membawa perisai untuk menangkis batu dan anak panah yang menyerang dalam berjuang menembus benteng kota Damaskus. Begitu penduduk Damaskus tahu bahwa kami telah mengepung, mereka melempari kami dengan batu dan anak panah dari atas benteng. Namun, jumlah kami yang semakin banyak membuat mereka gentar.”
Syadad bin Aus menambahkan, “Kami mengepung mereka selama 20 hari. Di hari yang ke-20, kami dikejutkan oleh Nawi bin Murrah yang memberitakan bahwa bala bantuan (untuk musuh) dari Romawi berjumlah banyak sekali telah berdatangan ke kota Ajnadin.
Khalid bergerak cepat menuju pintu gerbang kota Jabiyyah untuk minta petunjuk Abu Ubaidah. Khalid berkata, “Wahai orang yang dipercayai oleh umat ini, saya berpendapat sebaiknya kau giring pasukan ini menuju Ajnadin. Kita perangi orang-orang Romawi di sana. Jika Allah memberi kita kemenangan, kita kembali lagi ke sini untuk memerangi orang-orang di sini.”
Abu Ubaidah menjawab, “Itu bukan pendapat yang tepat.”
“Kenapa?”
“Jika kita pergi, mereka akan menempati posisi kita ini.”
“Saya kenal seorang lelaki yang tak takut mati dan pandai berperang. Ayah dan kakeknya telah wafat dalam Perang Sabil. Bagaimana kalau kita utus dia menuju Ajnadin?”
“Siapa dia?”
“Dhirar bin Al-Azwar bin Thoriq (ضرار بن الأزور بن طارق).”
“Idemu tepat sekali, dia itu lelaki yang mau berjuang mati-matian. Utuslah dia!”
Khalid bergerak cepat lalu memerintahkan agar Dhirar datang menghadap. Tak lama kemudian Dhirar datang. Khalid berkata, “Hai putra Azwar (maksudnya Dhirar), kau saya tugaskan memimpin 5.000 pasukan untuk melawan musuh yang datang ke mari. Kalau kau merasa mampu melawan mereka, maka lawanlah! Namun, jika kau merasa tak mampu, maka panggillah kami.”
Dhirar berkata, “Oh, saya sangat bahagia dengan tugas ini. Kalau perlu saya sendiri yang akan melawan mereka.”
“Jangan, itu namanya bunuh diri. Berangkatlah bersama orang-orang yang akan mendampingimu!” kata Khalid.
Dhirar bergegas hendak meninggalkan tempat itu.
Khalid menahan, “Sebentar! Tunggulah sampai orang-orang yang mengikutimu berkumpul!”
“Saya tidak mau berhenti. Kalau para pengikut itu orang baik, pasti mereka akan menyusulku.”
Dhirar tidak main-main, dia benar-benar berangkat bergegas dengan kudanya hingga akhirnya sampai ke rumah peribadatan bernama Baitu Lahya (بيت لهيا) yang di dalamnya terdapat berhala-berhala yang disembah. Di situlah dia berhenti menunggu teman-temannya.
Semakin lama, teman-tamannya yang datang semakin banyak. Ketika semua temannya telah datang, Dhirar melihat dari jauh, banyak sekali pasukan Romawi berbaju perang merayap turun. Terlihat dari kejauhan mereka seperti kawanan belalang. Sinar mentari pagi itu menerangi perisai-perisai dan jalan yang mereka lalui.
Para sahabat Nabi SAW berkata pada Dhirar, “Jumlah bala bantuan musuh banyak sekali, sebaiknya kita kembali pada pasukan induk.”
Dhirar menjawab dengan lantang, “Saya tak akan berhenti mengayunkan pedang di jalan Allah. Semoga Allah menyaksikan saya tidak lari dari perang. Karena Allah berfirman:Jangan kalian hadapkan dubur-dubur pada mereka (lari dari musuh). Barang siapa di hari itu menghadapkan duburnya pada musuh, berarti ia telah kembali membawa murka dari Allah. Kecuali untuk menghindar atau bergabung pada pasukan (untuk menyusun siasat) (Al-Anfal: 16).
Rafi’ bin Umairah At-Thoi (رافع بن عميرة الطائي) berkata, “Kenapa kalian takut pada jumlah musuh yang banyak?[2] Bukankah Allah telah menolong kalian berkali-kali di beberapa tempat? Pertolongan selalu berdampingan dengan kesabaran. Kita harus sadar bahwa kita telah berkali-kali menghadapi pasukan musuh berjumlah banyak maupun sedikit. Ikutilah jalan orang-orang iman dan memohonlah pada Tuhan! Ucapkan doa kaum Tholut(Syaul) di saat bertemu Raja Jalut (Goliath): Wahai Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran pada kami dan tetapkanlah tumit-tumit kami (agar tidak lari dari musuh), dan tolonglah kami mengalahkan kaum kafir.

Setelah mendengarkan pasukan mengucapkan doa, Dhirar segera mengajak mereka bersembunyi di balik Baitu Lahya. Dia tidak menjelaskan siasat yang akan dilakukan atas pasukan lawan. Ia malah duduk di atas kuda dalam keadaan tak berbaju dan tak berpedang. Membawa tombak sangat panjang dan berkhutbah pada teman-temannya…”


[1] Diperkirakan lelaki utusan itu ditemani beberapa lelaki berkuda berlari cepat membawa surat.
[2] Mantan pengikut Nasrani. Dia menjadi penunjuk jalan ketika Khalid menyeberangi lautan pasir selama lima dari sepuluh hari (dari Madinah) menuju Syam.

2011/03/25

KW7: Ketegangan di Istana Anthokiyyah

(Bagian ke-7 dari seri tulisan Khalid bin Walid)

Seorang lelaki berkuda datang ke istana Anthokiyyah (Antioch) untuk mengantarkan surat penting pada Raja Hiraqla. Al-Waqidi (sejarawan Islam terkenal) melaporkan: Ketika lelaki itu telah sampai Anthokiyyah, memohon izin menemui Raja Hiraqla. Dia dipersilahkan masuk.
Raja segera membaca surat tersebut lalu membuangnya sambil menangis. Suasana istana menjadi tegang. Tak lama kemudian, raja mengumpulkan sejumlah bathriq (petinggi militer yang sangat pandai berperang) lalu menuturkan, "Hai keturunan Ashfar (maksudnya kaum Romawi), sejak dulu saya sudah meingatkan kalian agar waspada pada orang-orang Arab itu. Bahkan pernah saya katakan, mereka nanti akan menguasai negri yang singgasananya saya duduki ini. Namun saat itu, kalian malah menertawakan, bahkan mau membunuh saya.
Kini mereka telah keluar dari kota tandus (tanah Arab) yang hanya menghasilkan gandum kualitas rendah, lalu masuk ke kota subur yang pohon dan buah-buahannya bervariasi (Damaskus). Tentu saja mereka tidak mau pergi karena senang dengan keindahan dan kesuburan kota kita.
Kalau saya tidak malu nama saya tercoreng, kota Syam ini pasti telah saya tinggalkan, lalu menuju kota Qusthanthiniyyah (Konstantinopel) yang lebih megah. Tapi saya bertekad memerangi mereka demi agama dan keluarga saya.”
Mendengar perkataan raja yang mencengangkan, mereka berkata, “Wahai baginda yang mulia, kalau tuan menyerang mereka atau pun hanya duduk-duduk di dalam istana, itu tetap membuat bangsa Arab ketakutan, karena kewibawaan tuan yang besar.”
Raja Hiraqla memutuskan, “Saya akan menyuruh seseorang agar memimpin pasukan untuk menyerang bangsa Arab.”
Mereka mengusulkan, “Sebaiknya tuan menyuruh Wardan (وردان), gubernur Himsh (حمص/Homs) saja. Di antara kami, dia lah yang paling pandai menghadapi musuh. Dia pernah bercerita pada kami mengenai pengalamannya berperang di waktu pasukan Persia menyerang kita dulu.”
Raja meminta Wardan datang menghadap. Setelah hadir, Wardan diperintah, “Saya memanggilmu kemari karena kamu lah pedangku yang tajam dan perisaiku yang kokoh. Sekarang juga kamu saya tugaskan memimpin 12.000 pasukan. Jika kamu telah sampai ke Balabak (بعلبك/Balbek), perintahlah pasukan yang berada di Ajnadin (أجنادين) agar segera bergerak berpencar menuju kota Balqa (البلقاء) dan gunung-gunung Sawad, untuk berjaga-jaga jangan sampai seorangpun dari kaum Arab itu bisa berhubungan atau bergabung dengan bala bantuan mereka yang dipimpin Amr bin Al-Ash!”
Wardan mendengarkan dengan penuh hormat, lalu menjawab, “Hamba telah mendengar dan akan melaksanakan perintah tuan yang mulia. Hamba tak akan kembali sebelum berhasil membawa kepala Khalid bin Al-Walid dan rekan-rekannya. Mereka semua akan hamba porak-porandakan. Selanjutnya hamba akan masuk dan menghancurkan kota Hijaz bahkan Ka'bah, Makah, dan Madinah juga akan hamba hancurkan.”
Raja Hiraqla mendengarkan dengan serius hingga selesai lalu bertitah, “Demi kebenaran Injil, jika kamu berhasil mewujudkan perkataanmu, saya akan memberimu semua sawah dan pajak wilayah yang telah direnggut kaum Arab. Bahkan saya akan membuat surat pernyataan bahwa kamu akan menjadi raja setelah saya."

Raja bergerak untuk memberikan mahkota dan Salib emas pada Wardan. Upacara tergung itu sangat berkesan di hati Wardan dan rakyat Hiraqla.

2011/03/24

KW 6: Kepung Damaskus!


(Bagian ke-6 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
KW 6: Kepung Damaskus! Image result for Damaskus



Pasukan Romawi berjumlah ratusan ribu di bawah pimpinan menantu Raja Hiraqla (Hercules) sudah sigap di suatu pagi. Pada waktu mereka telah semakin dekat, Khalid bin Al-Walid berkata pada Abu Ubaidah, “Sebetulnya hati mereka ketakutan, ayo kita serang.”
Abu Ubaidah menjawab, “Ayo.”
Khalid, Abu Ubaidah, dan semua pasukan Islam menyerbu dengan cepat; takbir membahana. Pertempuran berkobar-kobar riuh. Musuh berguguran bersimbah darah; para sahabat Nabi SAW berjihad dengan penuh semangat.
Amir bin At-Thufail berkata, “Seorang tentara Islam mampu mengacau-balaukan (ada yang mati, ada yang lari) 110 orang Romawi.”
Peperangan yang berlangsung tidak sampai satu jam itu berakhir dengan kemenangan besar di pihak Islam. Tentara musuh yang masih hidup, lari terbirit-birit masuk ke kota. Mayat musuh bergelimpangan sepanjang desa hingga pintu gerbang timur.
Pejabat-pejabat Damaskus yang tahu bahwa pasukan mereka dikalahkan, segera menutup semua pintu gerbang kota, tak mempedulikan kaum mereka yang masih tertinggal di luar. Qais bin Hubairah (قيس ابن هبيرة) RA berkata, “Orang-orang yang masih di luar ada yang kami bunuh, ada yang kami tawan.”

Khalid pulang dari medan perang dan menjumpai Abu Ubaidah untuk usul, “Sebaiknya pasukan kita bagi dua. Saya bersama sejumlah pasukan bersiaga di dekat pintu gerbang timur, engkau bersama sejumlah pasukan menempati dekat pintu gerbang barat.”
Abu Ubaidah menjawab, “Ini usulan yang sangat tepat.”
Uwais bin Al-Khathab (أويس بن الخطاب) berkata, “Saat itu pasukan Islam berjumlah 47.500 orang. Rombongan Abu Ubaidah adalah orang-orang yang berasal dari Hijaz (الحجاز), Yaman, Hadhramaut (حضرموت), pantai Oman (عمان), Thaif, hingga sekitar Makkah. Jumlah mereka mencapai 37.000 orang berkendaraan kuda gagah berani.
Rombongan Amr bin Al-Ash (عمرو بن العاص) berjumlah 9.000 orang berkendaraan kuda. Hanya saja rombongan ini belum bergabung dengan pasukan Abu Ubaidah dan Khalid, masih dalam perjalanan.
Rombongan Khalid bin Al-Walid (خالد بن الوليد) berjumlah 1.500 orang berkendaraan kuda. Mereka yang tadinya datang dari arah Iraq. Jumlah semua ini belum termasuk tambahan yang datang beberapa saat setelah itu.”
Pasukan kemudian dibagi dua. Satu golongan dipimpin Khalid menuju pintu gerbang timur. Satu golongan lagi dipimpin Abu Ubaidah menuju pintu gerbang barat.
Penduduk Damaskus ketakutan di dalam benteng karena telah dikepung pasukan Islam. Khalid mendatangkan dua tokoh besar kaum Romawi, yaitu Bathriq Kalus dan Bathriq Azazir pejabat tinggi Damaskus. Kejadian tersebut sengaja dipertontonkan di depan umum.
Mereka berdua disuruh masuk Islam. Karena mereka menolak, maka Dhirar bin Al-Azwar diperintah agar memotong kepala mereka berdua. Dhirar bergerak cepat melaksanakan perintah tersebut. Melihat kejadian tersebut, orang-orang Damaskus marah. Mereka menulis surat untuk raja mereka, dengan isi berita di antaranya tentang:
1.       Tindakan kaum Arab atas Kalus dan Azazir.
2.       Tentara Islam telah mendekati pintu gerbang timur Damaskus.
3.       Pintu gerbang Jabiyyah juga telah didatangi ribuan tentara Islam.
4.       Tentara Islam telah menggerakkan kaum muda dan remaja mereka.
5.       Kota Balqa dan tanah Sawad telah disita tentara Islam.
Ujung-ujungnya dalam surat tersebut minta bantuan. Kalau tidak, maka mereka mengancam akan menyerahkan Damaskus pada tentara Islam.

Mereka mengutus seseorang agar mengantarkan surat tersebut pada Raja Hiraqla dengan imbalan tinggi. Sedemikian rupa dibuat agar tentara Islam tidak mengetahui bahwa mereka telah mengirim surat.

2011/03/21

KW5: Bantuan Pasukan


(Bagian ke-5 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Penduduk Damaskus sedang berduka karena Azazir, pimpinan besar mereka, telah ditawan oleh Khalid. Orang-orang menangisi keluarganya yang gugur dalam peperangan itu. Mereka sudah berusaha maksimal melawan pasukan Muslimiin, tapi tetap saja kalah.
Hilal Al-Qosyami mengisahkan: Setelah Abu Ubaidah RA datang ke Damaskus, segera menanyakan kabar Khalid. Beberapa orang menjawab, “Khalid sedang di medan perang. Ia berhasil menangkap seorang bathriq Romawi (Azazir).
Abu Ubaidah segera mencari Khalid. Setelah dekat, Khalid justru berkata, “Jangan mendekatiku.” Khalid berkata begitu karena merasa dirinya lebih rendah dari Abu Ubaidah.
Abu Ubaidah menyapa Khalid, “Hai Aba Sulaiman (Khalid), saya bahagia ketika kau mendapat surat perintah dari Abu Bakr untuk memimpin saya. Saya tidak iri padamu karena saya tahu keahlianmu dalam berperang.”
Khalid menjawab, “Semua yang telah saya lakukan pasti mengikuti petunjukmu. Kalau bukan karena pimpinan harus ditaati, saya tak mau duduk di atasmu karena kau yang lebih dulu masuk Islam, sedangkan saya hanya sahabat Nabi SAW biasa. Engkaulah yang lebih hebat. Nabi SAW pernah bersabda, Abu Ubaidah adalah orang kepercayaannya umat ini.
Abu Ubaidah bersyukur lalu mempersiapkan kuda yang akan segera dikendarai Khalid.
Khalid menyapa Abu Ubaidah, “Ketahuilah bahwa penduduk di sini ketakutan pada kita. Apalagi setelah pimpinan besar mereka, Kalus dan Azazir, telah tertangkap. Mereka merasa tak punya harapan lagi untuk menang kecuali tipis.”
Khalid berjalan berdampingan dengan Abu Ubaidah menunggangi kuda, sambil berkisah mengenai perjuangan menangkap Kalus dan Azazir. Arak-arakan pasukan Abu Ubaidah mengiringi di belakang mereka berdua.
Rombongan itu sampai pada barak pengungsian. Orang-orang Islam yang berada di barak menyambut mereka dengan ucapan salam dan jabat tangan. Hari itu mereka bersyukur pada Allah dengan melakukan shalat dan zikir.
Keesokan harinya, keadaan menegang. Ketika pasukan Islam mempersiapkan kuda mereka, pasukan Damaskus datang berbondong-bondong banyak sekali. Mereka merasa bangga dipimpin menantu Raja Hiraqla bernama Bathriq Tuma untuk melakukan perlawanan balasan. [1]


[1] Kaum Romawi marah besar atas kekalahan itu, sampai-sampai Raja Hiraqla memerintah orang yang kedudukannya di atas Kalus dan Azazir agar memimpin pasukan untuk menghukum orang-orang Islam.

2011/03/20

KW4: Pertempuran Kedua Khalid vs Azazir


(Bagian ke-4 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Amir bin At-Thufail RA pasukan elit Khalid bertutur: Pada saat perang Damaskus terjadi, saya berada di tengah pasukan. Saya dan teman-teman menyaksikan Khalid dan Azazir berdebat dan bertempur .Azazir kabur dengan kudanya.
Sebetulnya Khalid tidak mampu mengejar karena kuda Azazir lebih bagus. Tetapi Azazir tamak, dia berpikir, “Orang desa itu pasti takut pada saya. Apa salahnya saya berhenti menunggu hingga dia ke mari? Saya akan menangkapnya sebagai tawanan. Semoga Al-Masih (Yesus) menolong saya mengalahkannya.”
Khalid datang dalam keadaan basah kuyup karena keringatnya. Walau hati Azazir bergetar di saat Khalid makin dekat, tapi Azazir menggertak, “Hai orang Arab, jangan menyangka saya kabur karena takut. Saya justru mengkhawatirkan kamu yang masih muda. Kasihanilah dirimu sendiri, jangan sok jago! Namun, jika kau ingin mati, maka saya akan mengantarmu. Sayalah si pencabut nyawa, sayalah malaikat maut.
Khalid turun dari kudanya lalu berjalan mendekat sambil menghunus pedangnya. Langkah kakinya mantap bagai singa jantan ganas yang mengerikan. Di saat Azazir mengamati Khalid hanya berjalan kaki mendekat. Azazir semakin yakin (tapi berdebar-debar) bahwa dia akan mampu menaklukkan Khalid.
Azazir berlari dengan kudanya yang gagah mengelilingi Khalid. Pedang Azazir terayun cepat sekali ke arah kepala Khalid. Khalid menghindar cepat ke samping; tahu-tahu tebasan pedang Khalid yang dahsyat mematahkan kaki-kaki kuda Azazir. Azazir jatuh ke tanah lalu bangkit cepat dan lari kencang menuju pasukannya.
Khalid mengejarnya, “Hai musuh Allah, malaikat yang namanya kau pinjam itu telah marah padamu. Dia telah datang untuk mencabut ruhmu untuk mengantarmu menuju Neraka Jahannam.
Khalid berhasil menangkap Azazir untuk dibanting ke tanah. Namun, pasukan Romawi mendekat untuk membantu karena melihat pimpinan mereka dikalahkan Khalid. Beberapa orang mengepung untuk melepaskan pimpinan mereka dari tangan Khalid.
Pasukan Islam pilihan berdatangan bersama rombongan di bawah pimpinan Abu Ubaidah bin Al-Jarrakh dari arah kota Bushra. Pasukan Abu Ubaidah menyaksikan kaum Damaskus (pasukan Romawi) bergerak mendekat untuk mengeroyok Khalid yang telah menangkap Azazir. Debaran jantung dan rasa takut terhadap pasukan Islam yang berdatangan membuat pasukan Damaskus mundur dan nafas mereka menjadi sesak.
Dalan Futuchus-Syam ditulis: Pasukan Damaskus terkejut dan menggerutu setelah menyaksikan pasukan Muslimin berdatangan. Akhirnya rencana mereka mengepung Khalid diurungkan.  

Jesus AS Berbicara dengan Tengkorak.

Bismillahir Rohmaanir Raahiim
Bismillah Doa Dahsyat

Nama Jesus sebenarnya, Yasyu (يشوع), namun karena kaum Romawi terpengaruh oleh bahasa Yunani dalam penambahan us di belakang namanya, maka menjadi Jesus. Di Indonesia ditulis Yesus. [1] Al-Qur’an menyebut Isa AS, karena berbahasa Arab. 
Jesus yang saat ini disembah manusia, karena dianggap Tuhan atau Putra Tuhan, sebetulnya belum pernah mengaku Tuhan. [2] Yang pertama kali ‘mengajarkan’ Jesus Tuhan atau Putra Tuhan, orang bernama Paulus. Dia tokoh Yahudi yang memimpin memerangi secara besar-besaran pada pengikut Jesus. Itu terjadi 81 tahun setelah Jesus diangkat kelangit. 
Setelah melihat mayat berserakan banyak sekali, Paulus (بولس) stres. Singkat cerita, Paulus pura-pura menjadi pengikut Isa AS, sebagai upaya agar bisa mempelajari Taurat dan Injil. Setelah menguasai Taurat dan Injil selama setahun dari pengikut Isa as, maka dia mencari murid bernama Nastur (نسطور) untuk diajar bahwa Isa adalah Allah. Mungkin Nasthur inilah yang pernah dipilih menjadi wakil Paulus yang bertempat tinggal di Baitil-Maqdis. 

Paulus pergi ke Romawi untuk mengajarkan Al-Lahut wan-Nasut (اللاهوت والناسوت/Paham Tuhan Bersatu dengan Manusia). Namun saat itu ajaran dia belum bisa berkembang di Baitil-Maqdis maupun di Romawi. Dalam ajaran itu dia mengatakan Isa as bukanlah manusia, tetapi Putra Tuhan yang menjadi manusia.
Paulus juga mengangkat murid bernama Mulk yang diajar bahwa, sejak dulu hingga kapanpun Tuhan adalah Jesus.[3] 
Menurut Abu Nuaim dalam kitab Haditsnya bernama Chilyah. [4] 'Kaeb Al-Achbar' berkata, “Pada suatu hari, Isa AS menyusuri Jurang Kiamat.[5] (وادي القيامة) Yang nama lainnya, As-Shokhroh (الصخرة) artinya batu besar. Hari itu Jumat sore badal asar, berarti telah memasuki malam Sabtu.[6] Di dalam perjalanan itu, tiba-tiba beliau menjumpai tengkorak putih telah keropos. Tengkorak itu kepala orang yang telah wafat selama 94 tahun silam.
Isa memandangi tengkorak itu dengan takjub, lalu berdoa ‘ya Rabb, berilah idzin pada tengkorak ini agar:
1.     Berbicara pada saya dengan bahasa orang hidup.
2.     Memberi khabar pada saya 'adzab apa yang dia rasakan? Telah berapa lama dia mati? Apa yang telah dia saksikan? Matinya dulu bagaimana? Dan apa yang dia sembah sewaktu hidupnya ?’."
Tiba-tiba ada seruan dari langit ‘ya Ruh dan Kalimat Allah! [7] Tanyalah padanya! Dia akan menjawab kau!’. 
Isa shalat dua rakaat. [8] Selanjutnya mendekati dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh tengkorak. Dia berdoa bismillaahi wabillah (بسم الله وبالله)’. Tiba-tiba tengkorak menjawab ‘tuan telah berdoa dengan Sebaik-Baik Asma dan telah minta pertolongan dengan sebutan itu’. 
Isa berkata ‘ya tengkorak yang telah keropos’.
Dia menjawab ‘(
لبيك وسعديك) ya saya mendengarkan, silahkan bertanya apa yang muncul di dalam hati tuan’.
Isa bertanya ‘kau telah mati selama berapa tahun?’.
Dia menjawab ‘tidak ada jiwa [9] yang menghitung berapa lama hidup, dan tidak ada ruh yang menghitung tahun di dalam kubur’.

Tiba-tiba ada seruan dari langit ‘sungguh dia telah mati sejak 94 tahun yang lalu, tanyalah padanya!’. 
Isa bertanya ‘kau wafat karena apa?’. 
Tengkorak menjawab ‘hari itu saya sedang duduk. Tiba-tiba ada benda seperti anak panah [10] yang menancap perut saya. Rasanya panas seperti terbakar. Gambaran kebingungan saya saat itu, seperti lelaki di dalam kolam renang, tiba-tiba airnya panas. Dia berusaha keluar karena takut mati. Tiba-tiba malaikat maut [11] bersama pasukannya yang berwajah seperti anjing, datang pada saya. Taring mereka ditampakkan, mata mereka melotot merah bagai api menyala. Membawa gada untuk memukuli wajah dan pantat saya. Mereka mencabut ruh dari tubuhku. 
Malaikat maut mengambil dan meletakkan ruhku di atas bara dari Jahannam. Ruhku dibalut dengan kain jelek dari Jahannam. Dan dibawa oleh sejumlah malaikat menuju langit. Namun para malaikat di sana menolak masuk. Mereka menutup pintu-pintu langit agar ruh tidak bisa masuk. 
Tiba-tiba seorang datang untuk menyerukan ‘kembalikanlah ruh jelek ini pada tempatnya!’. 
Isa bertanya pada dia ‘gelap dan sempitnya kubur? Atau adzab Jahannam? Yang lebih berat kau rasakan?’.
Tengkorak menjawab ‘ya Ruhallah, di saat ruh dicabut dari jasad, di matanya tidak ada nur untuk mengetahui gelap dan terang. Di hatinya tak ada akal untuk mengetahui sempit dan luas. Begini saja, tuan akan saya khabari tentang 'Ketika Ruh Saya Dikembalikan' ke jasadnya. Selanjutnya saya dipikul di dalam kubur.
Di dalam kubur itulah, saya didatangi oleh dua malaikat yang tangan masing-masing membawa gada. Mereka mendudukkan lalu memukul saya, sekali. Saat itu saya yakin, bahwa langit tujuh runtuh, menimpa bumi. [12] Mereka memberi saya lembaran, dan perintah ‘tulislah semua yang pernah kamu amalkan!’. 
Saya mencatat semua yang pernah saya amalkan, hingga selesai. Mereka membukakan pintu menuju Jahannam untuk saya. Tiba-tiba api yang datang memenuhi kubur saya. Ular-ular berwajah bagaikan serigala, berdatangan. Lehernya bagaikan unta Bukhti. [13] Mereka mengigiti daging dan meremukkan tulang saya. Ada malaikat raksasa yang memasuki kubur saya, membawa gada besar yang di ujungnya ada ular Tsuban. (ثعبان)[14] Tidak bisa dijelaskan besarnya. Di sebelah bawahnya, beberapa kalajengking hitam, sebesar keledai (البغال) mengerikan. Lobang paku 360 biji pada gada sangat besar itu, menyemburkan 360 macam api yang berbeda dengan lainnya. 
Sejumlah malaikat memukul saya dengan gada itu. Api-apinya menyala membakar jasad saya. Ular besar dan kalajengking mendekati saya. Tiba-tiba ada yang menyeru ‘bawalah jiwa jelek itu kemari!’.
Sejumlah malaikat yang warnanya tidak diketahui, bertaring besar seperti tanduk, bermata bagaikan kilat, berjari besar seperti tanduk, menarik dan membawa saya, menuju seoang malaikat yang duduk di atas kursi. Yang perintah ‘bawalah jiwa jelek ini! Menuju Jahannam! Sebagai tempatnya.
1.     Saya segera dibawa oleh para malaikat menuju awal neraka Jahannam. Ternyata pintu itu lobang sempit penuh angin besar. Di sana saya dikejutkan oleh suara-suara guruh dan sambaran-sambaran petir, serta semburan api dahsyat. Api itu ternyata tidak hanya seperti api tuan, berwarna hitam kelam yang panasnya 60 x panasnya api tuan.
2.     Selanjutnya saya dibawa untuk dimasukkan ke pintu kedua. Ternyata api yang berada di dalamnya yang panasnya 60 x lipat itu, membakar api yang berada di luar, yang telah saya tinggalkan.
3.     Selanjutnya saya dibawa masuk ke pintu ketiga. Ternyata di dalamnya ada api yang 60 x jauh lebih panas, daripada api yang di pintu luar pertama dan kedua, yang telah saya tinggalkan. Api itu memakan bebatuan dan api dari luar pintu, yang bisa diraih.
4.     Lalu saya dimasukkan ke dalam pintu keempat, yang di dalamnya ada api melahap api luar pintu. Panasnya 60 x lipat daripada api semua sebelumnya. Ternyata ada pohon besar yang menggugurkan batu-batu hitam terbalut api. Yang lebih mengerikan, sejumlah kaum dipaksa agar makan batu-batuan itu. Saya bertanya ‘siapakah mereka ini?’. Ada yang menjawab ‘mereka kaum yang suka makan [15] harta-harta orang lain, dengan aniaya. [16] Dan menimbulkan permusuhan'. [17]
5.     Selanjutnya saya dibawa menuju pintu kelima. Di sana ada api dan kegelapan. Ternyata api di dalamnya 60 x lebih panas daripada seluruh api sebelumnya. Ada pohon yang membuat saya ngeri, buah-buahnya bagaikan kepala syaitan. Banyak sekali cacing hitam sepanjang 100 hasta. Selain itu ada sejumlah pria dipaksa agar makan cacing-cacing besar itu. Saya bertanya ‘apa ini?’. Ada yang menjawab ‘inilah pohon Zaqqum’. Saya bertanya ‘siapakah mereka itu?’. Sejumlah malaikat menjawab ‘mereka orang yang suka makan riba'. [18]
6.     Selanjutnya saya dibawa menuju ke pintu keenam. Ternyata apinya jauh lebih panas dan lebih gelap 60 x daripada semua sebelumnya. Yang membuat saya ngeri lagi, sumur-sumur yang dalamnya tidak bisa diperkirakan. Dan ternyata jauh di dalamnya ada kaum yang wajah mereka [19] membusuk, mengeluarkan nanah, yang baunya menjijikkan. Kalau nanah itu diteteskan ke bumi, niscaya seluruh bumi dipenuhi baunya yang tidak sedap. Ada lagi yang membuat saya tersiksa, angin yang dinginnya bisa menghapus panasnya api. Saya bertanya ‘apa ini?’. Beberapa malaikat menjawab ‘Zamharir’. Saya bertanya ‘siapa kaum yang wajah mereka membusuk itu?’. Mereka menjawab ‘para pezina'. [20] Lalu saya didatangkan pada malaikat berbentuk lelaki ‘duduk’ di atas kursinya, di pertengahan api. Dia dikelilingi para malaikat yang membawa gada api membara. Sang malaikat bertanya ‘apa yang disembah oleh ini dahulu ?’. Beberapa malaikat menjawab ‘dia dulu menyembah sapi, bukan Allah’. Dia perintah ‘bawalah dia menuju teman-temannya!’. Nabi Isa AS menyela ‘bagaimana kamu dulu menyebah sapi?’. Tengkorak menjawab ‘kami dulu menyembah dengan cara ‘bersujud dan memberikan sesaji’ Chimash (الحمَّص/Kacang) dan madu yang disaring’. Isa AS bertanya ‘dulu nabimu bernama siapa?’. Tengkorak menjawab ‘Ilyas AS’, lalu melanjutkan ceritanya:
7.     ‘Lalu mereka membawa saya menuju pintu ketujuh. Saya terkejut saat melihat 300 tembok membara memagari 300 perumahan membara. Tiap perumahan berisi 300 rumah membara. Di dalam semua rumah terdapat alat-alat siksa berjumlah 300, semuanya berbeda jenisnya. Yang pasti ada sejumlah ular, kalajengking dan Afai (الأفاعي/jenis ular besar). Saya dimasukkan kedalam sumur itu, dan dibakar dalam keadaan dibelenggu, bersama sahabat-sahabat saya. Sejumlah ular Afai (الأفاعي) menyerbu perut kami. Sejumlah ular lainnya menggigiti kami. Sejumlah malaikat memukul kami dengan gada. Sejak 94 tahun yang lalu, siksaan untuk kami tidak pernah diringankan sekejap matapun. Hanya setiap hari Jumat dan Kamis Allah Taala meringankan siksaan untuk kami. Akhirnya kami tahu hari Jumat dan Kamis karena keringanan yang rutin itu. 

Di saat kami sedang menikmati keringanan siksaaan, ada seruan yang sampai pada saya ‘keluarkanlah jiwa jelek ini menuju tengkoraknya (
جمجمتها)! Yang tergolek di jurang Kiamat! Karena Ruchullah [21] telah memberi syafaat padanya'. 
Saya dikeluarkan menuju kemari. Saya mohon pada tuan Ruch dan Kalimat Allah.[22] Agar  berdoa 'agar Tuhan tuan memberi ampunan pada saya, dan agar memberi syafaat pada tuan mengenai diri saya'. 
Isa AS melakukan shalat dua rakaat lalu berdoa pada Tuhannya ‘ya Tuhan dan Khaliq hamba (يا إلهي وخالقي), utuslah jiwa jelek ini pada hamba’.
Tengkorak itu bersama Nabi Isa AS, karena diutus oleh Allah. Hingga Isa AS diangkat ke langit, dan Allah menggenggam lagi pada tengkorak itu.” 

Seorang Ustadz menegur "Jumjumah adalah kerangka manusia." 
Saya menjawab "Kerangka adalah haikal; sedangkan jumjumah adalahtengkorak."  
Ustadz lain nyeletuk, "Mbok yang dibahas keimanan." 
Saya menjawab "Akhi, ini termasuk pembahasan iman pada malaikat, Nabi Isa AS dan hari akhir."


[1] Sebelum ejaan baru di indonesia juga ditulis Jesus.

[2] Karena umatnya banyak yang menyembah padanya maka di hari kebangkitan nanti dia akan sangat ketakutan pada Tuhan. Apa lagi setelah Tuhan bertanya padanya “Betulkah kamu dulu pernah berkata pada manusia ‘sembahlah saya dan ibu saya sebagai dua Tuhan selain Allah?’.” Abu Rauq berkata “Saat dia mendengar pertanyaan ini, seluruh sendi tulangnya gemetar; seluruh pori-pori tempat tumbuhnya bulu mengucurkan darah. Selanjutnya menjawab Allah azza wajalla ‘Maha Suci Tuhan, hamba tidak berhak mengatakan yang bukan hak hamba. Jika hamba pernah mengucapkannya pasti Tuhan telah mengetahuinya. Tuhan tahu yang di dalam hati hamba; sementara hamba tidak tahu yang di dalam dzat Tuhan. Sungguh Tuhanlah yang maha Tahu barang-barang ghoib’.”  
[3] Tafsir Al-Qurthubi 6/24 Maktabatus-Syamilah.
[4] Kitab ini sangat digemari kaum Shufi.
[5] Jurang itu bisa juga disebut Jurang Golgota yang artinya tengkorak. Di atas jurang itu adalah gunung Golgota, wallaahu a’lam.
[6] Ada yang meriwayatkan tanggal 27 Ramadhon.
[7] Dua nama kehormatan Isa as.
[8] Diperkirakan yang dibaca surat Tabarok.
[9] Yang menghitung berapa lama hidup adalah akal.
[10] Mungkin memang anak panah yang menancap dari seorang yang tak diketahui, wallaahu a’lam.
[11] Ibnu Chajar Al-Asqalani mengutip ucapan Ibnu Umar “Malaikat maut pernah berdoa ‘ya Rabbi, sunggsuh hamba Tuhan bernama Ibrahim menggerutu belum mau mati’. Allah berfirman ‘katakan padanya fans yang lama tak bertemu pada yang diidolakan pasti rindu!’. Setelah jawaban Allah disampaikan pada Ibrahim, dijawab ‘betul ya Tuhanku, saya rindu ingin segera bertemu Tuhan’. Tak lama kemudian malaikat maut memberi parhum; dan Ibrahim menghirupnya hingga akhirnya wafat.”
Di halaman yang berbeda Ibnu Chajar Al-Asqalani mengutib nukilan Qurthubi “Yang akan menyembelih maut di jembatan anatara surga dan neraka nanti adalah Nabi Yahya atau jibril as di hadapan Nabi Muhammad saw.”
Syamsud-Din menulis dalam syarach Bukhari “Malaikat maut memberi minum paada Nabi Nuh as yang sedang ketakutan. Setelah Nuh selesai minum, wafat.”
[12] Mungkin karena gadanya terlalu besar dan berat.
[13] Jenis unta berleher panjang.
[14] Jenis ular yang sangat besar lagi panjang.
[15] Atau mengambil.
[16] Curang termasuk di sini.
[17] Jahat termasuk di sini.
[18] Memang cepat kaya dan pekerjaannya juga enak, tapi dampaknya mengerikan.
[19] Mungkin karena dosa dari memamerkan kecantikan atau ketampanan mereka waktu di dunia. Dan kemaluan mereka tentunya jauh lebih busuk.
[20] Mungkin rasanya nikmat, tapi dampaknya mengerikan.
[21] Nama lain Nabi Isa as.
[22] Dua nama lain Nabi Isa as.